Part 67

5.9K 417 85
                                    

Matahari baru saja terbit saat seseorang sudah berkutat di dapur. Aroma harum masakan bahkan dapat tercium hingga ruang tengah. Dengan berhati-hati, ia memindahkan fillet salmon yang telah matang. Walau dahulu ia menyukai makanan rare atau medium rare, setelah mengerti bahaya mengkonsumsi makanan seperti itu, kini semua yang masuk ke perutnya harus dalam keadaan well done. Sudah cukup ia terbayang berbagai parasit hidup dalam perutnya. Iwh.

Tidak butuh waktu lama untuk Shania selesai menyiapkan sarapan. Hari ini adalah hari terakhir ujian semester di kampusnya. Ia baru akan membangunkan penghuni kamar sebelah saat pintu kamar itu terbuka. Sebelah alisnya terangkat saat melihat Gracia keluar dari kamarnya. Gracia? Tumben? Kemana Shani? Belum bangun?

"Tumben lo bangun duluan?"

"Shani mandi. Sarapan apa, Kak?" tanya Gracia. Ia menghampiri meja makan untuk melihat steak salmon, tumis brokoli-wortel-jamur-buncis-polong, dan nasi merah, "Sayang gak ada sambel bawang sama kerupuknya,"

"Udah besok aja nunggu pulang kalo mau sambelan. Minta mama bikinin seember sekalian,"

"Hahahaha, tau deh yang gagal bikin sambel," ledek Gracia. Dengan semangat, ia mengambil sarapannya, "Kita pulang kapan?"

"Gue besok pagi ada konsultasi buat semester depan. Mungkin lusa? Sekalian ngabisin isi kulkas dulu," balas Shania yang mengambil sarapan untuk dirinya sendiri, "Jadi, lo jangan jajan aneh-aneh. Awas aja pulang-pulang bawa kue, kfc, wendy's, mcd, starbucks, burger king, pizza hut, papa john, apapun itu,"

"Ishhh. Iya libur jajan. Gue beralih beli es krim aja yang disini gak ada,"

Gracia tertawa saat melihat ekspresi datar Shania. Namun, tawanya terhenti seketika saat sesuatu yang dingin namun kenyal menyentuh pipinya. Jika saja hidungnya tidak mencium aroma parfum Shani, sendok di tangannya sudah dipastikan akan melayang dan menghantam kening indah Shani

"Makin banyak dosa kalian mengumbar kemesraan didepan orang ldr kaya gue,"

"Sirik diem aja deh," komen Shani, "Aku gak diambilin sekalian?"

"Enggak, ambil sendiri lah. Aku gak mau ya disuruh ngehabisin lagi. Kaya gak apal modus kamu aja," balas Gracia.  Ia melirik sinis pada Shani sebelum memakan sarapannya, "Terus nanti dikatain gendutan. Iyalah gimana gak gendutan kalo tiap ada gak abis pasti aku yang disuruh ngehabisin,"

Gracia kembali menyendok nasinya saat Shani tertawa. Dengan sebal, ia mengarahkan sendok berisi nasi-sayur-dan ikan itu ke depan mulut Shani, berniat menyuapinya supaya diam. Banyak hal yang ia sukai dari Shani dan banyak hal yang tidak begitu ia sukai dari sang kekasih, salah satunya adalah tawa menyebalkan ini.

"Inget gak sih kalian dulu gak ada akur-akurnya. Ketemu di lapangan kek, ketemu di koridor kek, ketemu di kantin, dimanapun itu; pasti ribut. Sekarang aja kaya iyuhh," cibir Shania.

"Adek lo tuh. Dikodein kalo gue naksir pake cara a sampe z, sampe gue berbusa gak peka-peka," balas Shani, "Tapi dia cemburu pas tau gue suka sama orang,"

"Lo ada suka sama orang lain?" tanya Shania. Bukankah Shani bucin kronis dengan adiknya?

"Enggak. Pas Gre belom tau dan peka kalo gue cintanya sama dia, gue bilang kalo gue ada suka sama cewek tapi yang gue sukain gak peka sama kode gue. Gue minta pendapat dia, gue harus gimana," jelas Shani, "Eh dia badmood dong. Mana langsung ilang dari peradaban lagi,"

"Padahal yang lo maksud ya dia sendiri," ledek Shania. Tawanya semakin keras saat melihat ekspresi cemberut Gracia yang mengunyah sarapannya. Sorakannya keluar saat melihat Shani mengecup pipi sang adik dan mengacak rambutnya. Tawanya kembali keluar saat menerima tatapan datar Gracia.

SGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang