9. Que Sera Sera

116 11 0
                                    

July 1, 2021

Calief's Family Home, Bandung

Zeline memang berencana untuk pulang ke Bandung di hari Kamis sore. Dan meminta cuti di hari Jumatnya. Namun terlebih dahulu ia menyelesaikan pekerjaannya. Dan sisanya bisa ia bawa pulang karena hanya mengecek dan membalas sebagian email yang kemarin belum sempat ia buka.

Wanita itu pulang ke rumah orang tuanya bukan tanpa alasan. Mama nya sudah mewanti-wantinya dari kemarin lusa, bahkan sampai mengancam akan menghapus namanya dari daftar keluarga. Kejam sekali mama nya itu!

Dan di sini lah Zeline berada. Rumah orang tuanya!

Setelah membersihkan tubuhnya, Zeline segera pergi ke dapur untuk membuat bakmi untuk ayah dan mamanya. Mereka merindukan masakan Zeline, katanya.

Zeline bisa memasak? Oh, jangan ragukan keahliannya yang satu ini. Memasak adalah hal yang paling mudah dilakukan baginya. Lebih mudah dari pada meyakinkan para BOD untuk memberikan approve pekerjaannya. Tidak hanya memasak, dia juga terampil dalam mengerjakan semua pekerjaan rumah. Keahliannya ini memang tidak banyak orang yang tahu. Paling hanya keluarganya, dan sahabat dekatnya, Bellva. Orang lain yang hanya kenal saja, pasti memandangnya sebelah mata. Itu sudah jadi hal biasa, dan tidak terlalu dipusingkan juga oleh wanita itu.

"Kayaknya ada tamu deh, yah."

"Biar ayah yang bukain!" Seru Zeyn yang sedang menonton serial Netflix di ruang tengah.

Zeyn segera membukakan pintu. Satu alisnya naik ketika mendapati seorang pria muda dan tampan berdiri di hadapannya. "Bukannya acaranya besok?"

"Saya mau menyampaikan sesuatu, om. Apa saya boleh masuk lebih dulu?" ucapnya sopan.

Zeyn mengangguk. "Baik, silahkan masuk."

Pria itu tersenyum lebar, karena disambut hangat oleh pria paruh baya itu, yang sebentar lagi akan menjadi orang tuanya juga.

"Siapa yang bertamu, yah?" tanya Ayra, istri Zeyn, mamanya Zeline.

"Oalah! Calon mantuku, udah nggak sabar banget ya? Padahal besok acaranya loh!" Seru wanita paruh baya itu heboh luar biasa.

Pria itu hanya tertawa kecil, masih agak sungkan. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya pria itu datang berkunjung ke sini. Namun, ini menjadi pertama kali untuk wanita itu melihatnya di sini, di rumah orangtuanya.

"Nggak etis banget ngobrolnya sambil berdiri." Ujar sang ayah kemudian menggeser posisi berdirinya, memberi ruang pada pria itu untuk duduk di sofa single. "Silahkan duduk, om panggil Zeline dulu. Anaknya masih sibuk di dapur."

Lalu, Zeyn menghampiri putrinya yang terlihat sibuk menuangkan mie yang sudah matang ke mangkuk kosong. "Zel, tolong bawain minum sekalian ya ke ruang tamu."

"Ada tamu? Siapa?" Tanya Zeline penasaran.

"Enggak usah banyak tanya deh, nanti juga kamu tau sendiri." Zeline mempautkan bibirnya. Ia jadi menahan rentetan pertanyaan yang terlintas di pikirannya dah segera melaksanakan perintah ayahnya tadi.

Zeline membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat menuju ruang tamu dan membawa beberapa toples makanan ringan yang tertata rapi.

"ASTAGA!" pekik Zeline saat melihat tamunya malam ini. Nampan yang dipegangnya hampir terjatuh jika mamanya tidak sigap menahan tubuh Zeline yang jadi tak seimbang. "Bapak ngapain ke sini?!"

"Zeline! Mama nggak pernah ngajarin kamu nggak sopan sama tamu!" Tegur Ayra membuat Zeline diam seketika. "Minta maaf sama nak Zavier."

"Maaf, ma. Aku kaget." Ucap Zeline pada mamanya. Lalu tatapan malas beralih ke arah pria yang sejak tadi menatapnya itu, "maaf, pak. Tingkah saya kurang sopan,"

Peeking Past FoliageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang