5. In Early Stage

124 17 3
                                    

June 26, 2021


Soekarno Hatta International Airport, Tangerang

Zavier melipat tangan di depan dada dan mengecek jam tangannya berulang kali. Dia paling benci menunggu dan wanita itu sudah membuatnya menunggu selama empat puluh lima menit seperti orang tolol. Dia sudah sangat amat risih karena wanita-wanita yang melewatinya selalu memandangnya seolah dia adalah orang yang mereka kenal. Dia tidak tertarik untuk menggoda wanita mana pun saat kehidupannya akan direcoki oleh seorang wanita yang adalah bawahannya sendiri di kantor. Gara-gara bundanya, dia melanggar prinsipnya sendiri untuk tidak mendekati dan terlibat hal apapun dengan karyawan kantornya.

Ini memang bukan pertama kalinya dia bertemu dengan wanita itu. Dia pernah terlibat pertengkaran dengan wanita itu beberapa tahun yang lalu karena wanita itu menabrak mobilnya di tengah padatnya kota Jakarta.

Dan walaupun wanita itu sudah lama bekerja di perusahaan keluarganya, namun dia tidak pernah terlibat secara langsung dengannya. Baru kemarin, dia sedikit mengetahui perangai wanita yang akan dijodohkan oleh bundanya. Zavier akui, wanita itu cantik. Sangat. Bahkan menurutnya sekarang lebih cantik lagi daripada saat mereka bertemu di lima tahun yang lalu. Dan dia bertanya-tanya, apakah wanita itu masih mengingatnya juga? Mengingat mereka sama-sama pernah terlibat insiden di tengah jalan dulu. Dia bahkan sedikit heran, bagaimana bisa dia melewatkan wanita itu begitu saja? Dia sudah banyak mengencani begitu banyak wanita dan dia melewatkan yang tercantik begitu saja? Sungguh kecerobohan yang luar biasa!

Tapi seharusnya dia bersyukur karena belum pernah merayu wanita satu ini. Sudah dia katakan, bahwa dia tidak suka menikah dengan wanita yang sudah pernah dia kencani. Dia juga cukup penasaran, seangkuh apa wanita itu sebenarnya? Dan lagi, dari apa yang dia dengar, reputasi wanita itu sungguh amat baik. Jelas bahwa banyak pria yang mengejarnya terang-terangan, namun anehnya tidak ada satu pun yang berhasil memikat hatinya.

Jika mereka menikah, yang sepertinya 100% akan terwujud, itu berarti dia adalah orang yang beruntung karena bisa menaklukkan bidadari yang hatinya sulit didapatkan. Dan dengan itu, dia mulai prihatin dengan nasib wanita itu. Mendapatkan barang bekas seperti dirinya.

Zavier mendengar pengumuman tentang pesawat yang baru lepas landas dan beranjak untuk bergabung dengan kerumunan para penjemput lainnya. Sudah saatnya dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, apa wanita itu akan sama menakjubkannya seperti apa yang kemarin dia lihat? Atau bahkan bisa lebih mempesona lagi jika lebih dekat? Dia memiliki selera yang sangat tinggi dan tidak semua mendapatkan pujian dari mulutnya.

Mari kita lihat, apakah Kekira Zeline Athaleta Calief akan menjadi mainan baru yang menarik baginya?

—&—

Zeline menggeret kopernya dengan langkah kaki malas, sungguh enggan untuk melangkah. Tadinya kepalanya terasa panas hingga nyaris meledak, dan mood-nya begitu buruk, hingga dia bahkan mengabaikan begitu saja pria tampan yang dengan terang-terangan memperhatikannya. Saat mahluk maskulin itu menyapanya duluan, dia hanya mengangguk sopan dan memalingkan wajah, menunjukkan betapa dia tidak ingin diganggu karena amarahnya sudah melampaui batas.

Dari tadi dia berpikir, apa yang membuat orangtuanya begitu kuno sampai memiliki ide untuk menjodohkannya? Padahal selama ini, hidupnya sudah cukup tenang. Dan dia hapal betul kalau orang tuanya bukan tipe orang tua yang akan memaksakan kehendak. Apa orang guanya mengalami kerugian dari status single nya selama ini? Dia benar-benar malas untuk mempersilahkan orang lain masuk ke dalam hidupnya, apalagi untuk komitmen seserius itu. Walau pun, jika dipikir-pikir lagi, menikah dengan pria mana pun tidak masalah baginya. Dan kalau dia tidak menyukai calon suaminya, dia tinggal memberikan daftar persyaratan yang akan membuat pria mana pun lari menjauh. Sepertinya, wanita itu sudah menemukan solusi dari permasalahannya.

Peeking Past FoliageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang