03. Jelajah Alam

368 63 0
                                    

Hari terakhir Masa Ta'aruf Siswa Baru diadakan jelajah alam. Seluruh siswa baru wajib mengikuti. Mereka harus memakai atribut topi yang terbuat dari dedaunan dan diberi gantungan yang bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih dan cabai. Mereka pun harus memakai kalung yang terbuat dari roncean permen. Sungguh memalukan bagi April berdandan seperti orang gila.

Ia sangat malas mengikuti acara seperti ini, ia tak pernah suka yang namanya berpetualang. Ia lebih tertarik membaca novel sambil makan camilan. Itu yang dilakukan ketika di rumah hingga badannya pun sedikit membengkak.

"Prill, ayo!" Zea yang antusias dengan kegiatan ini segera berkumpul dengan teman kelompoknya.

Tidak pernah ada yang diberi tahu apa saja yang akan dilakukan saat jelajah. Mereka hanya dibekali dengan peta petunjuk arah. Jika sesuai dengan peta mereka akan mendapat panduan dan tugas dari kakak pendamping.

Awalnya semua berjalan lancar, tidak ada yang tersesat di tengah hutan. April juga berusaha mengerjakan tugas sesuai dengan yang diperintahkan kakak-kakak pembina di pos-pos tertentu.

Mereka terus berjalan sesuai petunjuk arah hingga mereka menemukan sungai. Melihat sudah ada yang berjalan di seberang, April berpikir bahwa untuk sampai ke sana harus menyebrangi sungai, padahal tidak ada jembatan.

"Oh my God. No!!!!" Ucap April sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa Pril?"

"Gue gak mau ikut, Zea!"

"Yah prill kenapa?" Zea mengernyitkan dahinya.

"Lo gak lihat, kita harus nyebrang sungai untuk sampai sana." Ucap April geram.

"Ya aku tahu terus masalahnya gimana?"

"Gue gak bisa jalan di atas tali."

"Tapi kalau kita gak lewat situ kita mau lewat mana?"
Mereka celingak-celinguk melihat kanan kirinya barangkali ada jalan atau jembatan untuk menyebrang.

"Gak ada!" Ucap mereka bersamaan.

"Woe buruan itu gantian sama yang lain!!" Kakak pembina yang tak lain adalah Ryan teman Ali memanggil mereka.

"Lo duluan aja deh!" April meminta Zea untuk nyebrang duluan.

"Tapi Lo gimana?"

"Gue nyusul setelah Lo."

"Beneran ya? Lo ikutin gue dari belakang!"

April ketakutan kakinya lemas tubuhnya bergetar, keringat dingin sudah membasahi dahinya. Ia berusaha tenang dan meyakinkan dirinya bisa melewati jembatan sialan itu. "Sumpah demi apa ketakutanku diuji juga!" Batinnya.

Dari belakang ada sosok yang memperhatikan April. Siapa lagi kalau bukan Ali yang memiliki seribu cara untuk menyiksa April. Ia belum puas mengerjai April sebelum dia bertekuk lutut di depannya.

"Sial, hanya dia yang tidak menggilaiku seperti cewek-cewek lainnya!!" Umpatnya.

April mengikuti Zea dari belakang, karena takut April berjalan pelan dan tertinggal jauh. Zea sudah sampai di penyebrangan.

"Yaa Allah, siapa sih yang bikin acara gak jelas seperti ini?" Ucapnya lirih. Dia melihat Zea sebentar dan ketika mau jalan lagi, ia melihat Ali tersenyum puas di belakang.

April tak menjaga keseimbangan karena konsentrasinya terganggu. Tali terus bergoyang.

"April semangat kamu pasti bisa!!! Ayo Pril! Hati-hati!"

Dengan sekuat tenaga April mengembalikan tali agar tetap tenang tapi apa yang ada ia malah terbalik dan.....

BYUUUUURRRRR......

April jatuh ke sungai, ia teriak sebisa mungkin, meminta bantuan tapi tak ada yang peduli.

"April......!!!!" Zea takut, temannya tenggelam.

"April ayo renang ke tepi!" Teriak Zea semakin cemas.

"A....ku gak bi...sa renang...." Ucap April hampir tenggelam.

Melihat situasi kacau, Ali segera lari menghampiri sungai. Ia baru tahu kalau April tidak bisa renang. Ali segera menyeburkan diri ke sungai dan mengangkat tubuh April yang sudah lemas hingga ke tepian.

"Pril...?" Zea memanggilnya. April menatapnya dengan senyuman khasnya. Hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.

Mengetahui April pingsan Ali segera membopong tubuh mungilnya menuju ambulan sekolah yang sudah disiapkan PMR.

Acara jelajah telah selesai dan siswa baru dinyatakan sebagai siswa sah di SMA Bhayangkari.

Semenjak jelajah alam April tidak masuk sekolah. Kabar bahwa dirinya pingsan dan hampir tenggelam itu sudah terdengar kemana-mana hingga kedua orang tua April harus datang ke sekolah.

Habis sudah riwayat Ali sebagai ketua OSIS yang mengadakan acara tersebut. Kini dia sedang di sidang di depan kepala sekolah, Waka kesiswaan dan keamanan sekolah serta dua orang yang tidak Ali kenal.

"Ini peringatan untuk OSIS agar tidak bertindak semaunya sendiri terhadap siswa di sekolah ini!" Ucap salah satu orang yang tidak Ali kenal.

"Dan sebagai permohonan maaf kamu Ali, dan teman-teman OSIS lainnya harus menjenguk siswi bernama Gita Aprillia di rumahnya nanti sepulang sekolah. Alamat rumah Gita sudah saya kirim ke WA kamu."

"Iya pak akan kami laksanakan."

"Sial, bener-bener cewek sialan. Hancur sudah harga diri seorang ketos memohon maaf kepada siswa baru!" Gerutunya.

"Tenang men...tenang Lo gak sendiri ada kita yang tanggung jawab juga. Ya udah tunggu apa lagi kita kesana sekarang dari pada entar gak jadi nongkrong cuma gara-gara cewek sialan itu kan?" Ucap Praja.

"Yoi, Ja...!!!"

Mereka bertiga dan perwakilan beberapa anggota OSIS menuju alamat yang diberikan oleh kepala sekolah.

"Lo gak salah baca alamatnya?" Tanya Ryan gak yakin. Bukan gak yakin tapi tidak percaya. (Hahahah sama aja Thor).

"Gak lah, ini alamat yang dikasih kok. Emang kenapa?"

"Lo gak tau atau bego sih Li, ini itu rumah....."

"Nyari siapa ya?" Suara itu menghentikan ucapan Ryan. Mereka semua melihat ke sumber suara.









Gitu aja dulu, biar bengong lihat dari bawah sampai atas siapa yang tengah berdiri di depan pintu?

🍃🍃🍃
Ditulis sambil nyanyiin lagu EGOKU...

Surabaya, 28 September 2021
AshilaVandana



Terjebak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang