Tak ingin kehilangan..

322 35 2
                                    

.










"Jangan banyak bergerak dulu Jin . Mungkin dalam tiga hari ke depan luka mu akan mengering," terang tabib istana.

Diam-diam Namjoon melihat luka di perut Seokjin yang tadinya menganga namun kini sudah di tutupi kain baru.  Tak lama setelah Seokjin merasa  tenang, Namjoon segera memanggil tabib untuk memeriksanya.

"Aku tak apa... Yang Mulia sebaiknya kembali saja ," Kini kesadaran Seokjin sepertinya sudah kembali sehingga ia ingat untuk  menyebut nama Namjoon dengan sebutan Yang Mulia.  Seokjin merasa tak enak melihat Namjoon yang sedari tadi menungguinya .

"Kau tak ingat tadi menangis di pelukan ku dan sekarang kau menyuruh ku pergi?" Namjoon agak cemberut.

"Ah bukan begitu... maksudnya anda sibuk kan jadi..."

"Sudahlah.. aku tak sibuk hari ini dan aku sudah meminta izin orang tua ku," potongnya.

" Meminta izin? Anda di izinkan, ?"

"Tentu saja. Percaya lah mereka juga khawatir pada mu..."

Seokjin hanya menghela nafasnya .

" Aku hanya khawatir jika ada yang melihat kita. Ini di istana kan?"

"Kali ini aku ingin egois untuk  diri ku sendiri. Biar kan mereka melihat, mereka tak akan berani berkomentar. Kau juga sudah tak tinggal lagi di istana jadi kau tak perlu menghadapi penilaian mereka ."

Seokjin menatap Namjoon dan ia hanya bisa terdiam sebab ia tak ingin merasa jumawa di perlakukan istimewa oleh Namjoon walau memang seperti itulah kenyataannya. 

"Mau bercerita pada ku di hari kejadian itu? Kau bilang itu perbuatan kakakmu,tapi  bagaimana bisa?"

Pandangan Seokjin berubah menjadi sendu namun
akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Namjoon kecuali di bagian sang kakak yang pernah terlibat pemberontakan. Namjoon hanya diam mendengarkan tanpa sedikitpun menyela.

"Jadi...selama ini paman Jong Woon memiliki seorang anak dari wanita lain dan menelantarkannya?"  Namjoon memberikan tanggapannya usai Seokjin bercerita.

"Ya... ayah ku bahkan sanggup bertahun-tahun menyembunyikannya. Aku belum tahu kenapa ayah tak mencari kakak selama ini atau memang ayah tak seperduli itu padanya. Apa kau bisa bayangkan ketika kau hidup bahagia tapi saudara mu hidup tak jelas di luar sana?"

"Rasa sakit hatinya mendatangkan niatan yang buruk Jin dan di tujukan pada mu. Jadi itu mengapa kau rela menjadi sasaran bidikan panah ?"

"Ya... aku tak ingin  saudara ku harus terluka di depan mata ku,"

"Tapi tetap saja proses hukum akan berjalan. Ia akan di bawa ke pengadilan untuk di sidang,"

"Aku akan berusaha agar kakak ku tak di penjara. Aku tak ingin dia di penjara dan aku berharap ayah ku kan memiliki kesempatan tuk bertanggung jawab terhadap kakakku,"

Namjoon tak bisa berkomentar banyak sebab ini menyangkut Seokjin dan keluarganya.  Tapi Namjoon selalu tahu bahwa Seokjin adalah seseorang yang berhati tulus. Walaupun sudah di buat celaka tapi tetap saja ia tak berniat untuk membalas nya .

"Tak apa kau merasa sedih dengan ini semua. Tapi kau pasti bisa menjadi kuat kembali dan menyelesaikan semua permasalahan ini,"  komentar Namjoon. 

Seokjin menganggukkan kepalanya. Jujur Seokjin rindu sekali bisa bercerita berdua seperti ini dengan Namjoon. Harus ia akui, keberadaan Namjoon membuatnya sedikit tenang sekarang.

"Joon...hati ku bergejolak lagi... rasanya sekarang aku benar-benar membutuhkan mu..."  'Seokjin hanya mampu mengucapkannya dalam hati.

Beautiful Memories about youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang