Part 36

6.8K 453 176
                                    

Matahari telah kembali ke peraduannya di ufuk barat beberapa saat lalu. Suara musik EDM terdengar mengalun melalui sebuah portable bluetooth speaker yang terletak di atas meja. Empat orang remaja tampak melingkari meja persegi panjang khas ala jepang yang ada di tengah karpet. Tiga dari mereka fokus membaca buku teks pelajaran yang ada dihadapannya sedangkan seorang lainnyajustru sedang tidur berbantalkan kaki gadis sipit yang duduk diam disampingnya.

Hembusan dingin AC yang diatur pada suhu terendah membuat 2 gadis yang duduk bersampingan merapatkan selimut yang membungkus tubuh mereka, menjaga tubuh mereka tetap hangat. Sedangkan seorang gadis dengan kacamata petak bertengger di hidungnya tampak tak terganggu sama sekali dengan angin bersuhu rendah yang sesekali berhembus mengenai kulitnya. Jemari lentiknya sesekali bergerak untuk mengusap kening remaja yang tidur berbantalkan kakinya.

Sang pelaku yang membuat ruangan itu dingin tampak hanyut dalam game klasik plant vs zombie di ponselnya. Selimut hangat menutupi sebagian badannya yang terbungkus piyama mulai dari pinggang hingga ujung kaki, menghindarkannya dari angin AC yang dingin. Hal ini menyulut protesan kesal dari 2 remaja yang sama-sama terbungkus selimut.

"Gre, seriusan. Kalo lo sendiri selimutan kaya gitu, fungsi lo ngedinginin AC tuh apa?" kesal gadis dengan kacamata bulat bertengger di hidungnya, Naomi. Tangannya memegang gelas yang berisikan kopi panas, berusaha menghangatkan tangannya sendiri.

"Kalo lo keberatan, pindah ke kamar kak Dhika sana, bun," balas Gracia dengan enteng, membuat Naomi semakin kesal.

"Kenapa gak lo aja yang pindah kesana, hah?!" sewot Naomi yang benar-benar tak habis pikir dengan jawaban Gracia.

"Ya kan yang butuh lo, bun, bukan gue. Jadi, kenapa harus gue yang ngalah dan pindah?" jawab Gracia dengan tenang.

Naomi benar-benar tidak puas dengan jawaban Gracia. Ditutupnya dengan kasar buku teks yang ia baca sebelum menatap tajam remaja yang masih asik bermain game itu. Naomi merasa jika Gracia perlu mendapatkan pengajaran khusus mengenai attitude and manner.

Namun, saat Naomi hendak mengungkapkan omelannya, tatapan tajam dari sosok yang duduk tepat dihadapannya membuatnya urung. Naomi yang mendapat tatapan peringatan dari Shani langsung meminum habis kopinya sebagai bentuk pelampiasan kekesalannya. Ia lantas membuka kembali bukunya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

"Gue pikir lo bakal ceramahin gue, bun. Yeah, atau seenggaknya lemparin gue pake buku lo," ucap Gracia yang membuat Naomi hanya bisa menggumamkan sumpah serapahnya dalam hati.

"Gre, lo gak manja-manjaan gitu bisa gak? Bukan maksud apa, tapi mata gue belom terbiasa liatnya," ucap Nabilah yang memang merasa aneh melihat sikap Gracia yang tidur berbantalkan kaki Shani, "Gue bisa ngertiin hubungan lo, tapi mata gue belom biasa buat liat lo gini. Geli sendiri gue liatnya,"

"Makanya, ini gue kasih lo latihan. Biar lo terbiasa, Bil," balas Gracia dengan mudah dan tanpa beban, membuat Nabilah kesal, "Oh ya, gue mau berterimakasih sama lo buat truth and dare lo tadi,"

"Soal tadi," gumam Nabilah yang berhasil mendapatkan perhatian dan menyebabkan Naomi, Gracia, hingga Shani menatap kearahnya, membuatnya menunduk karena rasa bersalah yang ia rasakan, "Gue mau minta maaf ke lo. Kalo bukan gara-gara gue kejadian kaya tadi gak bakal ada. Kalo aja gue ngerti kode Kak Dhika buat ngusir lo tadi, lo gak bakal kena tampar dan ribut sama Tanju,"

"Sejak kapan kuda nil kaya lo bisa ngerasa bersalah?" heran Gracia yang akhirnya bangkit dari posisi rebahannya dan duduk bersila menghadap Kepada Nabilah,"Justru gue yang harus berterima kasih sama lo karena udah ngasih gue kesempatan buat come out terutama ke Shania. Kalo gue nunggu timing yang pas versi gue, ya sampe kiamat gue gak bakal come out. Tentang hubungan gue dan Shania gak perlu mikirin itu,"

SGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang