19. When Meet Again

278 39 1
                                    

"Sebelum nanti menyesal dan hilang kabar belajarlah untuk bersabar, karena di luar sana banyak hubungan yang bubar karena ego yang besar."

"Kak Prill, kita berangkat sekarang? Perkiraan 1 jam-an kita sampai di sana." Ujar Siti saat April memainkan ponselnya.

"Iya, Sit. Aku ambil tas dulu ya?" April menenteng tas yang sangat spesial untuknya. Tas itu pemberian seseorang di masa lalu.

Mereka menuju kantor RAZ Corp diantar sopir karena April sendiri belum begitu hafal jalan Yogyakarta meski sudah bertahun-tahun di kota ini. Kota peradaban yang mengubah hidup April dan keluarganya jadi lebih baik. Kini saatnya April membahagiakan Maminya. Karena hanya beliau yang dia punya. Jika dulu ia sangat membanggakan papinya kini tak ada lagi tempat di hatinya untuk seseorang yang dia sebut Papi. Namun, April tidak bisa sepenuhnya benci. Bagaimanapun keadaan kedua orang tuanya, mereka tetaplah orang tuanya yang karena mereka April ada di dunia ini.

Ia sudah memaafkan Papinya.

Secepat itu? Tentu tidak. Belajar ilmu agama tidaklah sebentar dan cukup di bangku sekolah saja. Setelah tahu ilmunya haruslah diamalkan sesuai dengan ilmunya. Mungkin April saat ini sedang mengamalkan ilmu yang dia peroleh selama belajar di Ma'had Ali Bin Abi Thalib.

"Kak, kita sudah sampai."

"Iya, Sit." Mereka turun dari mobilnya dan disambut oleh scurity yang sangat ramah dan sopan.

"Assalamu'alaikum selamat datang di kantor RAZ, apa ada yang bisa saya bantu?" Ujar satpam itu, jarang ditemui memang di kantor-kantor menggunakan ucapan salam yang islami. Mungkin satpam itu tahu yang datang Muslim atau bukan dilihat dari penampilan April dan Siti yang memakai gamis dan hijab.

"Kami sudah ada janji dengan CEO perusahaan ini, pak." jelas Siti.

"Oh baiklah silahkan menuju resepsionis terlebih dahulu!"

"Terima kasih, pak." Ujar April dengan ramah. Ia terkesima dengan kantor ini begitu nyaman karena dari depan saja sudah diperlakukan seramah itu.

"Permisi mbak, kami dari IMP, Indira Muslimah Preneur mau bertemu dengan CEO perusahaan ini."

"Baik Bu mohon ditunggu sebentar akan saya panggilankan sekretaris Tuan RAZ karena ini tadi permintaan dari beliau. Silahkan duduk dulu!" Resepsionis itu mempersilahkan mereka untuk duduk di kursi tunggu.

Seorang perempuan berjalan dengan angkuhnya menuju April. "Lo April kan?"

"Hai Nasya, iya ini aku April. Senang bertemu kamu lagi di sini. Kamu kerja di sini?"

Nasya masih terlihat membenci April karena masa lalu. "Iya tapi gak lama kok, kan gue calon istri dari pemilik perusahaan ini. Jadi nanti sudah dipastikan gue tinggal duduk manis saja mengawasi kerjanya orang-orang di sini termasuk ngawasi Lo!" Ucap Nasya dengan sombongnya.

"Oh ya Selamat yaa aku ikut seneng dengarnya karena derajat kamu sekarang naik yaa jadi calon istri seorang CEO."

"Hmmm....hmm..." Seorang perempuan cantik berdehem mendengar obrolan Nasya dan April.

"Sya kerja yang benar jangan bikin rusuh di kantor ini! Kalau sampai Tuan RAZ dengar kamu bisa dipecat Lo!" Perempuan itu sekretaris Ali memperingati Nasya.

"Mari Bu ikut saya! Tadi Tuan RAZ minta mbak Gita untuk langsung masuk ke ruangannya dan mbak..." Sekretaris itu melirik sekilas ke arah Siti. "Siti." Sahut Siti. "Iya mbak Siti bisa menunggu di ruangan saya terlebih dahulu."

"Hmm iya mbak terima kasih." Siti melihat ke arah April. "Tidak apa-apa, Sit. Everything is Fine, Okey." April melirik ke arah Siti. "Oh ya mbak memang Tuan RAZ masih dimana ya?"

"Tuan masih sholat Dhuha di mushola, Bu."

April kagum dengan RAZ Corp, nilai religi sangat ditanamkan di sini. Saat kita mengalami pertentangan apapun itu, ada agama yang menjadi penengahnya. April duduk di sofa ruangan CEO RAZ.

Siti pasrah dan membiarkan atasannya masuk sendirian ke ruang itu. Dia percaya atasannya adalah orang yang cerdas dan mampu mengatasinya sendiri. Kalau bukan dipaksa Maminya mungkin tidak ada Siti yang menemaninya.

"Assalamu'alaikum, maaf atas keterlambatan saya dan membuat anda menunggu."

April mendengar suara itu. Suara yang tidak asing untuknya. Bahkan sekarang jantung seperti dipompa dengan cepat, dia gemetaran. Dia menoleh ketika laki-laki itu berdiri tepat di sebelahnya.

Saat mereka saling tatap, mereka hanya mampu berbicara lewat hati mereka. Bibirnya seakan kaku, mereka ingin menyapa tapi pikiran tentang masa lalunya menutupi mereka. Dan ucapan Nasya beberapa menit yang lalu sungguh membuat hatinya makin teriris, sakit.

"Hmm... Saya kesini mau membahas kontrak kerja dengan perusahaan Tuan. Apakah bisa dimulai?" April berusaha seprofesional dalam bekerja tanpa mencampuri dengan urusan pribadi.

"Ehmmm..." Ali jelas salah tingkah. Ia tak pernah menyangka bertemu dengan pujaan hatinya di kantornya sendiri. Andai kemarin Ali meminta biodata detail kepada Praja mungkin kejadian ini tidak akan ada. "Bagaimana kabarmu, April?"

"Oh masih ingat dengan saya ya? Saya kira sudah lupa."

"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Prill. Please don't go again! I Miss you so much...." Ali duduk di sofa sebelah April.

"Kalau kamu yang minta aku bisa apa?"

"Terima kasih, Prill. Apa kita bisa melakukan photoshoot sekarang? Aku butuh kamu untuk mensukseskan launching dua produk baruku."

"Jadi kamu hanya memperalatku?"

"Tidak, April my Queen. Aku butuh kamu karena produk ini sebenarnya aku dedikasikan untuk kamu. Kamu tahu Alila Gamis dan Alila Beauty?" April menggeleng. "Alila itu Ali dan Aprillia."

April menganga kaget dengan penjelasan Ali. Bagaimana bisa Ali membuat produk menggunakan namanya?

"Setiap saat aku selalu berdoa agar dipertemukan denganmu lagi dalam keadaan baik-baik dan aku selalu berdoa agar kita bisa bersatu dalam sebuah ikatan yang halal." Ujar Ali membuat April terkesima. Bahkan Ali meneteskan air matanya.

"Li, kamu nangis?"

"Eh...gak kok... Mataku kelilipan aja." Ali segera mengusap matanya.

"Gak usah bohong, Li. Kita sudah sama-sama dewasa kita tahu mana yang terbaik untuk kita dan untuk orang-orang di sekitar kita. Jujur aku kaget saat melihatmu lagi. Tapi aku pun senang bisa melihatmu lagi bahkan sekarang sudah sukses."

"Pril, maukah kamu menemaniku menjalani hari-hari kita berdua, menjadi pendamping hidupku dan melengkapi hidupku yang kurang ini?"

"Li, gak usah bercanda deh! Kamu sudah punya calon istri tapi masih merayuku saja." April terkekeh mendengar Ali merayunya lagi.

"Calon istri? Calon istriku kan kamu." Ucapan Ali sontak membuat pipi April memerah.

"Li, aku gak mau menjadi pengganggu hubungan orang."

"Siapa yang diganggu April." Ali mulai emosi karena dari tadi April berbelit. Bahkan pikiran Ali menjadi berubah, apakah April akan menolaknya? Ali tidak ingin ditolak lagi olehnya. Cukup lima tahun yang lalu menjadi pelajaran paling berharga untuknya.

"Please, Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak ingin mengulang tuk meminta satu keyakinan hatiku ini, kamulah yang terbaik untukku."

"Maukah kamu menikah denganku, Gita Aprillia penyejuk hatiku?"

Ali tidak ingin menyesal hingga tak tahu lagi kabarnya, sabarnya sudah ia tahan bertahun-tahun kini ia akan berjuang mendapatkan hati dan cinta gadis bermata coklat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Terjebak Cinta
AshilaVandana

Mohon maaf pindah haluan di akhir. Proses hijrah tidaklah gampang hanya dengan mengubah penampilan, banyak lika-liku di dalamnya.

Terjebak CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang