09. Tanya ayah aja

923 167 58
                                    

Edited.

Happy reading..

Matahari kembali memancarkan sinarnya, menggantikkan sang bulan untuk menerangi bumi. Aku berdiri di depan cermin yang tergantung rapi di dekat lemari, memandangi pantulan diriku yang sudah rapi setelah mandi sebelum melaksanakan ibadah subuh tadi.

Kantung mataku sedikit menghitam dari biasanya, gara-gara semalam aku benar-benar tidak bisa tidur setelah mengajak kak Taeil untuk menikah secepatnya.

Kok bisa-bisanya ya aku ngomong begitu dengan lancar ke kak Taeil?

Salah kak Taeil sendiri juga kenapa orangnya nikahin-able gitu. Eh, gak deng. Emang mulutku aja yang gak bisa di kontrol.

Tring.... tring....

Aku melirik ponselku yang terletak di atas nakas samping tempat tidur dari pantulan pada cermin dan segera meraihnya saat melihat nama kak Taeil tertera di layarnya. Syukurnya aku sudah rapi dengan hijab karena memang jam 8 kurang aku ada kelas melalui zoom.

"Assalamualaikum kak." sapaku.

"Waalaikumsalam dek."

"Tumben pagi-pagi nge-vc, emang kakak gak ngantor?"

"Ngantor kok, ini kakak udah rapi." ujar kak Taeil sambil memperlihatkan penampilannya yang memang sudah rapi mengenakan kemeja putih dan dasi berwarna abu-abu. Bahkan jas kantornya terlihat disampirkan pada sandaran kursi yang tengah ia diduki.

"Nanti mulainya jam 8." tambah kak Taeil seolah bisa membaca pikiranku.

Aku mengangguk paham, "Kak, aku ada jam kuliah pukul 07.45 ada yang mau kak Taeil omongin?" tanyaku pelan.

Kak Taeil mengangguk, "Soal perkataan kamu semalam." ucapnya cepat.

Pipiku tiba-tiba terasa memanas, "Tanya ayah aja." aku menunduk malu menatap ke layar ponsel.

Pun, kalau kak Taeil merealisasikan perkataanku semalam aku memikirkan jawaba apa yang akan ku berikan pada kak Taeil secara matang-matang semalam suntuk.

"Yasudah kalok gitu nanti kasih tau ayah, aku sekeluarga nanti malam ke rumah."

"Iya kak."

"Tutup dulu ya, kamu yang semangat belajarnya."

"Kakak juga yang semangat ngantornya."

"Assalamualaikum caisku."

"Waalaikum salam cami, calon suami. Ehehehe."

"Gemes banget sih kamu." ujar Kak Taeil sambil terkekeh.

"Katanya udahan." ucapku malu-malu.

"Ya siapa suruh kamu ngegemesin gitu, jadi pengen VC lama-lama."

Duh kak Taeil, lancar banget itu ngomongnya. Gak kasihan apa sama jantungku ini detaknya jadi gak normal gini.

"Udah ah kak, ini zoom class ku bentar lagi mulai."

Lagi-lagi kak Taeil terkekeh, "Iya iya, ini beneran udahan kok. Assalamualaikum manis." ucapnya lembut.

"Waalaikum salam, kak. Have a goodday, ya."

"You too, manis." balas kak Taeil lalu mengakhiri panggilan video kami.

***

Tepat pukul 8 malam aku sekeluarga sudah berkumpul di ruang tamu. Tidak lupa kak Taeil, mamanya, dan papanya juga sudah duduk tenang berhadapan dengan ayah. Sementara aku duduk menundukkan kepala di samping ibu.

Walaupun tadi siang ibu sempat kelimpungan karena bingung harus memberikan jamuan apa pada kak Taeil dan keluarganya sebab di masa-masa ini cukup sulit untuk keluar rumah dengan leluasa. Jadi dengan inisiatif sendiri, ibu membikin beberapa jenis kue kering dengan stock bahan yang ada di rumah. Toh, kak Taeilnya sendiri juga sempat memberitahuku melalui text, untuk tidak perlu repot-repot menyiapkan makan malam karena pada siang hari ini ibunya sudah masak begitu banyak makanan. Bahkan mama kak Taeil membawa rantang berukuran sedang yang berisi lauk-pauk buatan beliau.

Ngomong-ngomong kak Taeil sudah mengutarakan tujuannya datang kemari pada ayah 10 menit yang lalu. Namun, saat ini ayah masih diam belum memberikan respon apapun pada kak Taeil.

"Nak Taeil tinggal tanya sama anaknya langsung. Kalau sudah siap, ya kita segerakan." kata ayah akhirnya setelah sekian menit.

Duh ayah, aku tadi pagi ngomong ke kak Taeil suruh tanya ayah aja. Tapi kok ini ayah malah ngomong gitu lagi ke kak Taeil.

"Dek?" panggil kak Taeil dengan suara berat namun tetap terdengar lembut.

Aku mendongak dan menatap tepa ke manik kecoklatannya, "Iya kak?"

Tanpa ragu kak Taeil berkata dihadapan ayah, ibu, papa dan mamanya.

"Menikah itu bukan semata hanya mengejar kesenangan saja. Ketika kita sudah memilih untuk menikah, maka kita akan bersatu dalam taat, mengalah dalam ego, juga melangkah beriringan dalam amal kesalihan semata-mata untuk meraih ridho Illahi,"

Kak Taeil memperdalam tatapannya padaku. Tatapan yang sarat akan keseriusan dan ketulusan terpancar jelas di maniknya. "Jadi, ayo kita raih ridho Ilahi itu bareng-bareng. Kamu siap?" katanya lembut pada akhir kalimatnya.

tbc...

Mas Ft. Moon TaeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang