Merajut cinta

451 59 6
                                    





Happy Reading
🌸
🌼
👑👑








"Seokjin!!!!!!"pekik Namjoon.

ia berlari secepat mungkin menghampiri Seokjin.

"Joon," lirihnya di pangkuan Namjoon. Seokjin terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Banyak pertanyaan timbul di benaknya bagaimana bisa Seokjin dalam keadaan seperti ini.

"Iya aku datang. Kau akan baik-baik saja,"ucap Namjoon sambil menyeka darah di sekitar mulut Seokjin. Sebenarnya ia merasa panik melihat keadaan Seokjin , tetapi Namjoon berusaha mati-matian meredamnya.

Seokjin ingin sekali mengucapkan terimakasih. Ia merasa terharu karena Namjoon mencari keberadaannya, dan kentara sekali menunjukkan rasa khawatirnya. Tapi matanya terasa berat untuk tetap terbuka, kepala dan dadanya terasa sakit. Ia rasa sebentar lagi kesadarannya akan hilang.

Untung para tim pencari sudah membawa tandu , sehingga mereka segera memindahkan tubuh Seokjin yang berada di pangkuan Namjoon ke atas tandu tersebut.

"Ia harus secepatnya di beri pertolongan. Sepertinya Seokjin di patok ular hutan tersebut," tunjuk salah seorang pengawal pada ular hutan yang ukurannya cukup besar dan berbisa. Terdapat pisau perak menancap di tubuhnya sehingga tidak memungkin ular tersebut bergerak leluasa. Tubuh ular tersebut penuh luka tapi masih bernyawa dan dari mulutnya mengeluarkan bisa.

" Seokjin pasti memberi perlawanan pada ular itu dengan menancapkan pisau miliknya ke tubuh ular itu,"terka Namjoon.

"Sepertinya begitu. Ayo cepat kita bawa Seokjin dari sini. Nanti setelah Seokjin sadar,baru kita tanya kronologinya,"

Sebelum mereka pergi, Namjoon meminjam panah salah satu pengawal dan membunuh ular tersebut dengan membidikkan 2 anak panah tepat di kepalanya.

"Kau pantas mati Ular sialan!" umpat Namjoon dalam hatinya.
Sebagian pengawal bergegas mengirim Seokjin kembali ke Istana untuk segera mungkin di beri pertolongan.

Tabib Istana mengatakan bisa ular yang menggigit Seokjin cukup mematikan, tapi untungnya belum sampai menyebar ke hatinya sehingga nyawa Seokjin masih bisa di selamatkan. Hampir dua hari lamanya Seokjin tak sadarkan diri.

Ketika Seokjin sadar, ia pun menceritakan kejadian yang hampir membuatnya kehilangan nyawa.
Saat itu Seokjin yang telah usai menuntaskan rasa mulasnya, bergegas menyusul anggotanya yang lain. Karena ia terburu-buru, tak dilihatnya ada sebuah tali membentang di depannya. Sepertinya tali tersebut milik pemburu yang digunakan untuk menjerat hewan dan kemudian di tinggalkan di sana begitu saja. Akibatnya Seokjin tersandung dan terjatuh di antara tumpukan dedaunan kering. Betapa terkejutnya ia tiba-tiba saja ular tersebut muncul di antara tumpukan daun tersebut. Tubuh ular itu memang sudah dari sananya penuh luka, kemungkinan akibat bertarung dengan binatang .

Tanpa bisa Seokjin hindari, ular tersebut langsung mematuk kaki kanannya dan juga mematuk tangan kanannya ketika Seokjin menancapkan pisau perak miliknya ke tubuh ular tersebut. Mungkin Seokjin mahir bertarung, tetapi bukan berarti ia mahir dalam menghadapi seekor ular. Perlahan gigitan ular tersebut membuat kaki Seokjin mati rasa membuatnya tak mampu bergerak untuk mencari pertolongan.

Mendengar kabar bahwa Seokjin telah sadar, Namjoon bergegas menjenguk Seokjin.
"
" Aku senang akhirnya kau sadar. Syukur racun ular itu bisa ditangani,"ujar Namjoon. Tangannya menggenggam tangan kiri Seokjin,sesekali diusapnya keringat yang mengalir di dahi Seokjin. Wajah Seokjin masih pucat dan badannya masih terasa lemas.
"Kau datang menolongku...."
"Aku benar-benar panik saat tak menemukanmu bersama rombonganmu. Ternyata benar, kau tak kembali bersama mereka,"
"Jangan menyalahkan Taemin, Jongin juga Hanbin. Aku yang meminta mereka untuk meninggalkanku,"

"Jujur mengenai hal tersebut aku tak tahu karena menjadi urusan wakil Panglima Kwon. Tak usah dibahas juga, toh sudah lewat. Yang penting kau sudah selamat,"

"Aku pikir aku akan mati saat itu, tapi entau kenapa aku bahagia sekali saat di ambang kesadaranku, aku melihat kau datang menolongku,, "

Namjoon menggenggam tangan Seokjin yang terasa hangat, dan di usapnya,

" Tentu saja aku tak akan berpikir dua kali untuk segera mencarimu. Kau tak tahu betapa kacaunya aku, apalagi menemukanmu dalam keadaan seperti waktu itu karena tak ada yang bisa kulakukan selain menyerahkan semuanya pada tabib dan berdoa untuk kesembuhanmu,"

Hati Seokjin bergetar mendengar perkataan Namjoon. Ia jadi merasa malu mendiamkan Namjoon. Nyatanya Namjoon benar-benar mempedulikannya. Seharusnya ia menerima kenyataan tentang perasaan Namjoon padanya bukan malah menjauh. Seokjin jadi merasa jahat dan ia menyesal. Seketika kedua mata bulat Seokjin berkaca-kaca dan siap menumpahkan air matanya.

"Hei.. kenapa menangis?"tanya Namjoon tak mengerti.
"Aku...aku hanya malu pada diriku sendiri. Tak seharusnya aku menjauh darimu hanya karena kau mengungkapkan perasaanmu,"

"Oh soal itu. Jangan dipikirkan. Yang penting kau harus sembuh dulu,"

"Tapi kau harus memaafkanku,"kekeh Seokjin."
"Baiklah kalau begitu jangan mendiamkan ku lagi. Sepi rasanya "aku Namjoon sembari mengusap air mata Seokjin yang jatuh dipipinya.

"Tidak akan. Tolong beri aku waktu untuk memahami perasaanmu. Kau tahu sendirikan, kita ini sama-sama lelaki jadi masih sulit bagiku untuk menerima pernyataanmu itu Jonnie, "jelas Seokjin.

"Iya Jinnie,aku mengerti. Aku juga tak akan memaksa kau untuk membalasnya tapi hatiku pun tak sanggup terus-terusan memendamnya. Dan berjanjilah jangan menjauh dari ku lagi ya,"

"Iya aku berjanji,tapi kalau boleh aku tahu apa yang membuatmu memiliki perasaan itu terhadapku Joon? "

"Entahlah Jinie... Mungkin karena kita sudah lama bersama, aku selalu merasa nyaman berada di sampingmu. Dan kenyamanan itu mendatangkan rasa lain di hatiku, " jawab Namjoon dengan jujur.

Dan di hari itu Seokjin berjanji untuk belajar memahami perasaan Namjoon untuknya . Hampir 2 minggu lamanya Seokjin hanya terkapar di atas pembaringan, meminum obat yang rasanya benar-benar membuatnya ingin muntah. Ia benar-benar harus mendapat perawatan yang serius hingga racun-racun ular itu lenyap dari tubuhnya.

Dan ketika dirinya sudah dinyatakan sehat dan kembali bisa beraktivitas, begitupun dengan hubungannya dengan sang Pangeran, yang kembali akur dan perlahan merajut hari mereka dengan hadirnya cinta di hati keduanya.





Jangan kau tanya arti cinta untukku
Disini yang ada dirimu
Kau sanggup buatku jatuh dan mencinta
Kau lebih dari sekedar indah
Hanya kau yang selalu ada di relungku...



TBC

Ini tuh flashback mereka pas umur 17 tahunan ya... 'ga banyak yang aku revisi di part ini
















































































Beautiful Memories about youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang