Hallo, Apa khabar????
Tya kangen kalian, maaf baru muncul, banyak yang terjadi didunia nyata, sampai ngga sempat nulis untuk dunia oren.
Terima kasih sudah sabar menanti cerita Bu Dhe Ken, semoga masih nyambung karena aku sedikit limbung dengan ceritanya, butuh asupan pangsit agar segera dapat wangsit...
Ngga terasa udah akhir tahun, semoga semua yang kalian cita-citakan tercapai, kalaupun tidak masih ada tahun depan untuk merealisasikan nya. Jangan menyerah meski Omicron datang, tetap berfikir positif.
Sampai jumpa tahun depan dan selamat membaca...
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Niken sedang menyusui sang putri saat dokter Jelita masuk keruang rawatnya dengan membuka pintu secara kasar. Niken mengernyitkan keningnya saat dr. Jelita menghampirinya. Ia segera bersikap waspada jika sewaktu-waktu dr. Jelita menyerangnya atau menyerang bayinya dirinya sudah siap. Niken sama sekali tidak menyukai dr. Jelita walau wanita itu rekan kerja suaminya, ia ingin sekali mengirim wanita berwajah ibu peri tapi berhati nenek sihir itu ke negeri antah berantah, tapi bagaimana caranya, mungkin setelah keluar dari rumah sakit ia akan kursus kilat, singkat dan gratis dengan sang romo agar bisa mengirim orang ke tempat lain tanpa ada jejak. Niken menyukai idenya itu, dia memilih berguru pada sang ayah dari pada meminta bantuan suaminya Panji. Suaminya itu sangat mampu melenyapkan orang, tapi dia tidak ingin Panji mendapat masalah yang bisa membuat suaminya itu gagal jadi raja. Siapa yang tidak ingin jadi ratu, meski dudunia maya. Niken mengabaikan pemikiran absurdnya, ia sendiri tidak tahu bagaimana nasib pernikahannya dengan Panji kedepannya, saat ini dia hanya ingin menikmati rasanya menjadi wanita yang memiliki dua suami yang sama-sama sayang dan mencintainya, bukannya bermaksud pamer dan membuat iri jomblowan dan jomblowati, tapi rejeki nomplok itu kan pantang ditolak, jadi Niken mengikuti kemana arus kehidupan membawanya, dirinya hanya wayang yang digerakkan oleh sang pencipta.
"Anak perempuan, baguslah, aku masih punya kesempatan." Wanita itu berkata sinis membuat Niken menaikkan alisnya.
"Ada perlu apa kamu kemari? Kita bukan teman tapi lebih cocok sebagai rival meski disini kita tahu akulah pemenangnya. Jelaskan maksud tujuanmu kemari dokter Jelita, atau kamu bisa pergi meninggalkan ruangan ini karena aku sama sekali tidak berniat beramah tamah denganmu!" Niken membalas perkataan Jelita tak kalah sinisnya. Niken jelas tidak akan bersikap lembek pada calon pelakor apalagi harus beramah tamah pada orang yang berpotensi merusak rumah tangganya. Meski Jelita lebih cantik, dia lebih bohay, meski Jelita punya gelar dokter tapi dia punya peternakan sapi yang jumlahnya ratusan, kalau Jelita selalu playing fictim maka dipastikan dia akan jadi wonder Niken. Wanita seperti Jelita yang bermuka dua tidak bisa dikasih kesempatan apalagi simpati sedikitpun, harus ditindak tegas dan terarah agar jangan sampai salah langkah yang berakhir pecah belah antara dirinya dan pak suami.
"Whoa, lihat siapa yang bicara gadis kampung yang berharap jadi sosialita. Sampai kapanpun kamu tidak akan bisa menyaingi diriku, Niken. Kamu hanya beruntung saja, dokter Seno memilihmu jadi istri. Kamu pasti pakai guna-guna untuk menjerat dokter Seno kan. Aku memang tidak ingin mengucapkan selamat atas kelahiran putrimu. Aku hanya ingin memberi tahukan bahwa dalam keluarga Hartawan anak perempuan itu tidak berharga. Mereka cucu luar, itu berarti aku bisa memberi mas Seno cucu laki-laki yang akan menjadi cucu dalam keluarga Hartawan.
"Kalau selama ini guna-guna pelakor bisa membuat suami belok, kamu akan tahu kalau guna-guna istri sah akan membuat suami menendang pelakor kenegeri antah berantah!"
"Dasar wanita kampung! Kamu mengancam saya! Asal kamu tahu saya akan memberikan cucu laki-laki untuk keluarga Hartawan!"
"Kamu yakin mas Seno mau membuahi kamu? Jangankan membuahi melirik kamu saja mas Seno eneg, kamu pikir bayi bisa ada hanya dengan tukar sendal apa saliva antara ibu dan bapaknya?" Niken tidak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKEN - HATI YANG TERTAUT (END)
RomanceMereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Niken tidak pernah memaksa Seno untuk memilihnya, tapi lelaki itu mantap memilihnya. Meski banyak yang menentang hubungannya dengan Niken tapi Seno tidak mundur dan memantapkan hati untuk bersama pili...