28 : Malam Awal

1.9K 254 11
                                    

"Kalian berisik sekali." mata Elena memicing kesal. Tatapan nan menusuk itu bahkan mampu mempengaruhi musuh di hadapannya, membuat bulu kuduk berdiri tanpa sebab.

Akan tetapi, hal itu belum cukup untuk menyiutkan nyali musuh. Buktinya saja masih ada yang berani melawan intimidasinya dan maju menyerang. Ia mengayunkan pedang ke arah Elena, namun dapat dihindari wanita itu dengan mudah. Tak menyia-nyiakan waktu, Elena segera menahan lengan orang itu lalu dengan cepat memberi tendangan fatal di tengkuknya. Dalam sekali serangnya itu, ia berhasil melumpuhkan satu orang.

Antisipasi dengan pergerakan selanjutnya, Elena segera menutup pintu.

Kemungkinan serangannya itu cukup membuat musuh berpikir dua kali untuk menyerang. Mereka mengawasi pergerakan Elena dengan hati-hati seperti sedang melawan kesatria.

"Jadi ini yang diperingatkan Mata Elang? 'Hati-hati dengan Grand Duchess', begitu katanya."

"Nyonya, cepat kembali ke dalam kami akan-" kalimat kesatria itu terpotong begitu Elena memberikan tatapan tajam yang membuatnya merasa seperti tertohok.

"Nyonya..."

"Jangan mengalihkan pandangan!!! Fokus saja menyerang musuh!!!" pekik Elena.

Menyadari maksud kalimat itu, ingatan Sield saat penyerangan Elena di ibukota melintas dalam sekejap. Mengingat kemampuan bertarung Elena saat itu, entah kenapa? Membuatnya bisa bernapas lega. Seolah ada kekuatan yang tersalur, detik kemudian ia berhasil menebas musuh yang menghambatnya.
Bersamaan dengan itu, seorang kesatria--yang baru menebas musuh--di belakangnya, mengambil kesempatan mendekati Sield.

"Bagaimana ini Sield? Dengan jumlah pasukan saat ini, kita tidak mungkin membagi perhatian untuk melindungi nyonya."

"Kau tidak perlu khawatir."

"Apa?"

"Kau selalu ingin melihat perubahan nyonya, kan? Mungkin ini saatnya."

"Apa maksudmu?! Ini bukan saatnya bertaruh!"

"Aku tidak bertaruh. Bukannya kalian sudah tahu, kalau nyonya sudah berubah."

Tepat setelah Sield mengatakan itu, kesatria itu tertegun melihat Elena menendang pedang--bekas musuh--ke atas, hingga dapat dijangkau oleh tangannya dengan mudah. Bagai seorang ahli bertarung yang sudah bersahabat baik dengan pedang, tangan Elena memegang pedang tersebut dengan posisi yang sempurna. Tak ada keraguan pun rasa takut, ia menghunuskan pedang ke arah musuh dengan percaya diri. Musuh dibuat bergidik begitu menyadari seringaian yang terbentuk di wajahnya.

.

Keadaan di sisi kanan kereta terlihat lebih ganas dari sebelumnya. Dilanda rasa panik dan murka, Akse menebas para musuhnya tanpa hambatan. Meski begitu, nampaknya pria itu cukup kelelahan, napasnya tersengal. Di satu sisi ia harus membereskan puluhan musuh yang menghadang, dan di sisi lain, ia mengkhawatirkan keadaan sisi kiri. Kekhawatirannya itulah yang menguras sebagian besar energinya.

"Yang Mulia! Kelihatannya ada yang terjadi di sisi kiri. Saya cemas terjadi sesuatu pada nyonya dan tuan muda. Anda bisa memastikannya langsung, jadi serahkan yang ada disini pada kami."

"Baiklah. Kupercayakan semua padamu, Lucas."

"Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia."

Segera sisa musuh yang ditinggalkan Akse pun menyerang para kesatria, mereka bermaksud menghentikan Akse yang akan beralih ke sisi kiri.

"Tidak secepat itu." ucap Lucas dengan aura kerennya ditambah ayunan pedangnya yang fatal menebas musuh dalam sepersekian detik, membuatnya terlihat seperti kesatria sejati.

Circle of VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang