12. Sepertiga Malam

619 98 15
                                    

Aku mengerjapkan mataku pelan saat cahaya terang yang berasal dari lampu utama dalam kamar menyala. Ku raih ikat rambut yang semalam sebelum tidur ku letakkan di atas nakas dan langsung mengikat cepol rambutku. Mendudukkan diri sembari mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatanku dengan cahaya lampu kamar.

"Duh, maafin mas ya kamu jadi kebangun." ucap mas Taeil dengan suara lembutnya. Aku tersenyum dan beberapa kali mengusap wajahku. Pria yang kini berstatus sebagai suami ku itu tengah berdiri tak jauh dari tempat tidur kami. Ia tampak rapi dengan baju koko dan juga bawahan sarung tidak lupa peci yang terpasang rapi menutupi rambutnya serta tangan kirinya yang menggenggam erat sajadah. Wajahnya terlihat berseri dengan sisa-sisa air wudhu.

"Gapapa, mas."

"Kamu lanjut tidur aja, mas mau tahajud dulu." katanya.

Aku menggeleng, "Aku nungguin mas aja deh." ucapku berhubung saat ini aku tengah kedatangan tamu bulanan jadi aku tidak bisa melaksanakan sholat tahajud seperti biasanya.

Mas Taeil tersenyum simpul, membuat ku ikut tersenyum walaupun mataku masih terasa berat. "Kalau kelamaan balik tidur lagi ya." ujarnya sembari menggelar sajadah menghadap kiblat tak jauh dari tempat tidur.

Senyumku mengembang saat menatap punggung tegap mas Taeil yang tengah khusuk menjalankan ibadah malamnya. Dalam hati mengucap syukur kepada-Nya karena telah diberikan sosok sebaik mas Taeil untuk menjalani hidup.

Sosok dewasa yang hampir tak pernah terlihat marah, tutur kata yang lemah lembut membuat siapa saja betah untuk lama-lama mengobrol dengannya, aku bahkan belum melihat letak minus kak Taeil dimana.

Menikah diusia muda sama sekali tidak pernah ku bayangkan sebelumnya sampai hari dimana ayah bertanya apakah aku mau dinikahkan dengan mas Taeil. Dan di sinilah aku, berada di rumah mas Taeil, berdua dengan status suami istri.

Pertama kali mendatangi rumah ini yang ditinggali oleh seorang bujangan kondisinya terbilang rapi, pemilihan cat dominan warna putih dengan perabotan bernuansa coklat, hitam dan cream membuatnya terasa hangat dan luas.

Ia mempersiapkan segalanya dengan baik untuk menunjang kebutuhan kami. Aku mengedarkan pandanganku menelusuri ruang kamar kami bahkan sebelumnya aku cukup terkejut saat memasuki kamar kami sudah terdapat meja rias berwarna cream lengkap dengan alat-alat make up dan juga hairdryer, hingga catokan yang merupakan alat yang sangat jarang ku gunakan.

 Aku mengedarkan pandanganku menelusuri ruang kamar kami bahkan sebelumnya aku cukup terkejut saat memasuki kamar kami sudah terdapat meja rias berwarna cream lengkap dengan alat-alat make up dan juga hairdryer, hingga catokan yang merupakan alat ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seniat itu.

Tiga hari berada di rumah ini hanya berdua dengan mas Taeil membuat ku merasa sedikit kesepian ketika tugas kuliah ku sudah beres namun pria itu tengah sibuk dengan pekerjaannya. Dan akhirnya memilih beberes rumah atau memasak makanan untuknya.

Bagaimana tidak merasa sepi, rumah ini tampak sederhana dari luar tapi ternyata setelah dimasuki, rumah ini memiliki luas yang gak kaleng-kaleng. Bagaimana bisa mas Taeil mengurus rumah seluas ini seorang diri.

Mas Ft. Moon TaeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang