Sandaran hati

253 39 5
                                    

Suasana menjadi lebih ricuh lagi ketika warga melihat Seokjin yang di tandu dalam keadaan tak sadarkan diri dengan darah yang bersimbah di perutnya.

Seokjin harus segera di beri pertolongan .

"Cepat bawa dulu dia ke istana. Berikan perawatan darurat dulu di sana," titah Yunho pada anak buahnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Yunho menuntut jawaban dari Panglima Jiyong.

"Hamba juga tak mengerti. Padahal salah satu pemanah sudah hamba tugaskan untuk memanah orang yang menyerangnya tapi justru Seokjin seolah melindungi orang tersebut dari bidikan panah. Akhirnya panah tersebut mengenai perutnya."

"Lalu di mana penyerang Seokjin?"

"Ketika kami akan menangkapnya, dia terlebih dulu menceburkan dirinya ke sungai ,"

"Kalau begitu segera kerahkan pasukan untuk menyusuri sungai dan temukan dia,"

"Akan segera kami laksanakan Yang Mulia!"

Yunho tak sangka situasi akan berubah ricuh seperti ini.

" Harap tenang semuanya ... Aku sebagai penyelenggara acara , meminta maaf sebesar-besarnya  atas kericuhan ini. Tapi ini  bukanlah situasi yang berbahaya... Pembuat onar tersebut memang kabur tapi akan segera pihak kerajaan tangkap.. sekali lagi aku meminta maaf..."  Di depan rakyatnya , Namjoon tak segan untuk membungkukkan badannya memohon maaf. Ia tetap terlihat tegar di tengah kehancuran hatinya . Ia menyaksikan semuanya ketika Seokjin di tandu  dalam keadaan tak sadarkan diri. Jaegori putihnya sudah di hiasi warna merah darahnya.   Ia sudah tak tertarik lagi dengan acara perayaan ini namun ini adalah tanggung jawabnya tak peduli bagaimana  perasaannya ia harus tetap menyelesaikan hingga akhir.

Tak lupa ia juga meminta maaf pada semua undangan yang hadir .

"Yang Mulia, itu Seokjin kan?" tanya Putri Jisoo.

"Iya," jawab Namjoon sekenanya.

"Ya Tuhan... Aku harap dia akan baik-baik saja. Padahal baru saja ia memberikan  bunga ini di altar tadi. " ungkapnya. Sedikit tidaknya Putri Jisoo menunjukkan simpatinya untuk Seokjin.

"Terimakasih Tuan Putri. Dan sekali lagi aku minta maaf dengan ketidaknyamanan ini,"

Ya padahal baru saja tadi Seokjin tersenyum padanya , mereka bertatapan di altar dan kini   keadaan berubah .  

Jong Woon di serang rasa panik ketika mendengar kabar Seokjin di serang seseorang dan kini tak sadarkan diri dengan luka akibat tusukan panah di perutnya.   Tanpa mempedulikan apapun,  Ia  bergegas menghampiri putranya  yang di larikan ke istana.   Jong Woon tak mengerti mengapa Seokjin harus di rawat di istana di saat ia berjanji bahwa ia dan sang anak tak akan menginjakkan kaki di sana lagi.  Saat Jong Woon tiba, ia menemukan  sang anak yang masih  setia memejamkan matanya. Syukurnya pendarahan di perutnya berhasil di hentikan.

"Keadaannya masih lemah sebab putra anda mengeluarkan cukup banyak darah. Kami berhasil menghentikan pendarahannya dan syukurnya panah tersebut tidak mengenai organ vital dalam tubuhnya .   Jadi kalau kondisinya sudah agak stabil ia harus segera di bawa ke balai kesehatan. Saat ini jika di lakukan terlalu beresiko di sebabkan jarak yang agak jauh dan guncangan di dalam kereta bisa membuat ia mengalami pendarahan kembali. " terang tabib.

"Siapa... siapa yang melakukannya?" Jong woon bertanya-tanya. Aparat yang mengusut kasus Seokjin belum bisa memastikan.

"Pelaku masih buron sebab dia melarikan diri dengan cara terjun ke sungai. Saat ini tim kami sedang menyusuri sungai untuk mencari si pelaku." terang  Min Ho ,  yang di tugaskan untuk mengusut kasus Seokjin.

Beautiful Memories about youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang