Part 35

7.5K 477 228
                                    

Matahari mulai bergerak naik saat sejumlah remaja berjalan menuju lobby luas sebuah sekolah swasta internasional. Suara tawa dan canda terdengar dari segerombol remaja karena celotehan receh salah satu diantara mereka. Sesekali, teriakan nyaring dan adegan saling injak terjadi, membuat tawa mereka pecah. Mereka seolah tuli dan buta akan tatapan dan cibiran remaja lain. Suara bel yang terdengar menggema di lorong koridor sebagai tanda bagi para siswa untuk segera menuju ruang kelas ujian tidak menyurutkan langkah santai mereka.

Keributan remaja rusuh itu berkurang saat satu per satu dari mereka berpisah, masuk kedalam kelas ujian mereka masing-masing. Meski kehilangan banyak personelnya, kegaduhan disana tidak banyak berkurang karena 4 remaja penyebab utama kerusuhan yang sedari tadi terjadi masih bersama sebab mereka berada di ruang ujian yang sama. Keempat remaja itu tak lain adalah Mario, Ariel, Anin, dan Nabilah.

"Woi, betawi," panggil Mario pada 2 teman sekelasnya yang memiliki logat kental khas betawi.

"Ape?" sahut Ariel dan Nabilah bersamaan, membuat Anin tertawa lepas saat mendengar sahutan penuh emosi dari 2 temannya itu.

"Si Gendut kemana? Kok gak nampak," tanya Mario yang langsung menghentikan langkahnya didepan pintu kelas saat akhirnya tahu senior sekelasnya sekarang, "Mampus kita sekelas sama tante Shanju,"

"Yee, kalo sama Shanju sih gak masalah. Udah jinak dia sama kita-kita," bisik Nabilah sebelum melirik seorang remaja berkulit putih yang duduk membaca novel di bangku tengah, "Kak Shani tuh yang bikin mampus,"

"Bangku gue, bangku gue," gumam Anin yang mengabaikan 3 temannya di depan pintu dan memilih menyusuri satu persatu bangku kelasnya, mencari bangku ujiannya, "Nah, bangk-, ALHAMDULILLAH GUE BEBAS DARI BELENGGU COBAAN!"

Teriakan Anin yang langsung duduk di samping Sinka  dengan ekspresi berbunga membuat 3 temannya didepan pintu menoleh. Seolah sadar, ketiganya langsung mencari bangku mereka dikelas yang masih hanya diisi oleh murid 11 IPA 1. Memang kebiasaan murid 10 IPA 1 untuk datang 2 menit sebelum bel, membuat 4 remaja itu datang paling awal.

"Yah, kok, kok gue sama lo sih, kak!" protes Mario saat tahu ia duduk bersama dengan Shania.

"Lo kira gue mau duduk sama lo? Gak usah brisik kalo lo gak mau gue panggilin cici lo di kelas sebelah," ancam Shania yang membuat Mario takut seketika saat nama Desy dibawa.

"Kak Gabyyyy! Em kaming!" heboh Nabilah saat tahu ia duduk disamping Gaby, "Ntar bagi-bagi contekan ya, kak,"

"Ogah gue contekin lo, bil. Lo mau kasih gue apa kalo gue contekin lo?" gerutu Gaby yang membuat Nabilah berpikir keras.

"Gue tembak langsung lo, kak," ucap Nabilah dengan serius yang membuat Gaby langsung menunduk, "Lo mau gue tembak pake apa? Shortgun? Pistol? SMG? Ato senapan angin?"

"Nabilaaaah! Awas aja lo kalo lo noleh ke gue," kesal Gaby yang dibalas tawa lepas Nabilah, "Gak usah ketawa lo,"

"Dan disinilah saudara-saudara, Ariella yang menawan ini akan duduk," bangga Ariel saat tahu ia duduk bersama Naomi, "Baek-baek ye kak lo sama gue,"

Bugh

"Adaw,"

"Hahahaha,"

Ariel meringis saat ia berakhir dengan duduk di atas lantai. Naomi sendiri ikut tertawa saat usahanya untuk menjahili Ariel berhasil. Ariel yang tidak terima langsung bangkit dan menunjukkan kepalan tangannya pada Naomi yang dibalas oleh Naomi dengan sebuah wink.

"Makanya, mpok, kalo mau duduk itu kursinya dipegangin biar gak lari tuh kursi," ledek Nabilah yang duduk dibelakang Ariel.

"Gak usah ikutan lo, ondel-ondel!" sewot Ariel yang membuat Nabilah tertawa lebih keras.

SGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang