Mana nih yang kemarin semangat untuk chapter baru ☹
Sepi... tapi gapapa, lagian siapa suruh lama nggak apdet
Maaf ya, lamaaa. Kuliah offline itu bikin stres, bahkan ara nggak inget punya utang disini. Jurusan yang ara pilih juga banyak praktikum ke lapangan, seminggu lagi juga ara ke praktikum lagiii.
Ara nggak bakal nunda lagi beres praktikum baru update, takutnya malah lupa eh tiba-tiba udah ganti tahun 😭
Selamat Membaca 📖
"Ge! Dia memang terlihat bagus tadi, dia juga kuat." Cheng Xia mengangguk-anggukkan kepalanya, menyetujui kata-katanya sendiri. "Tapi di mataku, kamu tetap yang paling bagus."
Tang San tidak mengerti kenapa dia harus mendengarkan lebih banyak alasan dari didi-nya ini. Padahal dia sendiri setuju kalau Dai Mubai memang orang baik. Buktinya, meskipun dia kuat, dia tidak menggunakannya untuk menggertak orang lain. Apalagi Dai Mubai jelas-jelas menawarkan perlindungan untuk mereka.
Tapi, dia butuh lebih banyak alasan!
Melihat Gegenya masih belum diyakinkan, Cheng Xia dengan panik memberikan tatapan sejuta imutnya, "Ge ... Kamu percaya padaku, kan? Aku hanya mengatakan namanya cocok untuknya. Xiao Xia hanya ... tidak bermaksud apa-apa." Di akhir, Cheng Xia menggunakan jurus andalannya, mata berkaca-kaca.
Tampaknya, usaha Cheng Xia berhasil. Tang San menggelengkan kepalanya dengan ekspresi yang ... err, Cheng Xia, apa masalah ini benar-benar sudah selesai?
"Xiao Xia, apa kamu masih lelah? Atau mengantuk?"
Ya, sepertinya masalah ini sudah selesai.
Cheng Xia menjawab, "Aku sudah tidak mengantuk, tapi ...," dia tidak melanjutkan kata-katanya karena Gegenya sudah mengangkat tubuhnya dengan mudah.
"Ayo."
Kali ini untung saja bukan gaya putri, tapi anehnya, Cheng Xia merasa lebih malu dengan posisinya.
Bukan gendong punggung, bukan gaya putri, tapi gendong di depan seperti anak kecil, hampir terlihat seperti dipeluk. Bokong Cheng Xia ditahan oleh Tang San dengan sebelah tangannya. Posisi ini membuat kepala Cheng Xia menjadi lebih tinggi dari Tang San.
Cheng Xia menekan kedua tangannya di masing-masing bahu Tang San, menahannya agar tidak jatuh ke depan. "Ge, turunkan aku. Apa kamu tidak lelah setelah bertarung tadi?"
Tang San menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Tidak usah khawatir, Xiao Xia. Gege tidak terluka, menggendongmu bukan masalah. Lagipula, Xiao Wu mungkin sudah lama menunggu."
Cheng Xia membuang muka. "Hmph! Biarkan saja!"
***
Tang San menepuk dahinya dengan lelah. Apakah tidak salah jika dia menyesal menang melawan Dai Mubai itu?
Sungguh, apa-apaan dengan kamar ini?
Tang San berbalik untuk melihat kedua adiknya, Cheng Xia dan Xiao Wu yang tampak bersemangat memperebutkan kasur berbentuk love '❤️' di sana.
"Tidak, tidak! Jie! Aku ingin tidur di sini bersama Gege, sofa itu terlalu kecil untuk kami berdua!"
Xiao Wu mengangkat jari telunjuknya ke depan wajah Cheng Xia, mengayunkannya sambil berkata, "Tidak mungkin. Aku yang duluan datang. Kasur ini milikku."
Cheng Xia memanyunkan bibirnya. "Lalu, bagaimana kita tidur. Sofanya kecil..."
"Xiao Xia, kamu tidur denganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Douluo Dalu: Destiny
Fanfiction[Bukan Novel Terjemahan] Sejak hari itu, Cheng Xia dinobatkan sebagai orang yang paling tidak berguna. Orangtuanya yang menaruh harapan tinggi padanya langsung berbalik meninggalkan dia. Namun suatu hari, setelah kunjungan seorang peneliti ke rumah...