02. Bertanya-tanya

2.6K 346 50
                                    

Hari Jum'at telah tiba, hari yang sangat ku tunggu karena hari ini tidak ada jadwal perkuliahan. Jadwalku memang hanya ada pada hari senin hingga kamis. Hal itu membuatku malas untuk mengekost, toh jarak kampus dengan rumah hanya membutuhkan waktu 30 menit saja.

Hingga jam menunjukkan pukul 10 siang aku masih betah berdiam diri di dalam kamar.

“Kakak,”

Aku menoleh ke arah pintu saat suara ibu memanggilku. “Iya, bu?”

“Ayo bantu ibu masak, ayah ngundang nak Taeil buat makan siang bareng sama kita nanti abis Jum'at-an. Buruan ya, ibu tunggu di dapur.” setelah itu aku mendengar langkah kaki ibu menjauhi kamarku.

Aku yang tadinya tengkurap sambil memainkan ponsel langsung duduk tegap, “Lah kok ngundang kak Taeil sih.” gumanku pelan dan segera turun dari tempat tidur dan menyusul ibu ke dapur.

×××

Aku melirik kak Taeil yang duduk di ayunan sebelahku. Saat ini kami berdua berada di taman kompleks setelah selesai makan siang bersama tadi.

Astaga, yang benar saja guys siang-siang begini ayah menyuruhku untuk jalan-jalan bersama kak Taeil. Untung saja tempat ayunannya terdapat pohon besar yang memiliki daun yang sangat rimbun.

Sejak duduk di ayunan sekitar 10 menit lebih belum ada percakapan sama sekali diantara kami berdua. Membuat kecanggungan mendominasi di sekitar kami.

Hingga tiba-tiba pertanyaan kak Taeil langsung membuatku menoleh kepadanya, “Gimana kuliah kamu?”

“Ya gitu kak, kuliah dikasih tugas, kadang dosen gak dateng ya pulang.” jawabku sekedarnya, toh memang begitu adanya kan.

“Kamu gak mau nge-kost gitu lumayan jauh loh, gak capek pulang-pergi pakek motor?”

Aku menggeleng pelan, “Nggak, di rumah aja, biar bisa bantu-bantu ibu. Lagian aku kayaknya gak bisa ngekost.” ucapku.

Kak Taeil menatapku dengan alis terangkat, “Kenapa?” tanyanya.

Homesick, susah tidur kalok gak di kamar sendiri. Gak biasa.”

Entah bagian mana yang lucu, namun aku mendengar kekehan kecil dari pria di sampingku saat ini. Bahkan tindakan tiba-tibanya membuatku terkejut, saat tangan besarnya mengusap kepalaku yang tertutup hijab dengan gemas.

“Harus belajar beradaptasi di tempat baru, katanya mau kuliah di luar negeri. Kan gak lucu nanti kamu kalok kuliah di luar negeri baru sampai terus minta pulang.”

Percayalah itu kalimat terpanjang yang kak Taeil ucapkan selama ini. Walaupun kami satu kompleks, bahkan satu blok kami itu jarang mengobrol. Ya wajar, kan kak Taeil sibuk kerja sementara aku memang jarang keluar rumah.

“Ya gak gitu juga kali kak, mungkin di sini jaraknya masih dekat makanya aku lebih milih PP.”

Kak Taeil lagi-lagi terkekeh, heran receh deh beliau.

“Oh ya kak, boleh nanya?” aku memberanikan diri untuk menatap maniknya, “Yang dibilang ayah itu benar, kalok aku mau dinikahin sama kakak? Kenapa aku, kan aku masih kuliah? Kenapa gak tetangga kita yang seumuran kak Jaehyun atau gak kak Doyoung?”

Kak Taeil malah menatapku insten setelah menyelesaikan semua pertanyaanku.

Kak Taeil malah menatapku insten setelah menyelesaikan semua pertanyaanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku yang ditatap begitu langsung gugup seketika. Btw, kalok dilihat-lihat benar juga kata ayah, kak Taeil itu ganteng. Eh.

“Kalok kakak bilang kakak tertarik sama kamu sejak 3 tahun yang lalu gimana?” ucap kak Taeil.

Aku menelan air liur susah payah mendengar kak Taeil yang malah balik bertanya, “Y-ya, tertarik belum tentu cinta kan.” sialnya aku malah terbata-bata saat ini karena terlalu gugup.

“Tertariknya beda,” kata kak Taeil, ia masih menatapku dengan insten, “Karena semakin lama keinginan kakak cuma satu, bisa ngelindungin kamu. Kamu itu luarnya aja tampak biasa, kayak tegar gitu. Tapi, nyatanya kamu itu lemah dan butuh sandaran. Kakak bisa jadi sandaran kamu, disaat kamu banyak pikiran.”

Terjadi keheningan lagi diantara kami.

“Kakak gak maksa kamu buat nerima kakak, tapi kakak minta tolong coba kasih kakak ruang untuk bisa bikin kamu percaya sama kakak.”

Lagi-lagi aku hanya diam, karena tidak tahu harus merespon apa.

“Jangan terlalu dipikirin ucapan kakak, fokus aja sama UAS kamu yang tinggal seminggu lagi. Kamu kasih kakak ruang ya Alhamdulillah. Kalok nggak, mungkin belum waktunya. Kakak bakalan tunggu.”

Kak Taeil tersenyum manis, aku menatap maniknya mencari kebohongan disana. Namun nihil, tatapannya begitu tulus.

“Ayo kakak antar pulang, kakak masih harus balik kerja.”

TBC…

Mas Ft. Moon TaeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang