Pria berkuncir itu berjalan di lorong sembari membawa sebuah buku. Tak lama kemudian, langkahnya terhenti. Matanya melirik jendela besar di sampingnya, menampakkan suasana cerah di luar sana. Pagi dengan terik sinar matahari menyambut hari ini. Burung-burung di dahan pohon berkicau dengan merdu. Semilir angin masih membawa hawa dingin pagi di setiap celah udara yang dilewatinya.
Suasana yang cocok sebagai penyemangat untuk memulai hari. Meskipun begitu, entah kenapa? Ia merasa tidak terlalu senang.
"Sepertinya Yang Mulia masih di kamar-? Eh?! YANG MULIA!!!!" gumaman Rochell langsung terhenti dan seketika berubah panik begitu melihat Akse tengah terduduk di kursi kerjanya dengan kondisi yang cukup memprihatinkan.
Baju yang sama dengan yang dipakainya kemarin malam, rambut acak-acakan, wajah kusut yang terlihat kelelahan, tatapan mata kosong, parahnya lagi lingkaran hitam di bawah matanya juga terlihat begitu jelas. Pria itu segera mendekat ke meja Akse, masih dengan rasa paniknya.
"A-ada apa ini? Semalam kau tidak tidur?" tanpa sadar, ia menggunakan kata santai mode teman. Ia terlalu terkejut dengan hal ini, karena Akse tidak pernah berpenampilan sekacau itu.
Bahkan setelah kehilangan nona Kalevi, dia tidak pernah seperti ini. Apa yang terjadi semalam?!
"Rochell..." panggilnya masih menatap kosong udara di depannya.
"Y-ya?"
"Dokumen hari ini..."
"Eh? Kau mau bekerja dalam kondisi begitu? Sepertinya hari ini kau butuh istirahat. Semalam kau tidak tidur kan?"
"Tidak apa-apa. Aku tidak mengantuk."
"Tapi-"
"Rochell!!!" begitu melihat tatapan tajam disertai aura membunuh dari Akse, seketika pria itu membeku di tempat. "Dokumen. Hari. Ini."
"B-b-baik..." menyadari suasana buruk dalam diri Akse, Rochell tak punya waktu untuk berpikir jernih lagi dan segera menuruti kemauan pria itu.
Kemarin begini, hari ini juga begini, sebenarnya apa yang terjadi, sih?!
Begitulah hari mereka dimulai. Meskipun dalam penampilan yang terlihat mengkhawatirkan--di mata Rochell--Akse tetap menjalankan pekerjaannya dengan baik, walaupun gerakannya lebih lambat dari biasanya.
"Apa ada dokumen yang datang dari istana?"
"Ah, saya belum melihat ke tempat arsip. Kalau begitu, saya akan memeriksanya. Saya akan segera kembali."
Begitulah percakapan terakhirnya sebelum Rochell meninggalkan ruangan yang penuh aura kecanggungan itu. Selama perjalanan menuju ruangan sambil membawa beberapa berkas di tangan, pikirannya masih berkutat dengan hal-hal rumit yang mengusiknya akhir-akhir ini. Beberapa kali ia menghela napas lelah saat hanya menemui jalan buntu tanpa adanya petunjuk jawabannya.
Terik matahari menyilaukan matanya dalam sepersekian detik. Membuat perhatiannya teralih kembali ke suasana luar jendela. Sama seperti pagi tadi, ia terbengong seolah ikut larut dengan suasana itu.
"Hari ini cerah, ya?" tanya Loin yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Rochell membalikkan badan dengan wajah tanpa ekspresi. Namun ia tetap memberikan senyum yang hangat. "Selamat siang, tuan Rochell."
"Ah, Iya. Selamat siang." balasnya, lalu kembali menatap ke langit biru berhiaskan gumpalan awan putih di luar sana.
"Apa ada masalah?"
"Ah, tidak."
"Benar kan? Tuan Rochell kan selalu bilang, kalau cuacanya cerah, hari yang baik akan datang. Sepertinya hari ini akan menjadi hari baik selanjutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle of Villainess
FantasíaAdriana Kalevi adalah Duchess yang disegani di kekaisaran Nathanael. Sifatnya yang dingin, bengis, dan tertutup menjadikannya salah satu orang yang paling ditakuti dengan julukan 'Dewi Kematian' di usianya yang masih muda. Meskipun dihormati rakyat...