12

2K 385 43
                                    

Seno memasuki ruang direktur dengan langkah tenang, beberapa orang menyapanya dan hanya dibalas oleh anggukan kecil. Dokter Martin mempersilahkan Seno masuk. Lelaki itu duduk dihadapan dokter Martin setelah menyerahkan sebuah amplop coklat pada dokter senior sekaligus salah satu pendiri rumah sakit tempat Seno bekerja yang tidak lain keluarga dokter Jelita.

"Aku tetap tidak menyetujui permohonan pengunduran dirimu, Seno. Kalau karena masalahmu dengan Jelita kamu mengundurkan diri maka aku lebih memilih memecat Jelita meski dia adalah keluarga istriku. Keberadaanmu di rumah sakit ini lebih dibutuhkan daripada Jelita."

"Ini keputusan saya, dokter. Tidak ada hubungannya dengan siapapun. Saat ini saya ingin fokus mengambil sub spesialis, kemungkinan kami akan pindah dari kota ini."

"Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi? Pasienmu pasti akan sangat merindukanmu. Kamu favorite mereka.' Seno tertawa, ia tahu yang dikatakan dokter Martin benar, banyak yang tiba-tiba mendadak sakit jantung dan minta konsulen padanya meski sebenarnya mereka cukup konsulen dengan dokter umum saja. Meski orang-orang tahu dirinya sudah menikah dan punya istri galak tapi entah kenapa pasarannya masih tinggi saja. Bahkan ada keluarga pasien yang nekat memintanya menjadikan anak gadis mereka istri kedua. Seno jelas menolak mentah-mentah. Mendapatakan Niken itu sulit dan banyak hal yang harus dia korbankan, belum lagi gangguan dari Jelita, kok malah mencari masalah baru. Niken itu sudah paket lengkap, tidak ada yang wanita manapun yang bisa menandingi istrinya itu. Hanya lelaki bodoh yang menduakan Niken. Istrinya itu galak diluar tapi lembut didalam. Manis di depan orang tapi bisa sangat liar diranjang. Semua kebutuhannya dipenuhi, lahir, bathin bahkan pikirannya saja dipenuhi Niken. Istrinya itu ngangenin.

"Keputusan saya sudah bulat dokter. Maafkan saya."

"Kamu dengan keputusanmu dan saya dengan keputusan saya, Seno. Saya tetap tidak mengijinkan kamu keluar, saya anggap   kamu cuti. Ambillah waktu sebanyak yang kamu mau untuk melanjutkan pendidikanmu tapi jadikan tempat ini sebagai tempat kamu pulang. Selain dirimu, saya bahkan tidak percaya dengan siapapun, Seno. Banyak dokter dengan jiwa bisnis yang lebih dominan daripada jiwa kemanusiaan kalian. Kamu harapan saya untuk meneruskan rumah sakit ini. Kembalilah kapanpun kamu siap. Rumah sakit ini butuh orang-orang muda seperti kamu."

"Baiklah dokter Martin. Terima kasih atas tawaran dan kesempatan yang diberikan kepada saya. Saya mohon maaf kalau selama saya mengabdi disini ada tindakan saya tidak berkenan.  Saya pamit." Keduanya berjabat tangan. Seno segera pergi meninggalkan ruangan direktur rumah sakit. Ia sudah memutuskan untuk berhenti, tidak ada rekan sejawatnya yang tahu karena ia tidak ingin menghebohkan rumah sakit dengan pengunduran dirinya. Setelah ini dirinya akan fokus pada studi dan keluarganya.

Niken sedang menimang Tria dihalaman belakang ketika ia merasakan hawa disekitarnya berubah lebih hangat. Tria bergerak gelisah dalam gendongannya membuat Niken meletakkan bayinya didalam keranjang yang sudah diberi mantera oleh Panji agar bayinya bisa tenang dan terlindungi dari mara bahaya yang tidak kasat mata. Setelah melihat Tria kembali tenang Niken duduk tidak jauh dari keranjang Tria.

"Silahkan duduk." Niken mempersilahkan tamu yang disadari kedatangannya dan dalam sekejab mata dua orang lelaki berpakaian adat jawa duduk dihadapan Niken. Wanita itu terkejut, tetapi ia segera menutupi keterkejutanya itu dengan tersenyum tipis. Ini pertama kalinya dirinya dikunjungi oleh abdi dari sang suami. Biasanya mereka bertemu karena Panji yang meminta menghadap.

"Terima kasih, putri Niken."

"Apa terjadi sesuatu dengan suamiku?"Niken cukup khawatir karena tidak biasanya abdi dalem datang tanpa diminta. Panji juga tidak ada khabar hingga ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya.

"Maaf putri Niken, kalau kehadiran kami mengganggu putri Niken."

"Apa suamiku yang mengutus kalian?"

"Tidak, Pangeran Panji sama sekali tidak tahu kunjungan kami pada tuan putri."

NIKEN - HATI YANG TERTAUT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang