Kesempatan dan keraguan

453 62 2
                                    

Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Seokjin tak tahu apa yang salah dengan tubuhnya.  Seperti saat ini, kepalanya mulai  berdenyut sakit, dan perutnya mual berakhir dengan ia memuntahkan makan malamnya.

"Sepertinya aku terlalu lelah. " pikirnya. Akhir-akhir ini kegiatannya dalam mengurus seleksi untuk calon prajurit sangat menguras tenaganya.  Puncaknya siang tadi ketika ia harus  mengurus konsumsi untuk para calon peserta yang jumlahnya cukup banyak. Beberapa rekannya bahkan berusaha menjauh membiarkan ia harus sibuk sendiri.

"Mungkin aku harus memeriksakan diri pada Tabib Han,"gumamnya.

Di tengah rasa lelah yang mendera , tapi setidaknya ia dapat berjumpa dengan Namjoon siang tadi. 

" Tampak sibuk sekali,"komentarnya.
Seokjin  cukup terkejut dengan kehadiran Namjoon yang tiba-tiba.
Tapi ia tetap tidak lupa untuk memberi  penghormatan pada Namjoon mengingat mereka berada di tempat umum.
   Saat berhadapan dengan Namjoon, tak di pungkiri kejadian di paviliun malam itu teringat kembali, dan Seokjin tak tahu harus bersikap seperti apa.

"Apa yang sedang kau persiapkan?"tanya Namjoon , berusaha bersikap biasa saja. 

"Saya... sedang  menyiapkan air,juga potongan buah,kemudian beberapa makanan ringan untuk para peserta Yang Mulia. "

"Kau mendapatkan  tugas di bagian  konsumsi?"

"Iya Pangeran.. Apa anda ingin mencoba salah satu hidangan?"tawar Seokjin.

"Sebenarnya aku sudah sarapan tapi tidak ada salahnya mencicipi  salah satunya. Aku ingin  bindaettok . Sepertinya enak.,"  

Sesuai permintaan Namjoon, Seokjin memberikan sepotong bindaettok yang merupakan gorengan dari tepung ketan berisikan sayur dan daging ayam.

"Rasanya enak dan gurih. Hidangan hidangan ini termasuk yang terbaik. Kalian pasti sudah bekerja keras kan untuk menyiapkannya. " puji Namjoon

"Terimakasih  Yang Mulia. Kami selalu berusaha sebaik mungkin,"
   Ia ingin berbicara banyak hal dengan Seokjin sayangnya  terlalu ada banyak pasang mata disekitar mereka yang memperhatikan sehingga menciptakan sedikit ketidak nyamanan.

"Sudah makan kan?"tanya Namjoon.

"Sudah baru saja."
"Senang melihatmu hari ini, Jin... Selamat bertugas, semoga harimu menyenangkan"

"

Terimakasih...."hanya kata itu yang bisa bibirnya ucap.  Bahkan bibirnya terasa bergetar saat mengucapkannya. Secuil perhatian yang Namjoon berikan terasa begitu berartinya, seolah mampu mengusir lelahnya dan juga beban pikiran yang di tanggungnya.

"Oh ya dan satu lagi Jin, ada yang ingin ku sampaikan,"

"Mengenai apa Pangeran,?"

"Mengenai hatiku yang merindu... Semoga bisa ku lampiaskan di lain waktu," 

Untuk sesaat Seokjin terdiam. Tak menyangka bahwa Namjoon mengucap rindu yang memang Namjoon tujukan untuk dirinya. Ingin rasanya menjawab 'begitupun aku' tetapi bibirnya hanya  terbungkam menatap  kepergian Namjoon, berusaha menutupi rasa sesak dalam hati.

"Joon,, entah kenapa aku merasa tak baik-baik saja saat ini," lirih Seokjin sembari menatap sang rembulan yang bersinar terang dari jendela kamarnya.

Beautiful Memories about youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang