April telah bersiap berangkat ke sekolah. Ia merasa tubuhnya telah sehat dan harus segera kembali belajar. Ia mengaku dari golongan orang tak mampu, tapi penampilan sungguh tak sesuai. Ia tetap tampil modis.
"Bik, aku berangkat dulu yaa...? Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam hati-hati, Non. Oh ya non, kalau bibik Boleh kasih saran, sebaiknya non perginya di antar sopir, jangan naik sepeda lagi kan belum sembuh total." Ucap Bik Muna perhatian kepadanya. Andai Mami lebih memperhatikanku seperti Bik Muna. Batin April bergejolak.
"Iya bik aku berangkat sama pak Deden kok. Daahhh bibik...." April melambaikan tangannya dengan senyum yang merekah di bibir yang sedikit dioles lip blam itu. Bik Muna bahagia melihat April ceria kembali. Semoga ia selalu bahagia. Dalam diam orang yang telah mengabdi belasan tahun itu selalu mendoakan kebahagiaan April.
April berjalan di koridor dengan penuh percaya diri. Penampilannya membuat ia lebih optimis. Rambut panjangnya ia biarkan terurai indah dan ia beri warna coklat tua. April tersadar ketika semua mata tertuju padanya. Apa ada yang salah denganku? April mencari tahu apa yang terjadi dengan melihat-lihat tubuhnya sendiri.
Anak pembantu yang bermimpi jadi Putri mahkota
Ternyata dia anak pembantu di rumah Bu Lusy
Penampilannya sok banget, kalau misquin, misquin aja zheyeng....
Terjawab sudah, ternyata mereka sedang bergosip. April yang mendengarnya pun acuh dan terus berjalan menuju kelasnya. Kelasnya tepat berada di depan parkiran motor para guru dan genk ketos.
Teman-teman sekelasnya pada asik nongkrong di depan koridor kelas. Entah apa yang mereka lakukan, April juga tak peduli. Ia segera menaruh tasnya di bangkunya. Seketika mendengar suara para siswi berteriak heboh.
Penasaran gak?
Ya, April penasaran. Awalnya ia tidak peduli dengan sekitarnya. Tapi suara mereka membangkitkan April untuk mencari tahu.Setelah sedikit mengintip keluar, ia segera tahu bahwa yang diteriaki oleh para siswi yang alay itu adalah si ketos and the Genk.
"Zea, apa kabar?" Sapa April ramah ketika melihat Zea baru sampai kelas.
"April, akhirnya kamu masuk juga. Udah sembuh?" Pertanyaan Zea mendapat anggukan April.
"Pril, duduk di belakang sama gue!"
"Lah kenapa di belakang?"
Belum sempat Zea menjawab, Vita dan genknya datang.
"Wow, putri mahkota, eh mimpi. Katanya sambil menutup mulutnya dan menahan tawa yang disengaja. "Rupanya sudah datang. Ups, singkirin tas misquinmu dari bangkuku!" Kata Vita sinis pada April.
"Kalau gue gak mau?"
"Ayolah, Prill kita ke belakang!" Kata Zea sambil menarik tangan April.
"Lepaskan, Ze!! Gue gak mau duduk di belakang. Gue mau di depan!" Ucap April menantang Vita.
"Wah putri mahkota, tapi mimpi hehehe sudah berani nantangin gue yaa?" Vita diam sejenak. "Oke kalau kamu mau duduk tapi ada syaratnya." Sambungnya.
Vita membisikkan sesuatu kepada April, "Gimana Lo mau?"
"Oke siapa takut, cuma gitu doang mah kecil. Jadi gue boleh duduk di depan?"
"Oke, awas kalau gak Lo tepati!!!!" Ancam Vita tak membuat April takut sama sekali. Justru ia melihatnya gemas.
Ternyata pembulian masih ada dimana-mana, tapi kali ini aku tak akan diam melihat pembuli menang, mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Begitulah tekad April.
Sepulang sekolah, Vita menagih janji April dan harus dilaksanakan hari ini. Sedari tadi Vita memperhatikan gerak-gerik April dari tempat yang agak menjauh darinya.
April duduk di kursi depan kelasnya sambil memainkan ponselnya. Dia harus menghubungi sopirnya untuk menjemputnya bukan di sekolah tapi di pertigaan lampu merah dekat sekolahannya.
Genk ketos lewat depat kelasnya. Saatnya beraksi membuat Vita kepanasan. Ya, April tahu kalau Vita naksir sama ketua OSIS Bhayangkari siapa lagi kalau bukan Rafka Ali Zafran yang wajib memanggilnya Rafka.
April segera menghentikan langkah Ali cs. "Hai kak Ali." Sapa April di depan Ali.
"Panggil gue Rafka!" Ucapnya keras. Seseorang di balik dinding pembatas tertawa lirih melihat April dibentak oleh Ali. Dia Vita yang ingin April melakukan sesuatu untuknya.
"Kalau aku mau panggil kakak, kak Ali bagaimana?" April masih pada pendiriannya.
"Lo bego atau tolol sih? Sudah gue perintahkan untuk manggil gue Rafka masih nyolot juga Lo!!!" Kini aksi mereka berdua disaksikan oleh anak-anak Bhayangkari.
April yang percaya diri, kini melemah. Lagi-lagi ia terbawa perasaan. Apa sih yang salah dengan perasaan? Ia sangat membenci dibentak terutama oleh laki-laki.
Ia teringat akan kata-kata papinya bahwa sebagai laki-laki harus jadi pelindung perempuan. Tidak boleh kasar dan menyakiti hati perempuan. Seperti papi yang selalu siap menjaga dan melindungi Mami dan anak perempuannya.
Ia mengalihkan pandangannya, untuk menyeka air mata yang masih menggenang di tempatnya belum sempat membuat banjir.
"It's okay kak. Gue manggil Lo cuma mau minta nomor hp lo doang kok." Ucapnya lirih.
"Dasar cewek aneh, Lo mau pdkt sama gue pake minta nomor hp segala?" Ejeknya.
"Gue gak nafsu sama Lo!" April merampas hp Ali dari tangannya.
"Hei balikin hp gue!"
Dengan cepat April menekan tombol nomor hpnya dan mendialnya. Ponsel April bergetar tanda panggilannya sudah masuk. Ia segera menghapus riwayat panggilan dari ponsel Ali.
"Nih gue balikin, makasih." April berlalu meninggalkan Ali dan gengnya.
"Bener-bener cewek ajaib, Li. Lo gak doyan apa sama model begituan langka Li, langka!!!" Kata Ryan yang jatuh hati pada April.
"Mual gue dengernya."
Ali bergegas pulang, di jalan ia memikirkan kejadian tadi. Ali tak sengaja melihat manik indah di mata April. Berair?? Apakah April menangis? Ali pura-pura tak melihatnya. Ya, benar dugaannya. April menepisnya dan segera mengusap air matanya.
"Maaf." Ucapnya lirih.
Sisi sendu Ali akhirnya muncul, jangan galak-galak dong, Li kasihan April dia butuh dilembutin.
🍃🍃🍃🍃
Ditulis sambil lembur bikin soal PTS
Sidoarjo, 1 Oktober 2021AshilaVandana
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta
FanfictionGita Aprillia bukan seorang siswi yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata seperti teman sekelasnya. Keberuntunganlah yang menyertainya. Diam-diam dia beruntung menduduki peringkat 1, diam-diam dia terpilih nominasi siswa cerdas dan masuk di kelas...