June 27, 2021
The Shivvinest Group
Zeline menghela napas panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk berangkat ke kantor.
Untungnya hari ini Zeline sedikit longgar, karena seharian ini dia hanya berada di kantor tanpa harus terjun ke lapangan. Bersantai sambil meminum jus mangga yang ia pesan melalui OB di kantor— pak Mamat, tanpa harus mendengarkan komplain klien yang kadang menguras emosi dan juga kesabarannya. Tipikal klien banyak mau.
Mengingat hal yang terjadi kemarin. Atasannya yang biasa ia panggil —Pak Narendra, orang nomor satu di perusahaannya, pria dengan segala jejak hitam menurutnya. Iya, pria itu, calon suaminya. Belum ada yang mereka berdua bicarakan, karena kemarin jujur saja Zeline masih terkena shock attack mengetahui berbagai fakta yang terjadi pada dirinya. Pertama, mengenai perjodohan yang dilakukan orang tuanya, tanpa berdiskusi dengannya terlebih dahulu. Kedua, orang yang dijodohkan adalah atasannya sendiri. Dan ketiga, tahukan mereka bahwa yang dijodohkan olehnya sudah masuk dalam daftar hitam pada list jodoh masa depannya?
Zeline memijat keningnya yang tiba-tiba pening. Bagaimana jika teman-temannya tahu? Bagaimana jika satu kantor ini tahu? Dan terlebih lagi, bagaimana jika wanita-wanita dan teman kencan pria itu tau? Bisa mati muda wanita itu diteror terus menerus.
"Woy, Zel, melamun mulu lo! Nanti makan siang bareng ya. Bellva sama Dito meeting di daerah Senopati. Sasi izin karena diare katanya. Tinggal lo sama gue doang hari ini. Untung bisa pulang tango, huh!" jelas Zayyan dengan semangat.
"Di jam makan siang, gue ada urusan, Yan. Sorry, ya.." jawab Zeline tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.
Zayyan mendesah kecewa. "Gue males banget makan sendiri, dan gue pengen curhat sama lo. Mumpung kantor juga sepi."
"Mau cerita apa?"
"Mulai hari ini gue berhenti buat ngejar cewek itu, deh, kayaknya."
Kali ini Zeline mengarahkan kursinya menghadap Zayyan, wanita itu menatap pria yang kubikelnya berada tepat di depannya penuh selidik. "Maksud lo?"
"Gue... Nyerah?"
"Alasannya?"
Zayyan mendesah lemah. "Kayaknya dia suka sama cowok lain. Gue liat foto mereka berdua di handphonenya, semalem waktu gue ajak doi dinner."
"Mungkin saudaranya kali. Bisa aja itu adik atau kakaknya. Emang lo udah konfirmasi? Udah tanya langsung ke dia?"
Pria itu menggeleng cepat, "Tapi...."
"Jangan buat kesimpulan sendiri dong, Yan. Jangan negative thinking. Sebelum lo tau sendiri kebenaran dari praduga lo ini."
"Tapi emang bukan saudaranya. Gue yakin."
"Daripada lo rungsing, mending lo tanya langsung ke dia deh, pastiin langsung, biar lebih jelas." Saran Zeline.
Pria itu hanya mengangguk pasrah mendengarkan saran Zeline. Dan mereka pun berkutat kembali pada pekerjaan masing-masing sampai waktu istirahat makan siang tiba.
Kemarin wanita itu sudah membuat janji pada calon suaminya slash CEO perusahaannya. Zeline mendengus kesal ketika otaknya merapalkan kalimat itu. Pilihan kalimat yang kurang tepat. Bukan calon suami, tapi calon neraka nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peeking Past Foliage
Romance[An Office Romantic, Heartfelt Story] Tidak pernah terbersit dalam benak Zeline sedikit pun untuk terikat dalam komitmen pernikahan-setidaknya dalam waktu dekat ini. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah kesuksesan karirnya sebagai Marketing Officer...