07. Baiknya Pergi

304 49 0
                                    

Hening, tatkala semua siswa telah menempati tempat duduk mereka dan menanti pengawas yang akan memantau setiap gerak-gerik mereka. Hal itupun juga dirasakan oleh April. Ujian pertamanya harus bertemu dengan Kimia yang membuat dirinya pusing dan mual memikirkannya.

Semalam ia berusaha menghafalkan materi reaksi kimia. Sejujurnya, mempelajari kimia adalah rasa yang diakuisisi. Tidak semua orang akan menghargai disiplin ilmiah yang melibatkan pembelajaran unsur, senyawa yang terdiri dari atom, molekul, dan ion ini. Pemahaman tentang komposisi, struktur, sifat, dan perilaku mereka dapat menjadi secangkir teh bagi satu orang dan mimpi buruk bagi orang lain. Dan bagi April inilah mimpi buruk yang siap meledak.

Ketika lembar soal telah dibagikan dan dilarang mengeluarkan suara apapun. Kelas ini mendadak menjadi lebih seram dari gudang kosong. Hanya ada suara ujung pena yang menari di atas lembar jawaban. Semua konsentrasi pada pikiran masing-masing. Hingga suara bel berakhirnya waktu ujian berbunyi mereka baru mendesah dan meregangkan otot-otot yang tegang.

Ketika istirahat April hanya ingin pergi ke koperasi untuk membeli bolpoin. Saat keluar ruang ujian, dia dihadang oleh Vita dan teman-temannya. Ada Zea pula.

"Heh, cewek murahan. Berani ya Lo deketin kak Rafka!!" Ucap Vita sambil menunjuk April yang merasa kaget atas kehadirannya.

"Gue peringatin Lo itu gak pantas buat kak Rafka, ingat Lo itu miskin gak cocok sama ketua OSIS kita jadi jangan kegatelan deketin dia!!!" Sambung Vita lagi. April sebenarnya malas menanggapi mereka.

"Dan gue cuma minta Lo buat minta nomor HP kak Rafka bukan malah ngrayu dia dan pakai acara ciuman lagi...!!"

"Ngomong sama tangan!!!" Ucap April.

"Wah Lo berani ya?!" Vita semakin marah dan menampar pipi April.

April memegangi pipi mulusnya yang barusan menjadi santapan nenek lampir si Vita.

April benar-benar diam. Ia lelah mencari masalah. Walaupun dia membela diri dalam hal kebenaran tak kan ada yang percaya.

Foto dirinya dan Ali menyebar kemana-mana. Semua siswa Bhayangkari juga tahu. Padahal mereka tidak tahu yang sebenarnya.

Yang membuat April bingung, mengapa Zea ikut sama gengnya Vita???

Mengapa setiap hari selalu ada permasalahan?

April capek yaa Allah.

"Maaf, Pril. Aku terpaksa ngelakuin ini." Ucap Zea bergetar.

"Kenapa Ze?"

"Saat ini ibuku dirawat di RS dan butuh biaya banyak, hanya Vita yang nawari bantuan...."

"Yaa ampun, Ze... Kenapa gak bilang ke gue sih?"

"Maaf, Pril. Percuma aku minta bantuan ke kamu. Karena kita itu sama. Sama-sama dari golongan tidak mampu." Ucap Zea membuat April melongo. Dia tidak mengira kalau teman barunya yang awalnya peduli kini jadi berubah. Bahkan April belum sempat cerita yang sebenarnya.

Zea meninggalkan April, kini dia berjalan sendirian di sekolah ini. Semua orang menatapnya tak suka.
"Apa gue harus berlagak bener-bener gak mampu biar ada yang mau temenan?" April menggeleng kepalanya. Dia tidak setuju dengan pikiran yang sempat terlintas.

"Aww...." April melamun hingga tak sengaja menabrak seseorang. Untungnya dia tidak jatuh walau sempat terjengkang ke belakang.

"Hati-hati dong. Kamu gak apa-apa?" Ucap laki-laki yang ditabrak April.

Deg!!!

April terpesona mendengar tutur lembutnya.

"Aku gak apa-apa kok kak, maaf ya."

April segera berlalu. Ia menepis rasa sukanya kepada Ali. "Tidak-tidak! Gue gak boleh jatuh cinta sama dia!"

Kembali ke Ujian Akhir. April masih memikirkan hasilnya. Ia takut nilainya jelek dan itu akan membuat Maminya semakin membencinya.
Ia sudah berusaha keras agar nilainya tidak di bawah rata-rata.

"Eh kalian tau gak kepala sekolah mau membuka seleksi siswa untuk kelas unggulan?" Heru ketua kelas April menanyakan itu kepada teman-temannya.

"Kok aku sama sekali gak tau?" Batin April, selama ini ia mengabaikan berita yang belum tentu benar.

"Wah kita pasti masuk seleksi itu secara kelas kita kan X-C, kelas Cerdas gitu." Celetuk Harrin.

"Bener tuh!" Mereka membenarkan omongan Harrin.

"Gimana pak ketua kelas?"

"Kita tunggu saja info selanjutnya katanya guru-guru mau buat kejutan gitu buat para siswa yang cerdas."

Dugaan April betul berita itu masih simpang siur. Entahlah masih adakah kesempatan untuk April bisa terpilih menjadi salah satu siswa di kelas bergengsi di sekolah itu setelah kelas akselerasi.

Kini April lebih fokus dengan belajarnya dari pada memikirkan mencari teman yang pada hakikatnya mereka akan pergi satu per satu meninggalkan dirinya.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..." Ketika mendengar suara dari sound yang terpasang di setiap sudut ruang, semua mengalihkan fokus untuk mendengarkan.

"Kepada siswa yang namanya saya panggil harap memasuki kelas baru yaitu kelas unggulan yang berada di sebelah ruang OSIS. Nimas Dewantari kelas X-A, Paula Fatlela X-B, Gita Aprillia X-C......"

Deg!!!

April yang mendengar namanya disebut masih tidak percaya. "Pak ketua, kelas kita tadi siapa yang dipanggil ya?" Tanyanya kepada ketua kelas. Ia hanya ingin memastikan jika ia tak salah.

"Pakai acara tanya segala. By the way selamat yaa, Prill akhirnya kelas kita ada yang mewakili dan setahu gue nih ya yang bisa masuk kelas uggulan itu siswa yang juara 1 setiap kelasnya dan otomatis kamu yang peringkat 1, selamat yaa cin....." Heru terus mengucapkan selamat kepada April.

"Tapi pak, gue gak mau pindah kelas, terlanjur betah di sini?"

"Pril, kamu itu cerdas dan layak dapat kelas unggulan seperti itu. Lupakan kelas kita, kalau kamu kangen sama kita kamu masih bisa kok main ke sini."

Hanya Heru si Ketua Kelasnya yang tak membencinya.

"Terima kasih, pak. Gue gak akan lupakan Loe."

"Wow sang juara kelas, naik pangkat nih. Gue kok gak yakin yaa, kalau dia yang peringkat 1 di kelas ini?" Ucap Vita yang tak pernah suka melihat April. Ya sampai sekarang mereka belum berbaikan.

April tak ingin mencari masalah lagi. Ia ingin berdamai dengan keadaan dirinya. Menata hati bahwa ia bukan lagi siswa dari kelas reguler tapi kelas unggulan. Kompetitif dan aktif di dalam belajar itu yang diutamakan.

"Huufttt... Andai Mami tak terlalu gengsi dan menerimaku apa adanya, aku gak akan kesusahan seperti ini?" Gumam April.

April memutuskan untuk angkat bicara. "Oke kawan-kawan, gue mau bilang terima kasih selama satu semester ini bisa kenal sama kalian, dan maaf kalau sikap dan ucapan gue sering nyakitin loe semua, gue pamit dari kelas ini!"

Yah, gak asik gak ada loe, prill.

Ya gak apa-apa, Pril, gue bisa jadi juara kelas kalau gak ada elo di sini.

Kalau kangen kita boleh kok main ke kelas ini

Itulah ucapan teman-teman April.

April berjalan menuju ruang kelas unggulan. Ia menaiki tangga dan berhenti tepat di depan ruang OSIS.

"Duh kenapa malah berhenti di sini?" Batinnya.

Akhir-akhir ini dia merindukan suara yang sering membuatnya emosi. Entah mengapa ia bisa merindukannya. Melihat sorot matanya yang tajam dan senyum manis di bibirnya, membuat April mabuk kepayang.

"Jangan...jangan...gak boleh suka!" Ucap April lirih sambil memukul-mukul keningnya pelan.

"Selamat yaa....."

🌿🌿🌿
Tanah Pacet, 5 Oktober 2021

Selamat hari guru sedunia.

Terjebak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang