Happy Reading...!
"Javasss tungguin aku dong!!"
Javas berdecak kesal. Ia membalikan badannya lalu menatap sengit perempuan di depannya. Demi Tuhan, Javas benci banget dengan perempuan yang ada di depannya.
"Lama banget jalan lo!" kesal Javas.
"Ih bukan aku yang lama, tapi kamu yang jalannya kecepatan!" balas perempuan itu ikut kesal.
"Sumpah lo nyusahin banget! Gara-gara lo, crush gue salah paham anj."
"Yaa, aku kan gak tau kalau di restauran tadi ada crush kamu...." cicit Stefani.
"Udah deh bawel, buruan pulang. Males gue jalan bareng lo!" Javas kembali jalan lebih dulu meninggalkan Stefani.
"Ya Tuhan salah ntepani dimana sih? kan ntep cuma nurutin kata papihnya Javas doang ya?" gumam Stefani. "Ah tau ah Javas bikin otak pinter ntep yang di atas rata-rata jadi pusing gini, huftt."
Stefani melanjutkan jalannya menyusul Javas. Takut juga kalau dia di tinggal Javas.
Disisi lain, Claretta, Jiwa, Athifa dan Rajni memilih untuk pulang setelah makan tadi. Mood Rajni tiba-tiba saja memburuk. Entah karena Ia sudah capai atau karena... Ia melihat Javas bersama perempuan lain tadi?
Tidak. Rajni belum mencintai Javas. Jadi Rajni tidak mungkin cemburu kan? Tapi kenapa rasanya aneh seperti ini saat melihat Javas dengan perempuan lain?
"Kalo cemburu ya ngomong dong." celetuk Claretta yang sedang mengemudi. Memang hangout kali ini Clarettalah yang kebagian membawa mobil.
"Siapa yang cemburu?!" ngegas Rajni.
"Perasaan Claretta nanya nya santai, kok lo ngegas sih?" kata Jiwa mengompori.
"Berisik ah lo pada!" Rajni membuang pandangannya menatap jendela mobil.
"Dia jatuh hati bukan hanya dengan ku... Ada satu nama selain diriku..." Nyanyi Athifa.
Niatnya Athifa hanya ikut menyanyikan lagu yang dipasang di mobil ini. Tapi karena momenya pas banget sama Rajni yang lagi badmood, Alhasil Rajni jadi kepanasan gini hatinya.
"Lagunya jelek, matiin aja!" celetuk Rajni.
"Dih, kenapa lo? Makanya Rajni gak usah sok jual mahal gitu deh. Giliran liat Javas sama yang lain aja kepanasan lo," saut Jiwa.
"Bodo amat!"
***
Demi menjelaskan kesalah pahaman kemarin, Javas rela datang di pagi-pagi buta ke rumah Rajni untuk menjemput perempuan itu. Bahkan jam masih menunjukan pukul 06.00 pagi.
Javas duduk di motornya seraya memainkan ponselnya. Javas yakin sebentar lagi Rajni pasti akan keluar.
"Maaf, cari siapa ya?"
Javas mendongakkan kepalanya. Didepannya berdiri dua orang suami istri paruh baya. Sang istri yang menggunakan mukenah dan suaminya yang menggunakan saring, baju koko serta peci.
Tanpa Javas cari tau juga, Ia yakin didepannya ini adalah kedua orang tua Rajni. Seharusnya kalau melihat ini membuat Javas mundur mengejar Rajni karena artinya sudah tidak ada lagi kesempatan untuknya. Mengingat iman mereka yang berbeda, sudah pasti orang tua Rajni tidak akan mendukung Javas.
"Maaf Pak, saya temannya Rajni hehehe.." Javas buru-buru menuruni motornya lalu menyalami tangan kedua orang tua Rajni.
Orang tua Rajni memperhatikan Javas. Hingga pandangan mereka bertumpu pada kalung yang menggantung di leher Javas. Javas yang sadar orang tua Rajni memperhatikan kalung yang ia pakai hanya mampu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nekat Bucin (end)
Ficção Geral(Cover by pinterest) (Spin Off dari cerita SadaJiwa) "Lo selalu tarik ulur gue Rajni. Gue bingung sebenernya perasaan lo untuk gue gimana sih?" Ini bukan tentang laki-laki brengsek yang tidak cukup dengan satu perempuan, ini bukan tentang laki-laki...