9.

3.2K 379 53
                                    

Seno membuka matanya perlahan dan mendapati Niken yang tertidur pulas. Ditatapnya sang istri dengan sayang dan disingkirkannya rambut Niken yang menghalangi wajahnya. Niken itu cantik, wajahnya keibuan, sorot matanya menenangkan dan pipinya menggemaskan. Hidungnya yang mancung membuat Seno tidak pernah bisa berpaling pada gadis lain. Seolah Niken sudah menyedot habis semua perhatian Seno agar  melihat kepada gadis itu. Perlahan Seno bangkit dari tidurnya setelah mengecup kening sang istri. Seno terkejut saat melihat bayi mereka ada didekat mereka. Seno ingat bayinya ada di ruang bayi, tapi kini Tria sudah bersama dengan mereka. Bergegas Seno bangkit dan memeriksa keadaan Tria, ia bersyukur keadaan bayinya baik-baik saja. Entah siapa yang membawa bayinya kemari, karena tindakan yang dilakukan orang tersebut membahayakan kesehatan bayinya karena dinginnya AC bisa mempengaruhi pernafasan Tria yang masih baru lahir dan belum sempurna. Tria tersenyum seraya menggerakkan kedua tangan dan kakinya saat melihat sang ayah. Bayi itu bergerak aktif hingga bedongannya terlepas. Seno bernafas lega karena Tria baik-baik saja dan tubuh putrinya itu terasa hangat, padahal Seno yakin kalau suhu kamar ruang rawat Niken cukup dingin untuk ukuran orang dewasa. Sekali lagi Seno tidak habis pikir bagaimana Tria tidak kedinginan dan tetap hangat dalam box bayinya.  Perlahan Seno menggendong sang putri kemudian menimangnya. Suara berisik Seno yang sedang menimang Tria membuat Niken terjaga.

"Loh mas, Tria ada disini?" Seno membawa Tria kedekat sang istri dan membaringkannya disisi sang istri.

"Mas juga terkejut melihat Tria tiba-tiba ada dikamar kita. Sepertinya Mas harus menegur para perawat itu agar lebih berhati-hati saat bekerja. Tria masih kecil tidak baik berada diruangan ber AC dingin seperti diruangan ini. Niken memegang Tria dan bayi itu sama sekali tidak merasa kedinginan. Niken mengerutkan keningnya saat melihat Panji berdiri tidak jauh dari mereka dan tersenyum kearahnya. Niken hanya menggelengkan kepalanya, ia kira semalam dirinya bermimpi tidur ditempat Panji. Dia sempat melihat Panji menimang Tria. Rupanya semua itu bukan mimpi karena nyatanya baik dirinya dan Tria ada bersama Panji dan kini suaminya itu mengembalikan mereka ketempat yang berbeda.

"Sebaiknya mas cuci muka dulu. Mas baru bangun juga kan? Biar Tria, aku susuin. Sepertinya putri kita haus." Seno kembali mengecup kepala Niken dan Tria sebelum pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sepeninggal Seno, Panji mendekati sang istri dan putrinya. Niken meminta Panji mengambilkan air minum untuknya.

"Tria kesini sama Romo?" Niken mengajak Tria berbicara. Putrinya itu hanya menggerak-gerakkan kedua bola matanya, sambil memegangi sumber ASI-nya.

"Lain kali kalau diajak Romo, kembalinya ketempat yang sama ya. Biar ayah tidak marah sama orang yang menjaga Tria. Kasihan kan orang yang tidak bersalah jadi kena marah sama ayah." Tria kembali memukul-mukul payudara Niken seolah memberikan jawaban pada sang ibu.

"Anak pinter. Kasihan ayah, pagi-pagi kaget lihat Tria disini. Untung ayah tidak jantungan, ayah memang dokter jantung tapi bukan berarti harus dikasih sport jantung tiap hari, bisa-bisa ayah kena serangan jantung, nanti Tria bisa tidak punya ayah." Niken kembali bicara dengan sang putri. Wanita itu terus mengajak Tria berbincang meski sang putri hanya menanggapinya dengan kedipan mata atau tangannya yang bergerak kesana kemari.

"Tria sudah ketemu Romo Panjikan? Tria beruntung punya dua ayah, ayah Seno dan Romo Panji. Semua sayang Tria, jadi Tria juga harus sayang sama ayah dan Romo." Niken melihat kearah Panji yang kini sibuk memainkan jemari Tria. Bayi itu juga sudah melepaskan hisapannya di payudara sang ibu.

"Kenapa kangmas membawa Tria kesini, seharusnya kangmas mengembalikan Tria ke ruang bayi. Perawat disana pasti kebingungan kalau Tria tidak ada ditempatnya." Panji hanya tersenyum mendengar perkataan Niken. Ia suka saat Niken mengomel dan marah-marah padanya. Istrinya itu terlihat menggemaskan. Mungkin itu yang membuat 

NIKEN - HATI YANG TERTAUT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang