Bruk!!!
Laki-laki itu tergeletak di tanah dengan napas memburu. Keringat bercucuran hampir di sekujur tubuhnya. Matanya tertutup membiarkan rasa lelah merayap ke seluruh tubuh. Wajahnya pun ia biarkan tersengat sinar matahari. Walaupun begitu, ia tetap tersenyum. Seolah menikmatinya.
"Respon kilatmu lebih baik dari sebelumnya. Teknik ayunanmu juga makin sempurna. Hanya saja... Teknik bela diri, belum sepenuhnya kau gunakan. Kau payah sekali dalam mempertahankan titik vitalmu." celoteh Adriana.
"Hhh... Memang, ya... Saya bukan apa-apa, jika dibandingkan dengan nona Adriana."
"Kau selalu berbicara sopan saat sudah dikalahkan. Dasar! Tapi, walaupun kau bicara begitu, bukan berarti aku tidak bisa dikalahkan."
"Oh, ya? Kalau begitu, bagaimana aku bisa mengalahkan kak Ria?"
"Hari ini aku baru dengar kau memanggilku kakak. Kau sedang membujukku?"
"Ayolah... Berikan rahasianya, kak! Kakak baru 15 tahun saja sudah sehebat ini, apalagi kalau 10 tahun kemudian? Bisa-bisa kakak memenggal kepala manusia seperti memotong pudding."
"Oh ya? Apa manusia bisa serapuh itu?"
"Sejak kecil, kakak selalu dikelilingi orang-orang hebat. Tapi kakak harus tahu, tidak semua manusia sehebat mereka. Tapi bukan berarti tidak ada yang tidak bisa menandingi kehebatan mereka."
Adriana terdiam, matanya terlihat fokus memperhatikan laki-laki yang terduduk di tanah itu.
"Hari ini, kau kelihatan seperti ayahku." ujarnya tiba-tiba.
"Eh? Apa?"
"Kalian terlalu banyak mengoceh tentang kebijaksanaan hidup."
"Hehehe... Apa begitu?"
"Walaupun begitu... Aku tidak akan mengatakan apa kelemahanku." Andreas tercekat, seolah baru saja tersihir. "Kalau kau mau tahu, bagaimana kalau 3 babak lagi?"
"Eh... I-itu... Anu... Eng... Cu-cukup untuk hari ini. Aku lelah. Kita lanjutkan besok saja."
"Apa? Sayang sekali, aku belum lelah."
"Ti-tidak! Jangan! Ampun, kak!!!"
Dan itu adalah pekikan terakhir Andreas, yang entah apa yang dilakukan Adriana padanya setelah itu?
🖤🖤🖤
"Kau memaksa Andreas bertanding lagi?"
"Tidak! Dia yang memaksaku mengatakan kelemahanku. Aku hanya memberi syarat."
Sedangkan Andreas hanya bisa menghela napas. Hari ini ia sudah lelah menghadapi Adriana. Kali ini ia ingin makan malam, lalu tidur dengan tenang. Karena ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Adriana besok?
"Tetap saja, jangan memaksanya untuk terus melakukan keinginanmu!"
Kali ini, laki-laki itu manggut-manggut. Setuju dengan apa yang dikatakan Duke.
"Dia yang memintaku melatihnya."
"Ha?"
"Kau ingin menyangkalnya?"
"Aku memang meminta kakak melatihku, tapi bukan berarti kakak bisa terus memaksaku bertanding."
"Memang begitu caraku melatih."
Dan jawaban Adriana membuatnya kehabisan kata-kata. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi, untuk menghadapi kakaknya yang gila latihan dan senjata.
"Ayah..." Andreas merengek seperti anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle of Villainess
FantasyAdriana Kalevi adalah Duchess yang disegani di kekaisaran Nathanael. Sifatnya yang dingin, bengis, dan tertutup menjadikannya salah satu orang yang paling ditakuti dengan julukan 'Dewi Kematian' di usianya yang masih muda. Meskipun dihormati rakyat...