June, 2021
The Shivvinest Office Building
— Meeting RoomZavier berjalan memasuki lobi gedung The Shivvinest dengan didampingi direktur operasional perusahaan yang melangkah di sampingnya. Satu bulan yang lalu, perusahaan konstruksi keluarganya, The Shivvinest Construction, mendapat proyek besar pembangunan sebuah hotel di Provinsi Nusa Tenggara dan melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan Interior untuk mendesain interior dan eksterior hotelnya, maka dari itu dia di sini. Untuk memastikan tidak terjadi tumpang tindih antara desain bangunan gedung dan desain bagian dalam dan luar gedung yang di usung oleh FRawlessDesign—perusahaan Interior yang bekerja sama dengan The Shivvinest.
Saat ini, Zavier sebagai Chief Executive Officer dan calon pewaris tunggal akan mengawasi langsung proyek dan merekrut personel sekaligus mengawasi laporan setiap Minggu di lapangan yang akan dikirim ke kantor pusat. Dia ingin memantau sendiri dari lini terbawah, walaupun dia sudah pantas untuk posisi direktur di perusahaan keluarganya sendiri. Namun karena syarat yang wanita -paling ia sayang di dunia- belum terselesaikan dengan baik —yaitu pernikahan. Maka posisi itu belum bisa dia ambil alih. Saat ini dia cukup puas bekerja sebagai CEO selama dua tahun lebih sejak ia merintis semuanya dari bawah setelah menerima gelar magisternya di HEC Paris. Dialah yang menyetujui proyek pembangunan hotel ini dan bertanggung jawab penuh atas semua pekerja yang terpilih. Jika semuanya lancar, mungkin bundanya berhenti untuk mengatur rencana pernikahan dirinya.
Seorang karyawan wanita telah menunggu, menyambut kedatangan mereka dengan ramah, dan segera mengerahkan mereka ke ruang pertemuan. Rapat sudah berlangsung dan mereka bertiga berjalan tanpa menggangu jalannya rapat ke arah yang sudah disediakan setelah mengucapkan permintaan maaf atas keterlambatan mereka.
".... Jadi, saya rasa warna emas, merah, dan silver akan sangat menonjolkan kesan elegan. Warna emas dan silver cukup berkelas, dan warna merah akan menyempurnakan tampilannya, membuat pengunjung hotel merasa seperti sedang berada di istana kerajaan. Dan untuk nuansa kamar, kita bisa—"
"Emas, merah, dan silver anda bilang?"
Suara seorang wanita memotong penjelasan tersebut dan Zavier, yang sedang membolak-balik berkas di tangannya untuk mengejar ketertinggalan, mendongak untuk melihat siapa pemilik suara dingin dan angkuh itu. Wanita itu duduk di seberang meja, berlawanan dengannya. Mengenakan kemeja broken white dengan aksen di tangannya dan rambut panjangnya berwarna cokelat gelap, kulit putihnya bersinar dasangat menarik mata, dengan riasan tidak terlalu mencolok. Tapi cukup elegan untuk dipandang. Radarnya memang tidak pernah bisa melewatkan pemandangan indah begitu saja— melihat wajah yang begitu manis, begitu polos dan tanpa dosa seolah wanita itu hanya seorang gadis remaja yang belum mengerti kerasnya dunia. Namun, kalimat yang kemudian dikeluarkan dari mulut wanita itu selanjutnya membuat semua penilaian positif itu sirna. Kalimat-kalimat itu begitu kejam dan terkesan meremehkan.
Ya, wanita itu masuk dalam salah satu daftar karyawan terbaik di perusahaannya. Sekaligus wanita yang kabarnya akan dijodohkan dengannya— Kekira Zeline Athaleta Calief.
"Bukannya itu terlalu norak untuk zaman sekarang? Ini bukan Inggris atau Prancis, dan ini bukan era bangsawan dan kerajaan. Lagipula konsep warna tersebut tidak akan cocok dengan nuansa yang ada di iklim tropis seperti Indonesia. Apa sebelumnya anda tidak melakukan analisis terlebih dahulu sebelum mempresentasikan ide-ide anda tadi? Dan apa anda tidak ingat permintaan perusahaan kita? Kalau anda lupa, biar saya ingatkan, The Shivvinest menginginkan tampilan yang segar, innocent, sederhana tapi berkelas. Dan yang terpenting menyatu dengan suasana di wilayah Nusa Tenggara. Anggun dan elegan. Tekankan pada kata innocent. Polos. Ringan. Tanpa dosa. Tapi yahh, saya sama sekali tidak heran kalau anda tidak memahami makna ini." Ujung bibir wanita itu terangkat naik, dengan pandangan meremehkan. "Karena anda sendiri sama sekali tidak mendeskripsikan itu. Ingin terlihat polos, padahal munafik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peeking Past Foliage
Romance[An Office Romantic, Heartfelt Story] Tidak pernah terbersit dalam benak Zeline sedikit pun untuk terikat dalam komitmen pernikahan-setidaknya dalam waktu dekat ini. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah kesuksesan karirnya sebagai Marketing Officer...