10. Mati Rasa

305 45 2
                                    

Sang Surya telah bersinar, menembus ruang tanpa batas. Mengusik jiwa yang terlelap semalam. Gadis itu berharap semua itu hanya mimpi. Berulang kali ia meyakinkan dirinya, tapi percuma semua adalah nyata bukan ilusi semata. "Mereka pergi." Gumamnya.

Membencinya apakah keputusan terakhir untuknya? Nyatanya mereka amat sangat membuat hatinya sakit dan remuk.
Percuma kepura-puraan yang ia jalankan selama ini.

"Selamat tinggal dunia kelamku." Ucapnya tengah berdiri di atas balkon menerawang jauh kesana.

Sehabis membersihkan dirinya, ia memoles sedikit wajah naturalnya dengan sisa bedak yang masih dimilikinya.

"Gue bukan orang miskin jadi kenapa harus berlagak miskin?" Ucapnya lalu bergegas mengambil tas sekolahnya sebelum karyawannya datang. Sialnya tak ada sepeda atau mobil sekarang. Tak ada pak Asep yang mengantarnya sedang jarak resto dengan sekolahnya lumayan jauh. Handphonepun tak punya.

"Miskin benar gue sekarang... Huaaaawwww......"

Ia memutuskan untuk naik angkot ke sekolahnya sebelum terlambat.

🍃🍃🍃

Seorang pemuda telah bersiap dan ingin menjemput April ke rumahnya, siapa lagi kalau bukan Rafka Ali Zafran si Ketua Kelas yang baru menyadari bahwa ia jatuh hati dengan April tapi bodohnya semalam ia meninggalkannya sendiri di resto itu. Padahal dirinya yang mengajaknya. Semalam ia tak bisa tidur dan merutuki kebodohannya.

Ia kalang kabut tatkala si adik kelas yang membuatnya terpana tak bisa dihubungi. Hingga pagi ini ia mencoba menelponnya kembali tapi suara mbak-mbak operator yang terdengar.

"Kemana kamu, Prill? Maafin gue!!!"

Ia melajukan motor sportnya ke rumah April kali ini tak ada Praja dan Ryan yang nguntit di belakangnya.

Ia berhenti di depan gerbang dan terkejut saat melihat sebuah tulisan besar.

"Rumah ini telah disita!!!" Ia turun untuk memastikan. Benar rumahnya sepi dan semua dikunci.

"Aaarrrgghhh..... Kemana kamu sekarang, Prill? Maafin gue harusnya semalam gue nganter Lo. Sekarang kamu bagaimana?" Teriaknya frustasi.

Dengan melamun ia menuju sekolahnya. Tujuan pertamanya ke kelas April berharap ia bisa bertemu dengannya.

Sebelum kesana langkahnya pun terhenti. Banyak siswa yang berdiri di depan papan pengumuman. Ia penasaran ada apa sebenarnya?

Ia ikut nimbrung mereka.

"Hot News. Rumah Pemilik Bhayangkari, Lusy Indira disita dan Lusy telah kabur meninggalkan anaknya yang masih SMA dan merupakan seorang siswi di SMA Bhayangkari."

Ali keluar dari kerumunan dan melihat April yang baru datang. April yang menyadari Ali melihatnya langsung bergegas menaiki tangga menuju kelasnya.

"April tunggu!" Cegah Ali dan mencekal tangannya.

"Lepasin kak, entar ada yang lihat masuk berita lagi!" Ucap April sinis. Ia sudah bertekad akan memulai hidupnya yang baru, tidak peduli dengan orang-orang yang sudah melukai hatinya. Dan laki-laki itu salah satu yang masuk didaftar itu.

"Gue minta maaf tadi malam sudah ninggalin Lo?" Ucapnya tulus.

"Nyesel? Makanya berpikir dulu sebelum bertindak." Balas April. Kini ia benar-benar berubah. Sisi lembutnya telah hilang.

April pergi begitu saja tanpa peduli lagi dengannya. Ia melupakan rasa cinta yang mulai tumbuh di hatinya. Ia tak lagi percaya cinta. Karena cinta baginya sangat egois dan hanya menyakiti.

April mengikuti pelajaran di kelasnya. Meski pikirannya tak konsentrasi tapi ia terus berupaya agar bisa mengimbangi teman-temannya. Ia memutuskan untuk tidak ikut bimbel, bukan karena tak mampu membayarnya tapi ia merasa tak perlu melakukan itu lagi.

"Aku bebas... Aku bebas melakukan apa yang aku suka.... Hiks....hiksss...." Ia sedikit tertawa tapi juga menangis.

Belajar di kelas unggulan sungguh menguras tenaga dan pikiran. Semuanya bersaing untuk meraih yang terbaik. Jam pulang pun berbeda dengan kelas regular. Semuanya sibuk dengan tugasnya masing-masing tidak ada kata main-main untuk mereka. Bahkan di hari Minggu pun mereka harus mengikuti ekstra robotika.

Setelah mengajukan permohonan kepada wali kelas, April diijinkan tidak mengikuti ekstra robotika dan juga tidak ikut bimbel renang.

"Kenapa gak ikut bimbel renang, Prill?"

"Ya Lo kan tau Vi, gue gak bisa renang jadi males gitu kalau disuruh renang."

"Bukannya di rumah Lo dulu ada kolam renang ya? Pasti asik tuh punya kolam renang pribadi." Vivi senyum-senyum membayangkan bisa renang di kolam renang pribadi.

"Kok lo tau rumah gue?"

"Gue stalk IG Lo, hehee..." Ucap Vivi nyengir.

"Gue punya trauma. Masa kecil gue juga gak seindah masa kecil Lo. Gue pernah kecebur kolam dan gak ada yang nolongin. Mami gue yang tau malah ninggalin gue. Bayangin, Vi. Jahat gak mami gue?" April ingin meluapkan semuanya tapi ia sendiri yang ingin mengubur masa lalunya.

"Maaf, Prill. Gue gak bermaksud membuka luka di hati Lo lagi."

"Iya gak apa kok, Vie."

"Ya udah, Lo ikut ngantin gak?"

"Gak deh, Vi. Gue lagi diet." April gak pernah makan di kantin sekolah. Kalau dulu ia bawa bekal yang sudah disiapkan pembantunya tapi kini ia hanya masak cukup untuk sarapan saja.

"Hei...?" Sapa Ali kepadanya. Ya, saat istirahat Ali sering menghabiskan waktunya di ruang OSIS tapi kini ia malah belok ke ruang kelas April yang bersebelahan dengan ruang OSIS.

"Nanti pulang sekolah bimbel yaa?"

"Sorry batalin perjanjian kita. Gue gak butuh Lo dan lupakan kalau kita pernah kenal."

"Gak bisa gitu, Prill. Oke, lupakan soal biaya bimbel, Lo gak usah mikir gimana bayar gue tapi yang penting Lo belajar. Gue akan bantu Lo."

"Gue gak butuh Lo. Pergi!!!" Ucapnya tanpa memperhatikan Ali.

Tapi tiga orang Kakak kelas menghampiri mereka.

"Dasar adik kelas gak tau sopan santun Lo! Hormati ketua OSIS! Gak punya etika banget..." Kata Nasya yang merupakan anggota OSIS dan dia tergila-gila dengan Ali tapi tak pernah Ali menoleh kepadanya.

"Lo ngomongin etika sama gue? Dan gue harus hormat sama ketua OSIS cem dia!" Ujar April sambil menunjuk Ali. "Sorry gue gak bisa dan Lo gak usah ikut campur urusan gue!" Ucap April. Ia benar-benar marah dan meninggalkan mereka semua.

Ia tak lagi bisa mengontrol emosinya. Bahkan ia meluapkan amarahnya kepada orang-orang yang gak seharusnya ia perlakukan seperti itu. Ia berlari meninggalkan sekolahnya. Untuk kali ini saja ia bolos sekolah dan selalu berharap besok akan ada keajaiban.

"Aku membencinya tapi aku mencintainya. Aaaaaarrrrrgggghhhhh....." Teriaknya di tengah jalan yang sepi yang memang khusus dibuat untuk pengendara sepeda.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃
Taman Dayu, Pasuruan Jawa Timur
12 Oktober 2021

Terjebak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang