19

1.8K 253 19
                                    

Kehidupan Niken berjalan normal dan bahagia. Setelah masalah Jelita selesai, Niken fokus merawat Tria dan Seno. Niken berterima kasih pada Sigit karena bantuan sepupunya itu Jelita bisa mendapatkan hukuman yang setimpal. Keluarga Jelita juga tidak berani mengganggu keluarga Seno. Ternyata meski terlihat seperti pengangguran, Sigit bisa juga diandalkan disaat-saat yang tidak terduga. Lelaki itu masih suka minta makan pada Niken dengan alasan sebagai bayarannya membantu Niken menjebloskan Jelita ke penjara. Niken hanya memutar malas bola matanya melihat sikap Sigit yang tidak tahu diri menurutnya. Seno sendiri tidak keberatan dengan tingkah laku Sigit, bagaimanapun juga lelaki itu sudah banyak membantu keluarganya. 

Berbicara tentang keluarga, hubungan Seno dan ayanhnya juga sudah membaik, beberapa kali Agung Hartawan mengunjungi rumahnya untuk bermain dengan Tria atau mengajak Tria keluar. Semua itu dilakukan sendiri karena ibu tirinya menolak untuk ikut. Seno mendengar hubungan ayahnya dan ibu tirinya sedikit merenggang, bukan apa, ayahnya marah dengan sifat hedon sang ibu tiri dan adik-adiknya. Ia menganggap ibu tirinya itu tidak bisa mendidik adik-adiknya. Bahkan Seno juga mendengar ibu tirinya mengajukan gugatan cerai pada ayahnya.

"Papa jadi cerai dengan mama?" Niken bertanya saat Seno sedang sibuk dengan laptopnya. Seno menghentikan kegiatannya dan melepas kacamatanya.

"Dengar dari mana?"

"Sigit. Dia cerita papa minta bantuan padanya mencarikan pengacara untuk melawan gugatan cerai mama. Kalau menurut aku, papa cerai saja dari mama, turuti permintaan mama, anggap kompensasi selama papa jadi suami dan ayah, dengna begitu papa bisa bebas dari tekanan mama dan adik-adik mas." Seno menatap NIken tak percaya. Sejak awal ia memang tidak cocok dengan ibu tirinya, tapi ia tidak pernah punya pemikiran seperti Niken dimana dirinya setuju papa dan mamanya bercerai.

"Hubungan orang tua kamu itu toxic. Dari pada kerusakannnya lebih parah mending di singkirkan, diamputasi, dihilangkan. Papa masih terlihat tampan diusianya, kalau mau nikah lagi gampang, cari daun muda, kayu jati gampang pasti banyak yang mau. Siapa yang tidak tergiur oleh nama Hartawan, pemilik jaringan supermarket dan minimarket."

"Kamu tidak tergiur."

"itu karena aku lebih kaya." Seno tertawa mendengar kepercayaan diri istrinya. 

"Seandainya papa bercerai dengan mama, papa boleh tinggal disini kan?"

"Boleh, ada banyak kamar juga, nanti aku kasih tarif spesial buat papa."

"Serius kamu minta bayaran sama papa, dek?"Seno menatap istrinya tak percaya.

"Mas, yang mau tinggal disini ini Agung Hartawan, ya kali aku ndak ambil untung, rugi dong."

"Kalau mas boleh tahu berapa kamu minta bayaran sama Pak Agung Hartawan ini?"

"Murah kok, ndak bakal nguras dompet Pak Agung."

"Benarkah?"Seno menatap sang istri tak percaya, Niken tidak akan mau merugi, ia tahu itu tapi Niken bilang tidak akan menguras dompet papanya. Niken mengangguk yakin. 

"Jadi?" Seno masih penasaran.

"Pak Agung Hartawan hanya perlu menemani Tria jajan kapanpun cucunya itu minta."

"Kalau itu tanpa kamu minta papa pasti akan menurutinya, sayang. Papa itu sayang sekali sama Tria. Lebih dekat Tria daripada mas." 

"Iya aku tahu, tapi minggu ini giliran Tria dengan romo. Pak tua itu sudah memperingatiku untuk jangan lupa mengajak Tria ke rumah." Seno mengangguk. Ia bersyukur orang tua dan mertuanya tidak mempermasalahkan cucu mereka yang berjenis kelamin perempuan.

"Mas dengar Haryo akan melamar anak gadis orang. Romo setuju?"

"Ndak tahu, Haryo itu plin plan. Bilangnya akan suka Aghni tapi melamar anak gadis lainnya."

NIKEN - HATI YANG TERTAUT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang