Part 58

5.2K 460 129
                                    

Hampir setahun berlalu. Kemeriahan terlihat di sebuah ballroom yang kini ditempati sejumlah remaja dengan pakaian mewah. Berasal dari keluarga berada membuat mereka tidak ragu dalam mengeluarkan banyak uang hanya untuk tampil cantik dan tampan. Pakaian hasil rancangan desainer ternama pun dapat dengan mudah dijumpai di ruangan luas itu.

Sementara seluruh murid –setidaknya 90% dari mereka, saling bercengkrama menikmati malam terakhir mereka bersama, seorang gadis duduk di sudut menatap ponselnya. Ia seolah tidak memiliki keinginan untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain. Ia merapatkan jas biru yang menutupi bahu dan punggungnya yang terbuka sebelum menghampiri lelaki tampan pemilik jas itu.

"Joe, aku mau balik,"

"Loh, kenapa?" tanya lelaki itu dengan logat yang terdengar mengerikan.

Gracia hanya tersenyum dan pergi setelah mengembalikan jas pinjamannya tanpa berniat menjawab pertanyaan yang diterimanya. Ia langsung masuk ke mobil yang sudah menunggunya. Mengingat perjalanan menuju Zurich kali ini memakan cukup banyak waktu, dirinya memilih membersihkan riasan di wajahnya.

"Mau kemana sih?" tanya lelaki yang menjadi supir.

"Bukan urusan lo. Pokok anterin aja ke bandara. Eh, tapi mampir beli baju dulu deh," ungkap Gracia, "Gak mungkin gue ke bandara dan dipesawat 18 jam pake dress gini,"

Gracia tersenyum tipis melihat Orlando yang menyetir. Setelah pertemuan mereka di Jakarta 2 tahun lalu, ia tidak menyangka akan bertemu fotografer ini di sekitar sekolahnya. Jadi, daripada membuang uang dan waktu lebih untuk menyewa supir, dipinjamlah sepupunya ini untuk mengantarnya. Sedikit jahat memang, tetapi Orlando tidak keberatan.

Getaran ponsel yang ada di dalam tas ransel menarik perhatian pemiliknya. Kening Gracia berkerut saat membaca pesan singkat yang menyebutkan jika Lukas, Eva, dan Daviant akan mendarat di Zurich 3,5 jam lagi. Melihat tiket pesawatnya yang terbang 3 jam dari sekarang membuatnya sedikit lega. Setidaknya ia tidak akan bertemu dengan papanya di Swiss.

Sesuai rencana sebelumnya, setahun belakangan Gracia berhasil memperoleh 53% saham perusahaannya secara diam-diam. Perusahaannya bersama Andreas menjadi mesin pencetak uang yang sempurna untuk mendukung rencananya kali ini. Jadi, jutaan dollar yang ia keluarkan tidak mengeruk habis isi kantongnya.

6 bulan lalu badai krisis melanda Asia Pasifik karena kebijakan pemerintah yang diikuti jatuhnya satu per satu perusahaan di sejumlah negara, dimulai dari China dan menyebar dengan cepat seperti virus. Namun, krisis besar kali ini juga mengguncang perusahaan besar. Grupnya tentu terdampak. Karenanya, papanya menaruh fokus lebih untuk menyetabilkan keadaan perusahaan sementara dirinya diminta mengurus hal lain.

Kesempatan emas ini tidak ia sia-siakan. Seminggu sebelumnya saat rutin investor diumumkan adanya perubahan besar kepemilikan saham yang diikuti dengan keputusan penjualan asset yang mencangkup 30% asset perusahaan. Disebutkan dengan jelas keseluruhan asset tersebut berpindah tangan ke Natio Group. Tidak hanya melepas 30% asset, Avlon juga menjual 45% saham NG yang sebelumnya mereka beli.

Gracia merasa tenang karena Ikha yang selama ini membantunya kini berada di Australia, bersembunyi di bawah perlindungan Andreas. Senyumnya mengembang saat akhirnya tujuan utamanya terpenuhi, mengembalikan seluruh hak-hak Shani yang diambil oleh papanya. Kini, tugasnya tersisa 2, berbicara pada Daviant mengenai perusahaan dan melihat reaksi berang sang papa secara langsung serta meminta restu atas hubungannya dan Shani. Walau ia yakin akan masuk rumah sakit karena dihajar Daviant, tetapi, tidak masalah.

Gracia menghela napas lega dalam hati saat tahu jika Shani sedang dihantam tugas termasuk proyek akhir tahun ajaran. Akibatnya, semua urusan perusahaan dihandle Norman. Jika tidak, ia yakin Shani akan menceramahinya habis-habisan, terlebih lagi misinya kali ini beresiko dirinya berubah status, dari anak menjadi musuh dan buronan bagi Daviant. Alasan yang membuat papanya yang sangat sibuk itu rela pergi mengunjunginya di Swiss.

SGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang