Hari ini hari terkahir Vodka berada di apartemen Vella. Vella benar-benar kejam memberinya waktu hanya dua hari saja. Tetapi Vodka akan mengeluarkan seribu alasan untuk membujuk perempuan itu agar memberinya waktu lagi.
Jarum jam yang berjalan terdengar sekali di keadaaan sunyi seperti ini, jam menunjukkan pukul setengah lima dini hari, Vodka terbangun dari lelapnya, dia sadar Vella yang belum kembali bekerja padahal sudah hampir subuh, Vodka khawatir.
"Sumpah, kemana si?" Vodka bergumam sendiri, panggilannya tidak di angkat oleh Vella.
Vodka berdiri di dekat pintu apartemen pandangannya tak terlepas dari sana berharap Vella segera muncul, ini bukan weekend tidak biasanya perempuan itu belum pulang sampai jam segini.
"Ahhh ngapain juga gue nungguin dia." Vodka sebal dengan rasa khawatir dari dirinya yang begitu berlebih untuk Vella, dia duduk di sofa lalu menyalahkan televisi, tidak ada tayangan menarik di jam segini.
Matanya memang mengarah ke benda lebar tersebut namun tidak dengan pikirannya.
Lima belas menit kemudian, pintu terdengar terbuka. Vodka menolehkan kepala, rasa ingin memastikan itu Vella atau bukan dia urungkan, gengsinya terlalu besar.
"Ngapain jam segini?" Vella melepaskan sepatu lalu berjalan menghampiri Vodka dengan tatapan bingung.
Vodka mengamati Vella yang berdiri di sampingnya, perempuan itu baik-baik saja, ntah kenapa melihat itu perasaannya menjadi lega.
Vodka bangkit, dia berdecih pelan melihat sesuatu di kantong Vella.
"Buat apa nih?" Vodka menarik bungkus makanan yang ada di kantong depan Vella, setelah itu dia pergi masuk kamar.
Vella menyeringit melihat tingkah laku tidak jelas Vodka, dia mendekat ke kamar lelaki tersebut lalu beridiri di ambang pintu melihat Vodka yang tengah berbaring memainkan bengbeng yang di ambil dari kantongnya tadi.
"Lo ngapain jam segini belum tidur?" Vella melangkah masuk
"Tungguin lo."
"Gue?"
"Gak biasanya lo pulang sampai subuh gini, khawatir aja lo di bawa wewe gombel."
Vella menahan senyumnya, dia menjatuhkan tubuh begitu saja di samping Vodka.
"Geser dong Ka, cape banget gue pengen rebahan rasanya." Keluhnya, tadi Vella dengan teman-temannya menongkrong dulu di club hingga sampai sepagi ini.
Vodka menggeser membagi tempatnya untuk Vella, kasur ukuran kecil itu penuh dengan badan keduanya.
"Punya lo?" Vodka menunjuk bengbeng dengan dagunya, dia membuka bungkus makanan tersebut.
"Bukan." Itu punya Anya-teman Vella tadi yang memberikannya bengbeng untuk di makan bukan untuk yang lain
"Sebenarnya ini buat apa si?" Tanya Vodka kepo, dia sering melihat makanan ini di kantong baju atau celana seseorang, sebenarnya di letakkan di situ tidak ada yang salah tapi ntah kenapa seperti ada yang aneh.
"Waktu pertama di club juga awalnya gue bingung liat banyak cewek pada ngantongin gituan, itu biasanya buat kode kalo cewek atau cowok lagi open bo, ada nomernya di belakang lo liat aja."
Vodka langsung membalikan, iya benar ada nomer yang tertera yang di tulis menggunakan spidol putih, "cowok ada yang bo?"
"Banyak!! Tapi jarang yang pakai bengbeng kalo yang gue lihat."
"Pakai apa?"
"Kepo ya lo?!! Kapan-kapan kita ngeclub nanti gue kasih tau."
"Gak suka masuk club, tapi kalo sama lo boleh di coba." Vodka terkekeh pelan, tiba-tiba selintas dia kepikiran sesuatu, "lo bo Vell? Lo kan ngantongin beginian tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiw, Tante Janda! [PROSES PENERBITAN]
Literatura Feminina"Aku pilih mama muda, biar janda tidak masalah." Mungkin lirik lagu tersebut cocok sekali untuk menggambarkan seorang Vodka Liandras Azeleas. Tinggal berdua satu apartemen dengan seroang wanita janda anak satu hanya karena sebuah kesialan di tengah...