8 : Puzzle Memori

5.8K 668 29
                                    

"Kamu baik-baik saja?"

Elena mengernyit. Namun ia segera menyadari situasinya dan kembali dalam jalannya pembicaraan.

"Seperti yang anda lihat, tidak ada goresan yang terlihat. Jadi saya benar-benar baik-baik saja."

Akse menghela napas lega. Walau begitu, Elena tidak tahu apa maksudnya.

"Syukurlah. Aku terlalu sibuk dengan urusanku sampai lupa kalau kamu juga ada disana saat itu. Setelah semuanya selesai, aku buru-buru datang kemari untuk melihat keadaanmu." jelasnya tersenyum tipis.

"Manis sekali, Akse Lazaro!"

"Jadi anda sedang khawatir kalau terjadi sesuatu pada saya?"

"Begitulah."

"Ada 2 orang kesatria yang siap memberikan nyawanya untuk melindungi saya, juga ada kusir dan pelayan yang memprioritaskan saya daripada nyawa mereka sendiri, kenapa anda khawatir?"

"Memang benar, tapi tetap saja. Jadi tidak sia-sia aku mempercayakanmu pada Lucas dan Sield."

"Ya. Mereka adalah kesatria yang hebat."
Tapi berbanding terbalik dengan apa yang ia katakan, dalam batin Elena, ia mengingat lagi kejadian waktu itu dan celah-celah kesalahan keduanya.

"Hebat apanya? Mereka bahkan terlambat menyadari skenario penyerangan itu. Mereka memang hebat dalam fisik dan insting bertarung, tapi dalam intuisi hanya menguasai setengahnya. Terlambat membaca gerakan lawan, adalah kesalahan yang fatal. Kalau saat itu, aku belum ada di tubuh ini, Elena yang asli mungkin akan terluka. Bahkan kemungkinan terburuknya adalah tewas di tempat."

"Ngomong-ngomong, Yang Mulia!"
Akse hanya sekali menyeruput teh nya, sebelum kembali memberikan perhatiannya pada Elena.

"Anda sampai tidak pulang berhari-hari, apa kasus ini sedikit merepotkan untuk Divisi Ketertiban selidiki? Bahkan dengan bantuan anda?"

Pria itu terdiam. Bibirnya mengatup sempurna. Sebelum kemudian ia membuat lekukan disana. "Iya. Seperti yang kamu bilang, kasus kali ini memang sedikit merepotkan. Bahkan bagiku."

"Lalu? Apa anda sudah mendapatkan hasilnya?" samar, Elena menyeringai.

"Sayang sekali. Tapi aku masih belum menemukan hasil yang tepat untuk ini." Akse menunduk, ia tersenyum seolah sedang menyayangkannya.

"Maaf, ini hanya sebagian serangan balik untukku. Ujung-ujungnya kamu juga terlibat."

Elena diam mendengarkan.

"Tapi kamu tidak perlu khawatir, aku akan menambahkan perlindungan ketat untukmu. Kamu tidak perlu takut untuk keluar dari kediaman lagi."

Wanita itu masih diam. Wajahnya pun tidak berekspresi lagi. Kepalanya mulai dangkal setelah mengetahui isi pikiran pria itu.

🖤🖤🖤

"Dalam kasus ini, nyonya Grand Duchess ikut terlibat dalam masalah Yang Mulia. Kita tidak bisa menebak rencana gila macam apa lagi yang mereka siapkan. Intinya, anda harus memperketat penjagaan nyonya. Beruntung, anda mempercayakan kesatria hebat untuk melindungi beliau."

Ketua Divisi Ketertiban itu terdiam mendapati Akse yang melamun. Matanya terlihat gusar, ada kengerian yang tergambar di wajahnya.

"Y-Yang Mulia?"

Akse pun tersadar. "Ah, maaf. Ada hal lain yang kupikirkan."

"Apa... Tentang nyonya?" Akse tidak menjawab. "Anda tidak perlu khawatir, menurut para sanksi mata, nyonya selamat berkat kesatria hebat yang anda tugaskan. Ah! Ngomong-ngomong soal mereka, kami memerlukan persetujuan dari anda untuk menginterogasi lebih lanjut. Mereka membasmi pembuat onar itu dengan mulus, kami yakin, mereka memiliki informasi lebih dari para sanksi."

Circle of VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang