21. Lazy Perfectionist

23 6 0
                                    

[noun.] when you don't care about anything but at the same time care too much about anything.
__________

"Udah pulang?" Sapa Zeline, sibuk berpikir untuk menentukan pilihannya di antara deretan wine di dalam rak yang tertanam di dinding, terletak di balik meja yang cukup luas.

"Kali ini kamu lagi berakting sebagai apa? Bartender penggoda?" Ejek Zavier, menarik kursi tinggi di depan meja bar, lalu duduk di atasnya.

Zeline akhirnya mengeluarkan sebotol wine, membuka tutupnya dengan kemampuan yang cukup membuat Zavier kagum, dan menuangkannya ke dalam dua gelas.

Wanita itu menyodorkan salah satunya ke arah Zavier lalu mengangkat gelasnya sendiri, mengajak bersulang.

"Kamu mau aku menggodamu?" Tanya Zeline balik, meletakkan gelas wine yang baru diminumnya seperempat dan mengedip ke arah Zavier.

"Coba saja," tantang pria itu sambil menaikkan sebelah alisnya.

Zeline mencondongkan tubuhnya melewati meja bar sampai wajahnya berhadapan dengan wajah Zavier, lalu berbisik dengan suara serak yang membuat pria itu hampir kehilangan kemampuan untuk berpikir, "welcome home, Mas Zavier," sebelum akhirnya menyentuhkan bibirnya ke permukaan bibir pria itu.

Dan seolah bisa membaca pikiran satu sama lain, bibir mereka hanya diam, tidak bergerak, hanya melakukan kecupan santai selamat malam.

Zavier bisa merasakan rasa manis anggur yang masih tersisa di bibir wanita itu, tapi menahan diri untuk tidak melakukan lebih daripada itu. Dia menyukai sentuhan-sentuhan santai seperti ini, menunjukkan ketertarikan mereka bukan hanya karena nafsu semata.

Zeline menekankan bibirnya lebih dalam lalu melepaskan diri dan tersenyum lembut, menopang sisi wajahnya dengan telapak tangan.

"Jadi, gimana harimu?"

Zavier bals tersenyum, untuk pertama kalinya merasa senang mendengar pertanyaan yang sebelumnya dia benci itu.

"Baik. Kamu?"

"Sama sepertimu, dan menyenangkan."

Dan begitulah hari-hari mereka berjalan.

[***]

"Aku beneran boleh request sesuai keinginanku?" Tanya Zeline sekali lagi, wanita itu sedang duduk di lantai dengan laptop yang terbuka. Bersebrangan dengan Zavier, yang juga sedang fokus dengan pekerjaannya sendiri.

"Hmm.." gumam pria itu, "apapun mau kamu, Zel. Kamu bisa bilang sama tim arsitek dan tim design interior nya mau rumah yang seperti apa?"

"Kalau begitu aku mau semuanya dikelilingi sama kaca-kaca besar. Jadi, nanti tempat itu dapat sinar matahari yang bagus, jadi saat rampung semuanya, rumah itu akan terlihat terang."

Zavier mendongak dan menatap wanita itu ingin tahu.

"Kamu suka rumah yang kayak gitu? Bukannya nyaris nggak ada privasi? Apalagi di kamar. Orang yang lewat bisa-bisa lihat apa yang kamu lakuin. Kamu mau ditonton saat lagi melakukan hubungan seks sama suami kamu?"

Zeline meraih bantal sofa dan melemparkannya ke arah Zavier, yang menangkapnya dengan mudah sambil tertawa.

"Tempat itu kan terletak paling sudut dan lahannya luas. Kita bisa buat halaman dan rumahnya jauh dari jalan, jadi nggak ada masalah. Lagi pula kamar utamanya aku mau letaknya di lantai dua, sekaligus balkon. Dan ngomong-ngomong, bukannya yang bakalan jadi suami aku itu kamu? Sejak kapan aku bersedia ngelakuin hubungan seks sama kamu, hm?"

Peeking Past FoliageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang