20. I want it, I got it

297 53 14
                                    

"Dek, mau kemana weekend kali ini?"

"Nggak tau, mas mau kemana?" tanyaku balik.

"Mas sebenernya gak mau kemana-mana. Tapi, kalau adek mau keluar jalan-jalan ya ayo. Mas jabanin, dari ujung selatan sampai ujung utara juga mas ayo-ayo aja asal sama adek."

"Mas, lebay huuuu." cibirku sembari melemparinya kacang almont yang tepat mengenai dadanya.

"Sekarang adek brutal banget ya, udah berani lempar-lempar mas." kekeh mas Taeil.

"Ya lagian mas lebay banget, mana tambah nyebelin lagi."

"Loh, kok nyebelin. Mas nggak nyebelin ya."

"Mas iya."

"Mas nggak."

"Iyaa."

"Nggakkk."

"Mas iya ih!"

"Mas nggak."

"Hiks...hiks..."

"Loh, loh, kok nangis dek?" panik mas Taeil sembari menghampiriku yang duduk di seberangnya.

Aku tak menjawab, malah semakin menenggelamkan wajahku pada lipatan tangan di atas meja makan.

"Dek, mas gak maksud bikin adek nangis, sumpah. Mas niatnya cuma becanda."

Tangisku makin pecah membuat mas Taeil tambah meringis. "Adek, mas minta maaf." gumannya mengusap punggungku dengan lembut.

Selama enam minggu kehamilan aku merasa semakin sensitif entah karena wewangian sampai hal-hal kecil mampu membuatku menangis hingga tersedu-sedu seperti saat ini.

Beberapa hari yang lalu saat aku dan mas Taeil jalan-jalan di sekitar kompleks, sore itu aku mendapati seekor anak kucing sendirian terlihat kebingungan mencari induknya.

Karena tak tega, aku meminta mas Taeil untuk membawanya dan membantunya menemukan induknya. Sementara aku berjalan satu meter di belakang mas Taeil karena kenyataannya aku takut dengan gumpalan bulu menggemaskan tersebut.

Cukup lama mas Taeil dan aku keliling kompleks hingga pukul setengah enam baru kami kembali ke rumah. Dimana ternyata anak kucing itu salah satu kucing milik anaknya bu Windi, pemilik warung kelontong di depan.

"Mas harus gimana biar gak nangis lagi?"

Aku mendongak, menggeser tubuh ku menghadapnya. "Mau dibikinin coklat panas." lirihku.

"Oke, mas bikinin." ia mengusap lembut puncak kepalaku sebelum berjalan ke arah pantry. Beberapa menit kemudian mas Taeil kembali dengan secangkir coklat panas permintaan ku.

"Mas mau nasi."

"Mau makan lagi?"

Aku hanya mengangguk pasti. Setelah itu mas Taeil kembali meninggalkan ku untuk mengambil nasi. "Jangan banyak-banyak mas, secentong aja."

"Siap, bu negara. Lauknya mau apa?"

"Nggak, nasi aja." jawabku.

***

"Dek serius?" tanya mas Taeil tak percaya setelah melihat secara langsung apa yang aku lakukan pada nasi dan coklat panas yang ia buatkan.

"Emang kenapa sih? Ini bukan racun mas."

"Iya emang bukan racun, tapi kan ini nasi adek campur sama coklat panas loh." ucapnya tak habis pikir.

"Orang enak juga, cobain nih." aku menyodorkan sesendok nasi berkuah coklat panas pada mas Taeil.

Ia menggelengkan kepalanya cepat-cepat. "Nggak, adek aja. Mas kenyang." katanya.

"Cobain, beneran enak loh."

Walau terlihat terpaksa dan sangat ragu mas Taeil akhirnya memakan nasi kuah coklat itu. Ia memejamkan matanya, mengunyah secara perlahan.

Saat makanan tersebut berhasil ditelannya baru mas Taeil membuka mata, "Gimana, mas?" tanyaku dengan antusias.

"Lebih enak kalau nasi ini diganti pakai ketan sih dek, menurut mas gitu."

"Yaudah, mas habisin ini. Nanti adek buat yang pakai ketan. Adek ke toko bu Windi dulu kalau gitu." ujarku. "Dihabisin ya, mas. Mubazir kalau nggak habis." ku berikan kecupan di kening mas Taeil sebelum meninggalkannya menuju kamar untuk mengambil jilbab sebelum menuju ke toko bu Windi membeli beras ketan.

Aku terkekeh geli melihat wajah pasrah mas Taeil. Setiap pergerakannya bahkan terlihat berat ketika tangannya menggenggam sendok nasi campur coklat panas itu mengarah ke mulutnya.

***

Musim penghujan sudah dimulai sejak beberapa hari yang lalu, sudah sering terjadi hujan ataupun gerimis yang disertai angin kencang. Syukurnya baik aku dan mas Taeil lebih sering beraktivitas di dalam rumah. Mas Taeil sudah izin dengan atasannya yang tak lain teman baiknya untuk work from home dan hanya ke kantor jika memang sangat dibutuhkan. Pun, untuk kuliah ku sebagian besar dosen lebih memilih melakukan pembelajaran secara daring. Jadi, baik aku dan mas Taeil sebagian besar menghabiskan waktu di rumah saja.

Beras ketan yang tadi ku beli di warung bu Windi sudah ku masak dengan santan, sedikit gula dan garam. Benar kata mas Taeil rasanya jauh lebih enak saat dicampu dengan coklat panas dibandingkan dengan nasi tadi.

"Biar mas yang beresin dapur, adek istirahat sana di kamar." ujar  Mas Taeil yang dari tadi setia menemani ku di dapur. "Gapapa maa, biar adek  yang beresin mas tunggu adek tapi ya?"

Mas Taeil berjalan dan berdiri di sampingku yang duduk santai di depan pantry, "Yasudah, bareng aja beresinnya. Mas bagian cuci piling sedangkan adek yang lap meja aja. Mas udah gak nerima protesan ya, jadi adek kerjain itu aja." kata mas Taeil lantas mencuri sebuah kecupan dari bibir ku sebelum berlari kecil ke washtafel.

"Mas?" panggilku disela-sela kegiatan kami.

"Kenapa dek?"

"Mas kok aku ngebayangin mas Johan jadi beruang kutub atau harimau lucu kali pasti."

"Terus mau adek apa?" aku menoleh ke arah mas Taeil yang mengentikan semua kegiatannya setelah mendengar ucapan ku.

"Mas Jo mau gak ya dimintain jadi badut, sebentar aja mas, adek pingin lihat. Beneran deh." ucapku dengan penuh permohonan.

"Tapi Jo itu sibuk, dek. Gak ada waktu buat ngebadut."

"Kok mas gitu sih, belum tanya juga. Jangan suka nyimpulin sendidi deh mas, gak baik kayak gitu. Udahlah, adek masuk kamar aja, sebel banget sama mas Taeil." tampa memperdulikannya, aku berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki. Sebal sekali sama mas Taeil.

"Dek, hati-hati jalannya hey!"

"Bodo amat!"

"Dek ngomongnya ih, gak boleh gitu sama suami."

"Salah mas kenapa jadi nyebelin." balas ku tak mau kalah.

"Yaudah iya, nanati mas tanya Jo bisa ngebadut atau nggak. Jangan ngambek. Istirahat ya, jangan lupa cuci kaki, tangan, gosok gigi dulu sebelum tidur."

Bibirku melengkung ke atas, berbalik arah menghadap mas Taeil. "Aye aye captain!" seru ku, senang.

TBC...

Mas Ft. Moon TaeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang