Happy Reading....!
Javas merindukan Rajni, Ia merindukan gadis cantiknya. Ditambah ini malam minggu, malam kemerdekaan bagi para buciners. Jika Javas menunggu hari senin untuk bisa bertemu Rajni, Javas tidak tahan. Ia sudah sangat merindukan Rajni-nya.
Maka dari itu malam ini tidak akan Javas biarkan rindu itu semakin mendalam. Malam ini laki-laki itu memutuskan untuk mengunjungi rumah Rajni. Entah penolakan seperti apa yang akan Rajni berikan kepada Javas yang terpenting rindunya sudah terobati.
Javas memencet bel rumah Rajni hingga pintu rumah terbuka. Javas tersenyum saat sesosok Rajni berdiri di depannya.
"Gak terima pengamen." ujar Rajni ketika melihat Javas membawa gitar.
iya, memang benar Javas membawa gitar.
Javas terkekeh pelan. "Gak gitu Rajni..."
"Terus mau ngapain?"
"Kangen...." lirih Javas.
Rajni membuang tatapannya kesamping. Javas benar-benar ahli membuatnya menjadi salah tingkah seperti ini. Tanpa sadar Rajni tersenyum. Hatinya selalu menghangat kalau melihat Javas yang secara terang-terangan menunjukan perasannya.
Rajni kembali merubah raut wajahnya menjadi datar saat sadar bahwa Javas menatapnya.
"Gue nggak, jadi lo pulang aja ya?" usir Rajni.
Javas menghela nafasnya pelan. "Lo dirumah sendirian?" tanya Javas tanpa menanggapi ucapan Rajni tadi.
"Iya, mamah papah lagi ada pengajian di rumah nenek."
Javas mengangguk paham. Bukannya pergi Javas justru menggenggam tangan Rajni dan menuntunnya untuk duduk di sebuah bangku yang ada di teras rumah Rajni.
Terdapat dua bangku berdampingan diteras rumah Rajni yang dibatasi oleh sebuah meja ditengahnya. Javas mendudukan Rajni di sisi kiri dan Javas di sisi kanan.
Masih dengan raut wajah bingungnya Rajni menatap Javas. "Lo ngapain?"
"Duduk berdua sama lo." balas Javas tersenyum. "Lo gak akan tau rasanya sebahagia ini bisa duduk sama lo, natap langit yang sama di tempat yang sama dengan orang yang kita cintain," lanjut Javas. "Demi Tuhan Rajni, gue... sesayang ini sama lo." Javas menatap lekat wajah Rajni.
"Javas..." lirih Rajni.
"Kalau bingung mau ngerespon kayak gimana ucapan gue, gakusah di respon yaa," Javas mengusap lembut kepala Rajni.
Rajni mengangguk. "Eh itu bawa gitar kalo gak dimainin percuma, boleh gak gue denger lo nyanyi?" pinta Rajni.
Javas tersenyum seraya mengangguk. "Niat gue emang mau nyanyi buat lo sih..."
"Yaudah buruan, kali aja gue jadi jatuh cinta sama lo!" canda Rajni.
"Aaaaaaa bercandanya bikin gue mleyot," lebay Javas seraya menutup mukanya malu.
"Dih jamet lebay." kata Rajni sambil tertawa.
"Tega banget dikatain jamet...." ujar Javas pura-pura sedih.
"Ih udah ah buruan nyanyi."
"Mau lagu apa?" kata Javas dengan gitar yang sudah siap dipetik.
"Ehmm apa ya?" bingung Rajni.
"Oh gue tau," ujar Javas tiba-tiba. Tanpa memberi tahu Rajni lagu apa yang akan dinyanyikan, Javas mulai memetik gitarnya.
"Kau boleh acuhkan diriku.."
"Dan anggap ku tak ada...tapi takkan merubah perasaan ku kepadamu.."
Javas menatap lekat Rajni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nekat Bucin (end)
General Fiction(Cover by pinterest) (Spin Off dari cerita SadaJiwa) "Lo selalu tarik ulur gue Rajni. Gue bingung sebenernya perasaan lo untuk gue gimana sih?" Ini bukan tentang laki-laki brengsek yang tidak cukup dengan satu perempuan, ini bukan tentang laki-laki...