Meaning : (adj.) unable to think and act normally, especially because of being in love.
The Shivvinest Building, pukul 15.40 WIB
Zeline masih duduk di kubikelnya, melamun menatap kosong deretan angka dan grafik di excel yang belum ia selesaikan sampai jam menunjukkan hampir jam empat sore. Seharusnya ia menyelesaikan ini secepat mungkin, karena besok akan ada management meeting.
Otaknya memutar ingatan pagi tadi, saat dia terlibat percakapan singkat dengan Alden dan saat dia berada dalam pelukan pria yang sudah lama tak dia temui itu. Kemudian mundur ke tujuh jam sebelumnya, saat dia berada dalam dekapan hangat Zavier dan menangis di jas mahal pria itu. Bahkan dia tidak tahu untuk apa ia menangis? Apakah karena penolakan Alden? Atau karena akhirnya kisah cinta nya menemukan titik akhir? Atau karena perasaan gamang yang ia rasakan saat mendengar jawaban dari pria yang menolaknya tadi pagi? Sampai saat ini pun wanita itu belum bisa mengidentifikasi isi hatinya sendiri.
Yang saat ini ia ingat jelas adalah dekapan hangat Zavier saat ia menangis, karena disaat yang bersamaan Zeline merasakan panas yang menguar dari tubuh pria itu, detak jantung pria itu di telinganya, dan aroma aftershave segar yang bercampur dengan aroma parfum dan wangi tubuh pria itu sendiri. Dia hanya menangis, dengan usapan lembut di kepalanya. Sedangkan yang otaknya lakukan adalah memutar ulang ingatan-ingatan saat bersama Zavier. Saat pertama kali dia melihat pria itu menunggunya di bandara, saat pria itu memaksa menemaninya ke restoran murah pinggir jalan karena takut terjadi sesuatu padanya, cara pria itu yang dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya tapi tidak pernah menyentuhnya apa bila tidak dia izinkan, reaksi pria itu saat dia muncul hanya dengan balutan lingerie dan pria itu malah teriak memarahinya alih-alih kehilangan kendali dan menyerangnya.
Zeline tahu betapa pria itu menginginkannya, dia sudah pernah melihat tatapan yang sama dari pria lainnya. Tapi pria ini, pria bernama Zavier Akhtar ini, yang terkenal dengan pengalamannya dengan banyak wanita, entah untuk alasan apa banyak menahan diri agar tidak menyentuhnya lebih dari apa yang pria itu bisa. Tatapan pria itu, cara pria itu memandangnya, entah kenapa mulai terlihat berbeda. Lebih intens, tajam sekaligus lembut, seolah-olah pria itu berjaga-jaga kalau sesuatu akan terjadi padanya.
Cara pria itu menyentuhnya tidak sama. Sentuhannya terasa melindungi dan natural, seolah pria itu tidak berpikir saat melakukannya, hanya karena spontanitas saja. Dan entah sejak kapan, pria itu mulai memenuhi isi otaknya, menggeser jauh Alden begitu saja dengan mudah ke belakang.
Dia masih belum tau alasannya menangis, karena tangisan bukan lagi tentang perasaannya ke Alden. Dia...
Ah, mungkin tangisannya tadi pagi pertanda bahwa alam bawah sadarnya sedang menangisi hatinya yang mulai berubah arah. Bahwa ada pria lain yang saat ini terus-terusan berada di pikirannya.
Seorang pria yang baru dikenalnya belum sampai satu tahun, merengsek masuk ke otaknnya dan menggantikan posisi pria yang sudah dicintainya selama bertahun-tahun?
[***]
October 23, 2022
Zavier membanting pintu range rover keluaran terbaru itu hingga menutup kencang. Dia meninggalkan tas kerja dan jasnya di mobil.
Pria itu baru selesai melepaskan kancing kengan kemejanya dan melipatnya asal sampai siku, dan baru akan melonggarkan dasi saat mendengar suara teredam di balik salah satu pilar di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peeking Past Foliage
Storie d'amore[An Office Romantic, Heartfelt Story] Tidak pernah terbersit dalam benak Zeline sedikit pun untuk terikat dalam komitmen pernikahan-setidaknya dalam waktu dekat ini. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah kesuksesan karirnya sebagai Marketing Officer...