Chapter 7 - Kabut Malam Berbintang

2K 262 34
                                    

Merasa bahwa tidak ada yang salah dengan permintaan Cheng Xia, Tang San menggeser telapak tangan kanannya ke tengkuk Cheng Xia.

"Mmm-akh!" Cheng Xia terkesiap saat merasakan telapak tangan yang dingin menyentuh bagian belakang lehernya. Dia menahan napas dan merasa mati rasa oleh sentuhan itu.

Tubuhnya mengejang dan kedua tangannya meremas bahu Tang San tanpa sadar.

Mata Tang San menyipit. Anak laki-laki dengan mata biru tua kehitaman itu menatap panas pada Cheng Xia yang berpenampilan menggoda di depannya.

Dia adalah orang dewasa. Dia mengerti bahwa dia saat ini sedang bernafsu pada anak laki-laki cantik yang gemetar karena ulah dirinya sendiri.

Tatapan panas Tang San jatuh ke leher putih Cheng Xia. Kulit seputih susu yang halus itu tampak bening, bersinar oleh cairan keringat.

Giginya sedikit gatal dan dia merasa bahwa dia sangat ingin menggigit leher Cheng Xia dengan ganas!

Bahkan Tang San malu dengan pikirannya sendiri.

Pikirannya berkata ingin menggigit namun tubuhnya sendiri bergerak lebih cepat dari pikirannya.

Sebelum dia bisa menahan dirinya sendiri, giginya sudah menempel di atas kulit leher belakang Cheng Xia, menembusnya dengan dangkal.

"Akhh!"

Cheng Xia tidak bereaksi. Apa yang dilakukan Gege nya itu membuat dia jatuh, menyerahkan diri sepenuhnya pada Tang San.

"Gege ... hiks hiks..." Cheng Xia memanggil Tang San dengan isakan kecil.

Rasanya seperti dia telah tersedot saat Tang San menembus lehernya. Tubuhnya bergetar dengan lemah dan suaranya pun serak.

Setelah dia jatuh ke Tang San, matanya tertutup dan dia tak sadarkan diri.

Tang San menarik kembali giginya. Dia menatap hasil cetakan yang dia buat di leher putih itu dengan puas.

Dia merasa bahwa dia telah mengklaim orang ini menjadi miliknya.

Padahal dia dapat dengan terus terang berkata bahwa dia hanya menganggap Cheng Xia sebagai adik kecil yang baru dia kenal dan harus dilindungi.

Namun instingnya mengatakan, orang ini harus menjadi miliknya.

Mendengar napas terkendali anak laki-laki di pelukannya, Tang San mengangkat Cheng Xia dan membaringkannya di kasur.

Penampilan Cheng Xia telah sepenuhnya acak-acakkan. Rambut dan pakaiannya kusut, tubuhnya penuh dengan keringat, dan wajahnya yang penuh air: campuran dari keringat, air mata, dan air liur.

Mata Tang San akhirnya sampai ke leher Cheng Xia. Dia bahkan memiliki perasan ingin menggigit lagi. Dia merasa bahwa tadi itu tidak cukup.

Tang San mengalihkan pandangannya, mencoba menghilangkan pikiran bejat yang bahkan dia sendiri tidak menyangka akan memikirkan hal itu.

Setelah menenangkan emosinya, Tang San menarik selimut yang kemudian dia menemukan bahwa itu basah.

Menyadari keadaan Cheng Xia, Tang San merasa tidak baik bagi Cheng Xia untuk istirahat dengan tampilan seperti ini. Akhirnya dia mengangkat tubuh Cheng Xia, menggendongnya menuju kamar mandi untuk membersihkannya.

Tentu saja dia tidak lupa membawa selimut yang basah itu.

☆☆☆

Pada malam hari, Tang San bangun karena gerakan di sebelahnya.

Dia menoleh dan mendapati bahwa Cheng Xia telah bergerak tidak nyaman. Wajahnya berkerut gelisah.

Dia merasa bahwa dia telah melihat keadaan Cheng Xia seperti ini saat tadi pagi.

Namun firasatnya mengatakan bahwa sekarang berbeda.

Tangan Tang San bergerak tanpa sadar. Mencoba menenangkan Cheng Xia yang tampak bermimpi buruk.

Saat tangannya menyentuh dahi Cheng Xia, Tang San merasa bahwa tangannya telah melewati aliran tertentu.

Mata Tang San berubah menjadi ungu. Dia menggunakan Purple Demon Eye-nya. Wajahnya terkejut saat melihat ada aliran spiritual yang membungkus Cheng Xia.

"Apa ini yang menangkal ayah mendekat tadi pagi?" tanya Tang San pada dirinya sendiri.

Matanya berkilat penasaran dengan penuh rasa tertarik. Setelah melihat lebih jelas, dia merasa familiar, bentuk aliran spiritual itu mirip dengan cahaya keemasan yang dihasilkan batu saat membangkitkan roh!

Namun perasaan yang dihasilkan sedikit berbeda. Jika yang dihasilkan cahaya keemasan adalah hangat yang nyaman, maka yang dihasilkan aliran spiritual putih ini adalah kesucian.

Namun ada perasaan lain, perasaan yang cukup ganas dan membuat orang lain secara tak sadar ingin menjauh.

"Aneh..." Tang San sebenarnya cukup nyaman dengan itu.

'Mungkinkah kekuatan spiritual yang Xiao Xia maksud mencoba beradaptasi dengan dunia ini dan berusaha membangkitkan esensi roh?'

Merasa bahwa dia tidak bisa ikut campur, Tang San hanya bisa membersihkan keringat Cheng Xia dan meletakan kain basah di dahinya secara berkala.

Setelah beberapa jam dan langit di luar hampir kekuningan, wajah Cheng Xia akhirnya rileks.

Tang San berbaring di sampingnya. Dia mengusap lembut rambut Cheng Xia hingga menuju pipinya.

Entah ilusi atau apa, Tang San merasa suasana sangat sunyi, bahkan suara daun saling bersentuhan terdengar jelas ditelinganya.

Dan apa yang terjadi berikutnya mengkonfirmasi kecurigaannya. Tenang sebelum badai, Tang San tahu itu jadi sejak tadi, dia telah meningkatkan kewaspadaannya.

Aliran spiritual putih di sekitar Cheng Xia berganti menjadi kabut hitam dengan penuh bintik warna-warni yang cerah.

Itu terlihat indah dimata. Seperti langit malam penuh bintang. Namun Tang San dapat melihatnya dengan Purple Demon Eye-nya, ada pusaran kecil yang tersembunyi di sana.

Meskipun kecil, ada aura ganas disitu. Rasanya seperti itu bisa menghisap apapun yang ada di dekatnya.

Cheng Xia masih tidur namun tangan kanannya terangkat dan sesuatu muncul disana.

Itu adalah sebuah buku. Buku tebal yang terlihat tua dan kuno, namun sangat rapi. Jilidnya bahkan sangat tebal, hampir satu setengah inci.

Itu mengambang di atas telapak tangan Cheng Xia. Di sekitar buku itu, ada kabut tadi yang mengelilinginya. Namun warnanya sedikit ringan dibandingkan tadi.

Warna kabut itu ungu gelap dengan bintik warna-warni yang lebih sedikit.

Tang San termenung. Tebakannya benar. Cheng Xia sedang membangkitkan rohnya.

Tapi apa perasaan aneh ini? Kabut hitam yang dia lihat di awal tadi lumayan akrab.

Bukan jenis yang sering dia temui, tapi Tang San merasa pernah merasakannya sebelumnya.

Setelah beberapa saat, udara di ruangan itu menjadi ringan. Dan aliran kekuatan spiritual itu menghilang di mata ungu Tang San.

Buku yang ada di atas tangan Cheng Xia juga telah menghilang. Sementara itu, Cheng Xia membuka matanya.

Anak kecil berambut putih itu mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian menoleh untuk menatap Tang San.

Setelah beberapa detik, dia membuang muka dengan wajah memerah.

Tampaknya dia mengingat sesuatu yang memalukan.

Melihat ini, Tang San tersenyum jahil.

Selanjutnya, Tang San memasang wajah berpikir. "Hmm, Xiao Xia. Apakah mungkin... "

Telinga Cheng Xia bergerak, kelihatannya dia mendengarkan Tang San.

"... kamu ingin Gege menciummu lagi?"

Sontak Cheng Xia bangun dan berteriak, "Aku tidak!"

[BL] Douluo Dalu: DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang