Part 73

5.4K 274 53
                                    

Aktivitas di rumah sakit hari ini tampak seperti hari-hari yang lain. Namun, bagi staf yang terlibat dengan ruang operasi, beban kerja mereka naik beberapa kali lipat. Kemarin, 4 dari 5 ruang operasi digunakan bersamaan untuk menangani 7 korban kecelakaan gawat darurat secara bergantian. Bahkan, 2 diantaranya memerlukan waktu lebih dari 18 jam. Akibatnya, banyak operasi harus mengalami penjadwalan ulang.

"Gimana keadaan lo?" tanya wanita yang baru tiba pada pasien yang terbaring dengan kedua tangan diperban cokelat, "Gue udah bilang, diem aja di Marina Bay, malah keluar,"

"Udah beberapa hari aku cuma diem dikamar. Kamu kira aku hewan peliharaan apa,"

"Susah banget diomonginnya,"

"Kak Lex,"

"Stop panggil gue kak. Gue gak setua itu,"

"Gak tua...tapi kamu hampir 8 tahun lebih tua dari aku,"

"Shut up,"

"Kak,"

"What?"

"Kamu gak balik? Terus dia gimana?"

"Kalo gue balik, terus adek tercinta lo kesini, gimana?" tanya Alexa dengan sinis. Ia menghela napas sebelum menatap lurus pada iris gelap Chika, "Seenggaknya keluarga dia disini. Kalo gak ada orang, gue anterin lo kesana. Lebih baik, lo liat keadaan dia sendiri,"

Chika mengangguk pasrah sebelum menerima suapan setengah hati dari Alexa. Meski sedikit menyebalkan dengan mulut sarkasnya, ia bersyukur bule ini mau menemaninya. Meski dalih tidak ingin kehilangan asisten masa depan sedikit menggelikan, dirinya memilih untuk percaya. Terlebih, keadaan fisiknya tidak sebaik sebelumnya.

Akibat dari dorongan Gracia waktu itu, ia tertabrak mobil yang melaju cukup kencang dari kiri, menyebabkan tangan kirinya lumpuh. Tendon bahunya robek dengan bahu yang bergeser, tulang lengan atasnya patah, tulang ulnanya patah dengan radia yang retak, bahkan sistem persendian di sikunya rusak. Meski tangan kanannya lebih baik, pergelangannya masih patah.

"Kak,"

"..."

"Kenapa kamu bantuin Gracia sejauh ini,"

"Karena dia minta gue buat nolong lo,"

"Itu alesan kenapa kamu nolong aku, bukan Gracia,"

"Abraham itu orang kepercayaan gue, bahkan udah gue anggep ayah. Jadi, dengan hubungan mereka, gue gak bisa ngabaiin dia," jelas Alexa dengan singkat. Ia tidak menjelaskan lebih lanjut, "Tentang masalah ini, apa yang bakal lo lakuin?"

"Gak tau. Aku capek sama masalah ini. Udah cukup Ara ngelakuin semaunya sendiri. Bahkan katanya, 1 orang meninggal di tempat, kan? Satu lagi meninggal ditengah operasi. Mereka gak bersalah dan gak ada hubungannya dengan masalah dia," balas Chika dengan pelan, "Yang dilakuin Ara udah gak bisa dimaafin,"

"Terus?"

"Aku bakal maju sebagai saksi ke kepolisian,"

"Lo yakin Ara gak nyentuh kepolisian?"

Chika hanya diam saat ia menatap Alexa. Jika Ara bisa, maka Alexa jauh lebih sanggup untuk mengantisipasi gangguan itu. Meski tidak ada bukti keterlibatan Ara secara langsung dalam insiden kali ini, bule didepannya ini pasti bisa mengatasinya. Saat Alexa menolongnya, ia tahu jika dia memiliki reputasi di dunia bawah yang jauh lebih besar daripada kakeknya.

"Huft, oke. Sekarang, fokus buat sembuh dulu. Jangan harap gue mau nyuapin lo sampe ke sel tahanan,"

"Kalo Kak Alexa rela sih, boleh,"

SGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang