Malam yang indah untuk orang yang teristimewa. Kebahagiaan telah melengkapi mereka. Walaupun nantinya selalu ada rintangan yang menghadang, ia akan berusaha menerima segala ketentuan-Nya.
April menatap dirinya di cermin dan tersenyum menawan. Ia merapikan lagi rambutnya dan menyematkan jepit di sisi kanan. Ia mendengar pintu kamarnya diketuk, ia pun memutar badannya dan memutar knop pintu. Mata hazelnya menatap lebih dalam, sorot mata hitam legam dan lentik bulu mata seseorang itu telah menghipnotis dirinya.
"Baru sadar kalau ketua OSIS yang sering Lo ketusin itu tampan ngalah-ngalahin Song Joong Ki?"
"Hah?"
"Hah apa? Salting kan Lo?"
"Lo sama Song Joong Ki itu dah beda level."
"Iyalah gue lebih ganteng dari dia, buktinya mampu membuat perempuan yang di depan gue ini klepek-klepek."
"Cintaku klepek-klepek sama kamu." April malah menyindir dengan nyanyian. "Kayak lagu aja... Denger yaa Rafka Ali Zafran jadi laki-laki itu jangan kepedean, apalagi pamer kalau Lo ganteng segala."
"Gue gak pamer yaa Prill. Gue gak pamer aja udah banyak yang bilang kalau gue ganteng."
"Serah Lo deh, ayok berangkat keburu malem entar pulang kemaleman dimarahin Mama lagi." April menggendong ransel kecilnya.
"Ya elah, Prill baru juga jam 7 malam Minggu juga, gue mah bebas."
"Lo bebas gue yang tersiksa. Buruan boy!!" April segera turun, dia melambatkan langkah kakinya ia menatap cafenya yang begitu ramai. "Mama Martha memang paling hebat." Pujinya untuk Martha.
"Mama gue itu." Sambar Ali yang mendengar ucapan April.
"Iya gue tahu kok, Mama Lo memang ibu yang paling hebat beda dengan Mami gue yang harus gue banggain atau gak?"
"Ah... Pril gue gak bermaksud, ya udah yuk berangkat entar gue beliin eskrim deh." April mengangguk. Ali menggandeng tangan April hingga jadi sorotan para pengunjung. April yang malu hanya bisa menundukkan kepalanya.
Mereka berhenti di Galaxy Mall. Tujuan pertamanya memang mencari smartphone untuk April. Namun, April melirik toko tas yang sangat menggemaskan. Sudah lama ia tak membeli tas dan ingin rasanya memilikinya. Ia teringat koleksi tasnya di rumah Maminya yang tidak bisa ia bawa.
"Itu tas aku jangan diapa-apain, om!" Pinta April dengan mewek.
"Alah tas gitu doang, utang bokap nyokap lo itu banyak. itu tas kalau dirongsokin cuma laku goceng. hahahahaha namanya juga bekas ya gak bro!"
"Ih om hina tas aku ya, itu tas mahal, om. Kalau memang cuma laku goceng jadi tasnya aku bawa ya om!" April terus memelas agar diberikan tas itu kepadanya.
"Heheheheehe.... Adik kan pinter nih ya dan juga baik hati, tidak sombong dan rajin menabung."
"Terima kasih om pujiannya." April melebarkan senyumannya.
"Belum selesai gue ngomongnya, blok! Udah deh gak jadi ngomong gue, buruan pergi dari sini sebelum kita muak lihat wajah lo, bocil!!!"
"Hmmm.. mau?" Tanya Ali membuyarkan lamunan April.
"Eh...gak kok. Kita cari hp dulu aja ya?" Ali mengangguk dan langsung menggenggam tangan April lagi.
"Lo pilih-pilih aja dulu, gue ke toilet bentar ya?" Ali melangkahkan kakinya bukan menuju toilet akan tetapi kembali ke gerai tas tadi. Ali membelikan mini bag Gucci untuknya.
"Ali lama banget aku nunggunya."
"Kamu udah dapat ponselnya?"
"Udah kok."
"Mana?"
"Gak, ah. Ponselku gak sebagus punya kamu."
"Pril, coba lihat!" Ali merampas paper bag Prilly dan melihat ponselnya.
"Astaga April kenapa beli yang murah?"
"Gak papa, Ali. Yang penting bisa digunakan." Tanpa meminta persetujuan April, ia langsung kembali ke toko itu untuk menukar ponselnya. Lagi-lagi Ali yang membayar kekurangannya.
April tidak suka dengan sikapnya. "Kita pulang aja!"
"Loh kan belum ke Timezone belum beli es krim juga."
"Gak mood."
"Prill, kenapa sih?! Aku salah?"
"Gue gak suka, Li. Gue gak suka dengan Lo membelikan barang-barang ini sama aja Lo hina gue."
"Gue gak ada maksud hina Lo, Prill. Gue lakuin ini semua karena gue sayang sama Lo!!!"
"Tapi gue gak bisa, Li. Lo enak masih ada orang tua lo yang nyukupin kebutuhan lo. sedangkan gue? gue gak ada! Gue dan Lo gak akan tau bagaimana nasib gue ke depannya. Gue berusaha nyukupin hidup gue dengan tabungan gue dan harus kerja keras. Makanya dari sekarang gue belajar hidup apa adanya, gue bukan lagi Gita Aprilllia yang hidup glamour . Gue bukan lagi anak dari Lusy Indira pemilik Bhayangkari. Gue ..... hiks.... hiks...." April tak kuasa melanjutkan omongannya. Airmatanya lebih dulu menerjangnya.
"Hust.... Udah ya?" Ali membawa dirinya dalam dekapannya.
"Gue tau lo bukan Gita Aprillia yang dulu dan Gita Aprillia yang sekarang adalah milik Ali."
.
.
.
.
.
.
.
.
Alamaaakkk.... Gue juga pengen dipeluk dimanja hahahhahaa apalagi ada yang bilang "Lo milik gue."
GM Surabaya, 16 Oktober 2021
19.00
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta
FanficGita Aprillia bukan seorang siswi yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata seperti teman sekelasnya. Keberuntunganlah yang menyertainya. Diam-diam dia beruntung menduduki peringkat 1, diam-diam dia terpilih nominasi siswa cerdas dan masuk di kelas...