haii, siapa nih yang nunggu Xia Xia kita?selamat membaca yaa.
______________________Pada hari itu, Tang San menghabiskan waktunya dengan belajar menempa dari ayahnya. Tang Hao mengajari Tang San teknik palu yang sangat cepat dan beruntun. Bahkan meskipun berisik, itu terdengar indah di telinga.
Hari-hari berlalu.
Tang San bangun pagi-pagi dengan Cheng Xia mengikuti di sampingnya.
Dengan cepat Tang San membuat sarapan dan Cheng Xia membantu menyiapkan meja.
Setelah beres menyiapkan meja, Cheng Xia mendekati Tang San, berdiri di samping Tang San dengan wajah ke depan untuk melihat apakah makanan sudah matang atau belum.
Namun dengan tubuhnya yang pendek, bahkan setelah menjinjit, Cheng Xia tidak berhasil.
Yah, itu bisa dipahami. Bahkan Tang San yang lebih tinggi dari Cheng Xia harus memakai kayu bantu untuk mencapai meja.
"Xiao Xia, ke samping sedikit. Awas terciprat, nanti panas."
Cheng Xia mengembungkan pipinya. Dia tidak menjauh dari sana, hanya berdiri di belakang Tang San untuk berlindung.
Kedua tangannya mencubit baju Tang San dengan kepala menyembul di samping pinggang Gege nya itu.
Tang San terkekeh dengan kelakukan Cheng Xia. Dia melepaskan sinduk di tangan kanannya kemudian mengusap dengan lembut kepala Cheng Xia yang menyembul. "Anak nakal."
Mata Cheng Xia menyipit. Kepalanya secara tidak sadar mengikuti usapan telapak tangan Tang San dengan dengusan senang yang keluar dari hidungnya.
Tampak seperti kucing yang mencari perhatian pemiliknya.
Tang San menoleh saat merasakan gatal di tangannya. Dia disuguhi oleh pemandangan Cheng Xia bertingkah sangat menggemaskan.
Tangannya secara tak sadar berpindah ke bawah dagu Cheng Xia, mengusapnya seperti mengusap dagu kucing.
Sekali lagi, Cheng Xia mendengus senang dan memejamkan matanya. Tampak seperti kucing yang sangat menikmati perlakukan pemiliknya dengan penuh kasih sayang.
Tang San menatap Cheng Xia dengan tajam. Dia mematikan api sebelum berbalik menghadap Cheng Xia.
Karena Tang San yang membalikkan tubuhnya dengan cepat, tangan Cheng Xia yang memegang baju Tang San langsung terlepas. Dia mundur beberapa langkah sebelum terhuyung ke belakang.
Tangan Tang San dengan cepat memegang pinggang ramping Cheng Xia, menahannya dengan kuat dan menariknya sehingga membuat tubuh Cheng Xia menempel dengannya.
"Gege...?"
Cheng Xia bertanya sambil menatap Tang San dengan ekspresi polosnya.
Tang San tidak menanggapi. Dia hanya menatap dengan serius kepada Cheng Xia sebelum memalingkan wajahnya dengan memerah.
Setelah menyesuaikan detak jantungnya yang sedari tadi berdegup kencang, Tang San melepaskan tangannya dari pinggang Cheng Xia, dengan lembut sehingga tidak membuat anak laki-laki itu jatuh.
"Ehem... Tidak apa-apa, Xiao Xia. Kamu duduk di kursi dan tunggu Gege menyiapkan makanan dengan tenang, ya?" Setelah mengatakan ini, Tang San membalikan badannya, kembali menyalakan api dan melanjutkan memasak.
Cheng Xia mengangguk, kemudian berjalan ke meja tempat makan dan duduk di kursi tempat dia biasanya melahap makanan. Namun, matanya tidak lepas dari Tang San yang saat ini sedang serius menyiapkan makanan.
Mata Cheng Xia terfokus pada telinga Tang San yang saat ini merah. Senyumnya merekah.
"Hehe."
***
Tang San telah selesai menyiapkan makanan dan menghidangkan makanan yang sangat sederhana itu di atas meja. Saat mulutnya terbuka untuk memanggil ayahnya makan, pintu terbuka.
Muncullah pria dewasa yang merupakan Tang Hao, ayah Tang San itu dari luar.
Sesuatu yang bahkan membuat Tang San kaget setengah mati. Yah, itu berlebihan.
