Part 19

7.9K 558 44
                                    

Jam digital persegi panjang diatas meja belajar menunjukkan pukul 05.10 saat seorang gadis berjalan memasuki kamar dengan keringat membasahi badannya. Matahari memang masih belum muncul, tetapi semburat kekuningan sudah muncul di langit timur. Ia tersenyum melihat 2 teman sekamarnya yang masih meringkuk di atas ranjang.

Matahari terbit terlalu cepat hari ini

Itulah hipotesis yang tercetus di kepala gadis yang kini duduk bersandar pada pintu. Niat awalnya untuk langsung mandi gagal karena ruang berukuran 2x3 meter itu sedang digunakan. Aroma wangi menyebar mengikuti seorang gadis berkulit putih yang keluar dari kamar mandi. Ia sudah rapi dengan seragamnya. Rambutnya masih sedikit basah pada bagian ujung.

"Tumben udah selese olahraga, Gre?" tanya sosok yang kini menyisir rambutnya, Shani, "Biasanya jam 05.30 baru selese,"

"Perasaan biasanya justru selese jam 04.30 deh," gumam Gracia yang mengambil seragamnya untuk hari Jum'at, seragam olahraga.

Gracia masih bergumam tidak jelas saat ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Kurang dari 45 menit, Gracia keluar dengan seragam olahraganya. Ia kembali menuju ranjangnya dan melakukan aktivitas paginya setelah mandi, kembali tidur.

"Ge, bangun," ucap Shani yang menepuk pelan pipi Gracia, "Ge, udah jam 7, ayo bangun, sarapan,"

Gracia memberengut namun tetap bangun dari tidurnya. Ia menghela napas saat ingat jika dirinya harus bersekolah hari ini meski jam pelajaran hanya hingga pukul 11 siang. Ia hanya diam dan setia mengekori Shani yang berjalan didepannya. Keduanya berpisah setelah mengambil sarapan. Shani yang berjalan menuju meja 3 orang yang biasanya ia tempati dan Gracia dengan meja 8 orang bersama 7 temannya yang lain.

Baru saja ia duduk suara gebrakan meja terdengar nyaring, membuat seisi kantin terdiam dan melihat kearah meja yang Gracia dan 7 lainnya tempati. Penyebabnya tak lain adalah Ariella Ichwan yang sedari tadi berbincang dengan Okta.

"Sumpah lo?" tanya Ariel yang setengah berteriak pada Okta, "Orlando yang itu? Keenakan Gracia ini mah,"

"Ngapain lo bawa-bawa nama gue?" tanya Gracia, menoleh pada Ariel yang memasang ekspresi berbinar.

"Gak apa, Gre. Oh iya, nanti Fotografi ada kumpul kan? Pertanyaan lo bakal terjawab nanti," jawab Ariel yang justru membakar rasa penasaran Gracia.

Gracia hanya berharap semoga hari ini segera berakhir dan ia bisa segera mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya. Gracia merapal doa supaya jam berputar lebih cepat. Baginya yang sudah dikuasai rasa penasaran, kegiatan pembelajaran hari ini sangat-sangat membosankan.

Akhirnya, waktu yang Gracia tunggu tiba. Setelah menyelesaikan bagian piketnya, ia langsung melesat menuju taman samping yang dinaungi pepohonan rindang dimana ekskul fotografi biasanya berkumpul. Disana, anggota ekskul sudah lengkap. Gracia langsung duduk disamping siswi kelas 11 IPS 2 yang sangat familiar baginya, Sinka Juliani.

Gracia menatap bingung pada Shani dan Shania yang entah mengapa ada disana, disamping ketua ekskul fotografi, Chen Zhu Hui, dan seorang bule yang membuat Gracia syok.

Bule itu adalah seorang fotografer professional muda yang dapat dikatakan sangat terkenal, Orlando Heels. Bule berambut pirang itu adalah sepupu jauh Gracia yang sudah putus ikatan dari keluarga besarnya. Dapat dikatakan tidak ada seorangpun disini yang mengenal Orlando sebaik dirinya. Bahkan Shania sendiri dapat ia pastikan tidak mengetahui fakta ini.

"Kak, itu Orlando Heels ngapain disini?" bisik Gracia pada Sinka.

"Lo gak tau, Gre? Jadi, kan Orlando lagi ada di Indonesia, Chen Zhu ngundang dia buat dateng kesini. Buat jadi narasumber sekaligus ngajarin kita tentang dunia fotografi. Gitu deh intinya," jelas Sinka yang masih menatap lekat pada Orlando, terhipnotis dengan ketampanan lelaki Amerika 23 tahun itu, "Ya Tuhan, ganteng banget,"

SGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang