Niken menyambut sang suami yang baru pulang dari rumah sakit, meski wajah Seno tersenyum, wanita itu tahu Seno sedang memikirkan sesuatu. Setelah membiarkan Seno membersihkan diri dan menemani sang suami makan keduanya duduk berdampingan di kursi malas yang ada dibelakang rumah Seno. Niken memperhatikan halaman rumah Seno yang ternyata memiliki sebuah pohon beringin yang tidak terlalu besar. Pantas saja Panji bisa keluar masuk rumah Seno dengan leluasa, ternyata ada pintu yang menghubungkan dunianya dan dunia Panji.
"Aku baru tahu kalau halaman belakang rumah mas ada pohon beringinnya."
"Mas juga baru tahu kalau itu beringin, setahu mas disitu memang ada pohon tapi bukan pohon beringin, atau mas yang tidak begitu perhatian, karena yang bersih-bersih juga bukan mas." Niken mengangguk. Ia bersandar dibahu suaminya sambil memangku plastikwer yang berisi singkong balado, sementara Seno melingkarkan lengannya dibahu Niken seraya mengusap-usap kepala sang istri. Sesekali Seno mencium puncak kepala Niken. Bersama Niken semua beban di pundaknya serasa ringan, melihat Niken tersenyum, mendengar kecerewetan Niken menjadikan hiburan tersendiri untuk Seno. Istrinya itu segala hal dikomentari, kadang Seno heran dari mana Niken punya energi lebih untuk bicara, karena Niken juga mengerjakan pekerjaan rumah. Masakan Niken rasanya nomor satu, Niken seolah tahu racikan bumbu yang pas untuk lidahnya yang pemilih. Tidak semua makanan dia mau, tapi Niken berhasil mengolah makanan yang tidak dia suka menjadi enak dilidah.
"Mas kenapa?" Seno menoleh kearah Niken, seolah bertanya maksud pertanyaan sang istri.
"Apa ada masalah di rumah sakit atau keluarga? Aku merasa mas menyimpan suatu beban." Seno menghela nafas, istrinya ini sangat peka atas setiap perubahan dalam dirinya, sepertinya tidak ada satu hal pun yang bisa disembunyikan dari Niken. Tapi mungkin sebaiknya begitu, dalam berumah tangga komunikasi dan keterbukaan itu penting, setiap masalah hendaknya dibicarakan dengan pasangan bukan dengan orang lain, karena yang menjalaninya adalah mereka suami istri bukan orang lain. Meminta pendapat orang lain kadang dibutuhkan tetapi tidak harus membuka aib rumah tangga atau keluarga sendiri. Seno mengakui, keluarganya tidak seharmonis keluarga Niken. Meski mereka sama-sama memiliki keluarga besar tetapi keluarga Niken terlihat rukun dan mengasihi satu sama lain. Mereka juga melindungi satu sama lain, berbeda dengan keluarganya yang bisa saling bunuh karena materi. Kadang Seno mengutuk nama kelurganya yang bermarga Hartawan, membuat mereka saling berebut harta untuk kepentingan pribadi bukannya saling memberi harta untuk kepentingan bersama.
"Ibu tadi telepon, minta mas membantu biaya sekolah Manda."
"Kalau mas mampu ya dibantu saja, kalau tidak yang jangan dipaksakan. Ingat saat ini mas punya keluarga yang jadi tanggung jawab mas. Bukan aku melarang mas membantu keluarga, aku rasa mas cukup berkorban, ada ayah dan juga saudara yang lainnya, kenapa mas yang harus memikul semua tanggung jawab? Mas sudah bukan pemilik jaringan supermarket lagi, satu-satunya penghasilan mas dari pekerjaan mas sebagai dokter, dan mas bukan robot pencetak uang. Mas harus tegas dengan ibu Emma, jangan mau jadi sapi perah orang yang tidak pernah menganggap mas anaknya. Ibu itu memang harus dihormati, tetapi ibu yang bagaimana dulu, Bu Emma hanya ibu tiri yang memanfaatkan mas, bukan memberi kasih sayang tetapi mengekploitasi mas." Seno terdiam yang dikatakan sang istri benar adanya.
"Seharusnya kedua orang tua mas, memikirkan berapa uang yang diperlukan untuk sekolah diluar negeri , jika tidak mampu ya jangan memaksa kalau akhirnya hanya akan menyusahkan keluarga lainnya, mas saja dulu kuliah dengan modal beasiswa, kenapa giliran Manda dan Dena sekolah harus diluar negeri atau disekolah bertaraf internasional? padahal dibanding Manda dan Dena mas lebih berhak atas harta keluarga Hartawan. Aku bukannya ingin mempengaruhi mas untuk semakin menjauh dari keluarga, tapi apa yang dilakukan keluarga mas pada mas itu sudah keterlaluan. Aku tidak akan diam saja mas diperlakukan tidak adil dan semena-mena. Mungkin dulu mas tidak keberatan atau tidak masalah menjadi tulang punggung keluarga tapi sekarang mas juga harus ingat ada tanggung jawab lainnya untuk mas.'
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKEN - HATI YANG TERTAUT (END)
RomanceMereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Niken tidak pernah memaksa Seno untuk memilihnya, tapi lelaki itu mantap memilihnya. Meski banyak yang menentang hubungannya dengan Niken tapi Seno tidak mundur dan memantapkan hati untuk bersama pili...