Ya, mau bagaimana lagi. Itu sangat bisa dimaklumi bagi Tang San untuk kaget, pasalnya kan Tang Hao sangat, sangat jarang keluar rumah. Bahkan mungkin tidak pernah.
Tanda basa-basi, Tang Hao duduk dan menyantap makanannya, sehingga Tang San dan Cheng Xia pun tidak segan mengikutinya.
Suasana di meja makan tidak terlalu canggung, tapi juga tidak meriah. Masing-masing sibuk dengan makanannya.
Setelah beberapa waktu, saat mangkuk Tang Hao mulai kosong lagi untuk kesekian kalinya, ayah Tang San itu menatap anaknya dengan lekat.
"Persiapkan dirimu. Besok akan pergi ke Kota Nuoding," katanya. Tang Hao kembali menghabiskan semangkuk buburnya.
Tang San mengangkat wajahnya, menatap ayahnya dengan aneh. "Eh? Kenapa kita ke Kota Nuoding, Ayah?"
"Bukankah kamu ingin sekolah dan menjadi Master Spirit?" jawab Tang Hao yang juga menatap aneh anaknya. Tatapannya seperti mengatakan bahwa anaknya menanyakan hal aneh.
Cheng Xia menatap bolak-balik pasangan ayah dan anak itu. Di dalam hatinya dia menghela napas.
Pembicaraan dua orang itu berlanjut.
☆☆☆
"Xiao Xia, kamu kenapa? Wajahmu terlihat pucat." Tang San menatap cemas pada adiknya itu. Sejak sore tadi, Cheng Xia telah diam. Terlihat tidak bersemangat.
Cheng Xia menggelengkan kepalanya. "Daripada itu, bukankah Gege akan bersiap untuk besok?"
Tang San tersenyum canggung. "Sepertinya memang telat untuk meminta Kakek Jack mencari kuota untukmu." Jarinya dengan pelan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Ayah bilang hanya Gege yang pergi."
Cheng Xia hanya balas tersenyum.
Karena Cheng Xia tidak menanggapi apapun, Tang San hanya bisa duduk di samping Cheng Xia dengan canggung. "Gege akan pulang setiap libur," ucapnya dengan suara kecil.
Pasalnya, Tang San juga tidak tahu bagaimana Cheng Xia dapat hidup sendiri tanpanya. Anak laki-laki yang telah dia anggap adik kecil yang harus dia lindungi ini sangat asing dengan dunia ini.
Apalagi, bahkan sejak awal sampai sekarang, Ayahnya dan Cheng Xia sama sekali tidak pernah saling berbicara, bahkan untuk saling menyapa.
Cheng Xia sangat menghindari ayahnya. Meskipun itu tidak lagi terlalu semenjak roh Cheng Xia terbangun. Setidaknya mereka berdua dapat duduk saling berhadapan dengan tenang, tanpa Cheng Xia yang tadinya selalu gemetar takut.
Arghhh, Tang San tidak tahu harus apa. Apa yang harus dia lakukan?
Pikiran Tang San melayang, mencari tahu apakah ada ide saat ada yang menepuk bahunya dengan pelan. Tang San tersadar dan langsung menoleh.
"Gege, jangan khawatirkan aku. Aku pikir diam di sini menunggu Gege pulang juga bukan ide yang buruk," ucap Cheng Xia dengan lembut sambil tersenyum cerah.
"Tapi..." Dahi Tang San mengerut.
Cheng Xia menggelengkan kepalanya. "Aku bukan anak kecil lagi. Xiao Xia sudah berusia tujuh tahun!"
Tang San terkekeh. Wajahnya tersenyum dengan lembut bersamaan dengan tangannya yang menepuk lembut puncak kepala Cheng Xia. "Iya, Xiao Xia memang sudah dewasa. Kalau begitu, Gege tidak perlu khawatir kan?"
Cheng Xia mengembungkan pipinya. "Tidak boleh! Gege harus khawatir! Jadi Gege harus bekerja keras dan belajar untuk menjadi kuat. Juga, Gege harus merindukan Xiao Xia! Pokoknya, harus pulang saat liburan!"
"Mm... Iya, Xiao Xia. Gege janji akan pulang. Sekarang, ayo tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Douluo Dalu: Destiny
Fanfiction[Bukan Novel Terjemahan] Sejak hari itu, Cheng Xia dinobatkan sebagai orang yang paling tidak berguna. Orangtuanya yang menaruh harapan tinggi padanya langsung berbalik meninggalkan dia. Namun suatu hari, setelah kunjungan seorang peneliti ke rumah...