05. Cais

1.5K 233 28
                                    

[Revisi]

Tidak terasa libur akhir semester ganjil sudah berjalan setangahnya dari jadwal yang sudah di tentukan.

Selama liburan ini benar-benar ku habiskan untuk rebahan di kamar. Hanya keluar beberapa kali, itupun bersama keluarga.

Benar-benar menghabiskan waktu di rumah seharian. Bangun, mandi, beribadah, makan, beberes rumah, masak, tidur lagi, mandi, beribadah, beres rumah, makan, begitu seterusnya.

Terus kak Taeil gak ngajak jalan?

Dia lagi sibuk katanya, kita cuma berkomunikasi lewat chat itu pun dalam selang waktu berjam-jam ia baru membalas. Gak tau deh, pokok dia sibuk banget akhir-akhir ini.

Tring… tring…

Ponselku berdering panjang, pertanda ada incoming call. Tanpa melihat display namenya aku langsung mengangkatnya dan menghidupkan speaker malas sekali untuk sekedar menempelkannya pada kuping.

📞📞📞

“Halo?” ucapku.

“Halo manis, sibuk gak hari ini?”

Aku yang tadinya tidur terlentang menatap langit-langit kamar langsung duduk bersila saat mengenali pemilik suara dari si penelfon.

“Nggak, kak. Emang kenapa? Kak Taeil mau ngajak jalan? Bukannya lagi sibuk?” ucapku asal-asalan, sengaja, siapa tau beneran diajak jalan sama kak Taeil kan.

“Kerjaan kakak udah rampung semua, jadi sekarang udah gak terlalu sibuk. Tuh kamu tau, mau gak jalan? Kita ke mall sekalian nyari kado buat anak-anak.”

“Anak-anak?” tanyaku heran.

“Iya bulan besok banyak yang ultah mulai dari tanggal 1 doyoung, tanggal 5 dek Jisung, tanggal 9 Johnny, tanggal 14 Jaehyun, terus 19 Jungwoo, Ten tanggal 27 februari.”

“Waduh, banyak.”

“Iya tuh, kayaknya mereka janjian dulu lahirnya barengan bulan di februari. Yaudah, nanti kakak jemput 30 menit lagi. Cukup gak buat kamu siap-siap?”

“15 menit juga cukup kali kak.”

“Kayaknya ada yang gak sabar diajak jalan nih.”

“Maklum lah kak, aku kan gabut di rumah terus. Teman aku pada gak tau ilang ke mana, eh calon suamiku malah sibuk kerja.”

“Eh, kakak udah dianggap calon suami nih?”

Terdengar kekehan kak Taeil di seberang sana.

“Kak Taeil ih, jangan ketawa. Aku malu.” balasku. “Jadi jalan gak nih?” tanyaku mencoba mengalihkannya agar berhenti menggodaku.

“Ya jadi dong calon istriku, tunggu ya kakak segera meluncur.”

📞📞📞

Aku langsung memutuskan sambungan telfonnya tanpa mengucapkan salam penutup sama sekali. Ini pipiku tiba-tiba terasa memanas setelah mendengar kata calon istriku dari kak Taeil.

Dan benar aja gak lama setelah aku mematikan sambungan telfonnya kak Taeil datang, aku juga sudah siap. Gak terlalu ribet, hanya pakai bedak tipis sama lip tint terus parfum wangi buah. Gak lupa bawa slingbag yang isinya dompet, ponsel sama minyak kayu putih. Tiga benda yang wajib banget dibawa kemana-mana.

Hampir dua jam kurang perjalanan dari rumah menuju pusat perbelanjaan yang memang letaknya ada di pusat kota, kini kami berdua sudah berada di lantai 2 gedung yang khusus menjual outfit baik untuk pria dan wanita.

“Beliin baju kaus oblong aja kali ya buat mereka?” tanya kak Taeil setalah keluar dari toko ke lima namun belum menemukan barang yang cocok untuk dijadikan kado.

“Ya kalok gitu kenapa kita jauh-jauh dateng ke sini. Beli aja kaus putih koreanmart,”celetukku yang malah membuat kak Taeil terkekekeh dan dengan gemas ia mengusap puncak kepalaku. “Gini aja, coba diingat teman-teman kakak sukanya apa?” saranku.

“Doyoung tuh suka sama salak dan segala olahan salak, Johnny tuh suka kopi terutama kopi Aceh, Jaehyun sukanya makanan yang dibungkus pakek besek gitu, terus Jungwoo sukanya dodol, Jisung suka banget sama Anna adeknya Elsa di frozen itu, kalau Ten asal jangan kasih buah aja kali ya?” kata Kak Taeil. "Tapi masa kita beli itu, maunya barang yang bisa dipajang atau dipakai gitu." lanjutnya.

“Gak tau kak, bingung aku tuh kalau ngado-in cowok. Gak pernah ngasih cowok kado juga, tapi anehnya kok teman-teman aku malah minta saran ngadoin pacarnya apa ke aku.” kataku apa adanya.

Memang benar, aku tuh bingung dibuatnya. Udah yang ultah segitu banyak lagi. Ngasih kado ke satu orang cowok aja udah bingung apalagi enam cowok.

Kak Taeil menggaruk tengkuknya yang ku yakini tidak gatal, mengerjapkan matanya beberapa kali menatapku dengan muka polosnya. “Aku makin bingung jadinya.” ucapnya.

“Gimana kalau kakak beliin sarung, peci, sama tasbih aja?”

Wajah kak Taeil yang terlihat bingung kini tergantikan dengan terpatrinya senyum sumringah, “Nah emang paling the best kamu mah sarannya, itu alasan kenapa teman-teman kamu selalu tanyanya ke kamu.” puji kak Taeil sembari mencpit hidungku pelan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

“Kak setelah beli kado aku minta nonton bioskop, boleh?” tanyaku takut-takut.

Seperti biasa, senyum selalu terukir di wajah tampannya. “Boleh dong, emang mau nonton film apa?”

“Mulan, kak.”

“Mulan belum tayang atuh, dek. Tayangnya tanggal 25 Maret, empat hari lagi. Nonton Mariposa mau gak?” tanya kak Taeil balik.

“Yaudah deh, gak jadi kak. Aku kira Mulan udah tayang di Indo.” jawabku sembari memilin tali slingbag yang ku gunakan.

“Yaudah empat hari dari sekarang kita balik ke sini lagi nonton Mulan.”

“Emang boleh?” aku yakin kak Taeil menyadari nada suaraku yang terdengar begitu antusias. Terbuki dari senyumnya yang semakin lebar dan tangannya terulur mengusap puncak kepalaku lembut.

“Boleh dong, Cais ku.”

“Makasi kak, aduh aku gak sabar tahu kak karena penasaran banget sama itu film. Eh, btw, tadi kakak manggil aku Cais?”

Kak Taeil mengangguk.

“Cais apa emangnya?”

“Calon istriku.” jawabnya tidak lupa usapan lembut dipuncak kepalaku yang membuatku hanya bisa mengerjapkan mata dan mencoba mengontrol detak jantungku yang terasa tidak normal lagi.

Astaghfirullah, ini di perutku rasanya ada kupu-kupu berterbangan deh.

Tbc…

Mas Ft. Moon TaeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang