20

3.2K 296 34
                                    

Niken baru saja menyelesaikan masakannya dan menghidangkan dimeja saat pintu rumahnya diketuk dengan keras. Seno yang menggendong Tria mengerutkan keningnya dan menoleh kearah Niken mencoba mencari tahu siapa yang datang pagi-pagi kerumahnya dan menggedor-gedor pintu rumahnya.

"Coba mas lihat, siapa yang meninggal pagi-pagi sampai tamunya itu menggedor-gedor pintu rumah kita. Jangan bawa Tria takutnya yang datang perampok atau orang jahat." Niken mengingatkan, Seno segera mendudukkan Tria di playgroundnya dan mengunci pagarnya agar Tria tidak keluar dari area permainannya. Seno bergegas kedepan dan membuka pintu lalu terdorong kebelakang saat Haryo masuk seperti angin puting beliung.

"Mas, ayo periksa aku, cepat!" Haryo menarik Seno kekamar tamu dan segera mengunci kamar tamu. Kakak iparnya itu terkejut dengan tingkah sang adik yang langsung menurunkan celananya.

"Mau apa kamu Haryo!"

"Burungku mati mas, dia tidak bangun."

"HA?" Seno masih shock saat Haryo benar-benar memperlihatkan kejantanannya pada sang kakak ipar. 

"Ayo mas periksa, kenapa burungku tidak bangun? Harusnya bangun kan, lihat ini!" Seno menggerakkan kejantanannya yang lemas tak berdaya. Seno mengurut keningnya merasakan pusing mendera kepalanya melihat tingkah laku adiknya. 

"Tidak usah kamu perlihatkan pada mas juga Haryo, cepat naikin lagi celanamu. Kamu bisa bilang masalahnya apa kan bisa. Ndak usah sampai melorotkan celana."

"Mas ndak akan ngerti kalau aku cuma bilang tanpa menunjukkan buktinya. Lagian mas kan seharusnya biasa melihat orang telanjang, jangankan hanya burung, sangkar burung pasti mas pernah lihat juga. Ndak usah seperti perjaka yang baru lihat burung mas!" Seno memejamkan mata mengusir pening yang tiba-tiba melanda. Sebenarnya saat hamil ibu Niken dan Haryo ini ngidam apa, anak-anaknya sama sekali tidak ada sungkan-sungkannya.

"Jelas tidak bangun Haryo kalau semalaman kamu pakai terus. Meski masih pagi kalau kejantananmu itu kamu forsir dia tidak akan langsung tegak, tentu dia perlu istirahat. Kalian pengantin baru wajar kalau digunakan tanpa jeda. Jadi kamu perlu merangsangnya lagi agar bangun. Cepat naikkan lagi celanamu." Seno mendelik tapi tetap tidak terlihat mendelik karena matanya yang sipit. Haryo sendiri tidak sadar sang kakak dari tadi sudah memelototinya malah sibuk meratapi nasibnya.

"Masalahnya mas, sejak kemarin dia tidak mau bangun! Padahal Nia sudah merangsangnya dengan berbagai macam cara, dari hand job, blowjob, tits job, sampai dia tari telanjang, Harjuna ini tidak berdiri. Jangankan berdiri, dibuat kencing saja, dia masih tetep mungsret. Bagaimana ini mas, masa depanku suram, masa depanku gelap, mas Seno harus tolong aku." Haryo mengguncang-guncang tubuh Seno meminta belas kasihan sang kakak.

"Saya ahli jantung, Yo. Bukan ahli perburungan. Nanti saya kasih nomor dokter yang ahli perburungan ya. Sekarang kita keluar dulu, mbakmu pasti bingung mencari saya." Seno berbalik menuju pintu.

"Mas Seno harus tolong Harjuna. Haryo malu, jatuh harga diri Haryo kalau sampai Harjuna tidak bangun. Padahal Haryo nikah sama Nia kan mau lepas segel. Sekarang bagaimana mau lepas segel keperjakaan kalau begini kejadiannya. Selama ini Harjuna baik-baik saja. Bangun dipagi hari, membayangkan Aghni saja sudah langsung berdiri tegak. Kalau begini bagaimana Haryo bisa silaturahmi dalam Gua Nia mas?"

"Harusnya kamu test dulu sama Nia sebelum nikah. Tujuanmu nikah sama Nia saja sudah salah. Nikah kok hanya karena mau ML."

"Mas mau Haryo zina, dosa nanti. Kalau kita ML dengan pasangan sah kan bukan dosa tapi pahala. Pokoknya mas harus tolong Harjuna!"

"Harjuna siapa?" Niken bertanya seraya bersedekap didepan pintu. Seno refleks mundur kebelakang dan nyaris membentur Haryo.

"Haryo Junior Mempesona, mbakyu." Haryo menjawab lirih. Niken menaikkan alisnya mendengar nama burung Haryo, wanita itu menatap Haryo dengan tatapan menyelidik, melihat kondisi Haryo yang tampak kusut dan tidak bergairah padahal barusaja menikah. Apa adiknya terlalu lelah bercinta sampai wajahnya tidak keru-keruan.

NIKEN - HATI YANG TERTAUT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang