random 19: wisuda

1.2K 219 55
                                    

Satu hal yang selalu semua orang tahu ketika melihat kearah rumah besar nomor 8 di perumahan itu, adalah penghuninya berisi delapan pemuda tampan plus duda keren yang ditinggal istrinya. Meski buncit, Pak Jo memiliki daya tarik sendiri dengan outfit-nya yang selalu khas bapak-bapak. Pak Jo atau Jonathan Prawira nama lengkapnya, sosok yang tidak pernah diperkenalkan secara resmi namun berperan besar dalam kehidupan delapan bujang yang saat ini sudah seperti anaknya sendiri.

Jonathan Prawira tidak pernah membayangkan bahwa ia akan mengisi sisa hidupnya dengan menampung anak-anak tidak jelas ini di rumahnya, sayangnya ia bahkan sudah lupa cara untuk hidup tanpa mereka. Pak Jo mungkin tidak pernah terlihat berbahagia, lebih-lebih kelakuan anak kosnya seringkali diluar nalar. Namun, jauh didalam lubuk hati bapak berusia 47 tahun itu, ia sangat menyayangi anak-anak badungnya.

Seperti pagi ini, saat ia tahu bahwa hari ini adalah hari besar untuk salah satu anak kosnya, Pak Jo mengambil cuti satu hari untuk menemani kegiatan anak itu, pun dengan anak kosnya yang lain, semua sibuk turut andil untuk menyambut sarjana baru di rumah itu.

"Oncom udah dikasih makan blom?" pagi-pagi buta bahkan fajar belum menyingsing sepenuhnya, Pak Jo sudah bertanya pada sosok Fenly yang kini sedang mencomot roti keju diatas meja. Kebetulan hari ini memang adalah jadwal Fenly yang memberi makan Oncom dan membersihkan kandang si buntal berbulu itu.

"Udah pak. Nanti saya beresin kandangnya, lagi isi perut dulu,"

Pak Jo dengan datarnya menjawab, "Diisi aja nggak papa, asal jangan ditiup nanti meledak,"

Fenly tertawa dengan narasi candaan yang dikeluarkan oleh Pak Jo. Memang dasarnya Fenly suka jokes bapak-bapak, sekali tembak ia langsung paham. Sudah terlampau terbiasa berinteraksi dengan orang yang lebih tua menyebabkan dirinya sedikit banyak terpapar kebiasaan dan gaya hidup bapak-bapak pada umumnya, contohnya ya jokes seperti ini.

Usai menghabiskan dua potong roti keju, Fenly beranjak membersihkan kandang si Oncom sementara Pak Jo memutuskan untuk kembali ke kamar dan mandi pagi. "Nak Fenly, saya mandi dulu ya. Jangan lupa nanti anak-anak badung itu dibangunin," tukas Pak Jo yang diangguki saja oleh Fenly.

Selepas Pak Jo pergi, Fenly langsung menjongkokkan dirinya didepan kandang besar si Oncom. Ia tidak langsung bergerak membuka kandang itu, melainkan melamun sejenak dan berbincang dengan Oncom layaknya kawan lama. "Com, kata lu abis gue lulus langsung daftar jadi guru BK di Jakarta atau kembali ke Mama ya? Gelisah galau merana banget dah gue Com, kasih gue solusi dong jangan diem aja,"

"Miaw..."

Curhat ceria itu terus berlangsung dengan Fenly yang mengutarakan kegalauannya sementara Oncom asik mendengarkan sambil pup di kandang. "Ah, lu mah gue curhatin malah berak Com, gimana sih? Ya udah berak yang bener dulu dah lu abis itu gue beresin nih kandang," ucap pria itu sembari sabar menunggui Oncom mengeluarkan isi perutnya.

Beberapa saat kemudian, ia kemudian bangkit dan mulai membersihkan kandang Oncom. Ada Ricky dan Aji yang tak lama menyapanya dengan wajah mengantuk lengkap dengan mata setengah tertutup. "Pagi Fenly, subuhan dulu yuk," ujar Ricky dengan satu matanya yang tertutup dan suaranya yang khas orang bangun tidur.

Fenly mendengkus, "Lu lupa gue Kristen?!" sahutnya ngegas, seperti biasanya.

Ricky tersentak dan buru-buru mengangguk sambil tersenyum salah tingkah, ia kemudian langsung ngacir ke kamar mandi dan tidak melanjutkan keanehannya pagi ini. Fenly menghembuskan napasnya, kemudian mulai meraih gagang sapu dan membereskan sisa-sisa kotoran kandang Oncom. Usai melakukan hal itu, ia kemudian mulai melakukan tugas rutinnya setiap pagi: bangunin anak kos yang masih ngorok.

Kamar pertama yang ia datangi tentu saja kamar Fiki. Bocah itu harus segera berangkat sekolah, selain karena tabiatnya yang suka lupa dan sering rusuh setiap pagi, Fenly menghindari Fiki memprotesnya akibat menjadi alarm yang kurang pagi. "Cil, bangun hari ini nemenin satu bujang wisuda," Fenly menggoyangkan badan si bungsu yang disahuti dengan erangan kecil. Namun Fiki tidak kembali tidur, ia duduk dan berusaha terbangun sempurna-jika memang tidak mau kena guyur oleh Fenly, ini adalah satu-satunya jalan.

Rumah Nomor 8 | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang