Hanya ada cinta

438 62 3
                                    


Happy Reading




👑
🌸
🌼

Setelah mengikat kudanya , Seokjin berjalan menghampiri Shindong yang tampak sedang sibuk memberi makan Rusa peliharaannya bersama dengan Namjoon.

"Lama tak berjumpa Seokjin,"

"Iya Paman, sudah lama tak berkunjung ke mari,"

Mereka terlibat perbincangan singkat. Keakraban masih terjalin di antara mereka meski sudah lama tidak berjumpa.
Shindong juga menawarkan Namjoon dan Seokjin untuk makan siang bersamanya.

" kalau berkenan, apa Pangeran dan juga kau Seokjin mau makan siang disini bersama?"

"Paman hendak memasak apa?"tanya Seokjin antusias.
"Aku akan memanggang daging Rusa khusus untuk kalian."
"Wah daging rusa. Baiklah kalau begitu nanti aku dan Seokjin bergabung untuk makan siang bersama Paman,sudah lama tak merasakan enaknya daging rusa,"

" Baiklah silahkan nikmati dulu waktu kalian anak muda. Ada yang harus paman kerjakan. Sampai berjumpa nanti."

"Iya Paman Sampai berjumpa nanti,"balas Namjoon dan Seokjin.

"Menurutmu apa Paman Shindong tak merasa heran kenapa tiba-tiba kita berdua kemari lagi setelah sekian lama?" Seokjin meminta pendapat Namjoon.

"Tentu saja ia heran tapi aku tahu Paman Shindong tidak akan terlalu ambil pusing ataupun ingin tahu,"

Shindong adalah salah satu saksi yang sering menyaksikan kebersamaan antara Namjoon dan Seokjin sejak dulu. Shindong dapat merasakan ada yang lain dari tatapan juga senyum yang Namjoon tujukan untuk Seokjin,dan sekali lagi ia tak ingin terlalu ikut campur atau mencari tahu ada hubungan apa diantara mereka berdua. Biarlah apa yang terjadi itu adalah urusan mereka masing-masing

Kini hanya tinggal mereka berdua. Kedua belah bibir Namjoom tak berhenti tersenyum ketika menatap Seokjin. Ia benar-benar merindukan pria yang berada di hadapannya saat ini. Tak pernah bosan rasanya memandang wajah Seokjin . Kadang Namjoon berpikir Seokjin jauh lebih rupawan ketimbang dirinya. Seokjin memiliki kulit yang putih bersih dan tak menghitam sedikitpun meski Seokjin sering berpanas panasan,  hidung nya yang mancung, pipi bulatnya , dan juga bibirnya yang tebal, yang entah sudah berapa kali di ... Namjoon berusaha mengenyahkan hal tersebut.

"Kenapa Joon, ? Ada yang salah denganku? " seokjin merasa aneh dengan pandangan Namjoon terhadapnya. "Sebab kau tersenyum-senyum sendiri "

"Tidak ada yang salah. Kau itu selalu tampak sempurna di mata ku. Dan aku tersenyum sebab bahagia bertemu dengan.."

"Dengan?"
"Dengan kesayanganku,,,"jawab Namjoon.

Seokjin dibuat tersipu malu olehnya.
'kesayangan?' terdengar manis sekali rasanya karena kata-kata itu hanya Namjoon tujukan selalu untuknya.

"Bagaimana aku selalu merasa tidak kau istimewakan kalau selalu disanjung seperti itu."

"Memang kau yang teristimewa Jinnie. Aku seperti ini hanya ketika denganmu.."
Seokjin mengulum senyumnya. Hatinya terasa berbunga-bunga mendengar perkataan Namjoon.

" Sudahlah berhenti menyanjungku terus,"karena ia hanya tak ingin terus terlena.

Namjoon berjalan mendekati Seokjin dan menggenggam kedua tangan pujaan hatinya itu.

"Kau tidak bertugas kan hari ini?"

"Tidak. Seperti yang kau bilang, aku juga ingin menciptakan satu hari bersamamu."ungkap Seokjin.

"Kau ingin kita pergi kemana?"

"Bagaimana kalau kita menuju ke air terjun di Lembah Sin ui Seonmul . Kau mau?"
"Boleh saja Joon. Hanya bawalah aku bersamamu,"

Ya bahagia itu adalah ketika diberi kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua bersama orang yang di sayang.
Hari yang cerah, semilir angin yang berhembus, dan kicauan burung, menemani perjalanan mereka.

Mereka memutuskan menggunakan satu kuda yaitu kuda milik Namjoon. Seekor kuda putih yang cantik bernama Ryonggu. Kuda itu tampak mengendus Seokjin dengan moncongnya.

"Hai Ryonggu, tak keberatan kan kalau aku menunggangimu juga?" tanya Seokjin.
"Aku yakin Ryonggu pasti masih mengingatmu, makanya dia mengendusmu Jin,"
Seokjin tersenyum dan ikut mengelus Ryonggu. "Ryonggu memang cerdas." pujinya.

dan Namjoon yang menunggangi sedangkan Seokjin memilih duduk di belakangnya. Sepanjang perjalanan, Seokjin memeluk kedua pinggang Namjoon. Biarlah untuk sekali ini saja ia ingin memiliki Namjoon untuk dirinya sendiri. Karena esok mungkin sudah tak akan sama lagi.

Sekitar dua puluh menit menit lamanya waktu yang di tempuh hingga mereka tiba di tempat yang dimaksud.

Sebuah air terjun kecil yang dikelilingi lembah dan harus menuruni bebatuan yang disusun menjadi tangga jika ingin mencapai kesana. Harus berhati-hati ketika menuruni tangga tersebut karena kondisi batunya yang cukup licin. Tidak banyak warga yang datang ke air terjun ini karena aksesnya yang masih sulit untuk dijangkau.

"Akhirnya mendatangi air terjun ini lagi .."ujar Seokjin.

"Kapan ya terakhir kita ke sini?" Namjoon mencoba mengingat , tangannya merengkuh pinggang Seokjin agar merapat pada dirinya.

"Sudah lama sekali Joon. Suatu saat nanti buatkan jalan yang bagus ya agar warga juga dapat menikmati keindahan air terjun ini."pesan Seokjin.

"Tapi rasanya aku tak ingin membagi tempat ini dengan yang lain. Karena tempat ini menyimpan banyak cerita tentang kita."

"Apakah kita akan terus bersama?,"
Mendengar apa yang Seokjin ucapkan, terutama pada kata 'terus bersama' membuat Namjoon tertohok.

"Kau tahu , aku selalu memanjatkan doa berharap mengenai kebersamaan untuk kita,," aku Namjoon.

"Aku pun begitu," lirihnya. "Lalu apakah kita akan terus bersama atau ini akan menjadi kebersamaan terakhir untuk kita?"

"Jaga ucapanmu Jinnie, jangan mengatakan hal yang tidak-tidak."

"Dibagian mananya Joon? Tolong jangan selalu memaksakan bahwa seolah..."
belum sempat Seokjin menyelesaikan ucapannya, Namjoon sudah terlebih dahulu membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman. Seokjin hanya diam dan membiarkan Namjoon melumat bibirnya. Hanya lumatan singkat.

"Iya aku mengerti... Aku egoiskan ?Tapi inilah hatiku yang selalu menginginkanmu dan maaf karena itu aku selalu memaksa mu berada di sisi ku."Namjoon mengatakanya dengan suara yang bergetar. dan Seokjin sadar bahwa kali ini ia salah dan hampir saja merusak suasana manis yang tercipta.

Tanpa ragu Seokjin memeluk Namjoon dan mengusap punggungnya dengan sayang.

"Maafkan aku. Memang tak seharusnya aku berkata demikian. " Bukan ia saja yang merasa berada dalam situasi yang sulit tetapi Namjoon juga pasti merasakan hal yang sama.

"Maaf kan aku juga Jinnie , tapi cinta ini memang hanya untukmu. "

" Terimakasih Joon untuk semua cinta yang telah engkau beri," kali ini Seokjin lah yang memulai terlebih dahulu mengikis jarak antara mereka dan memberi sebuah ciuman tepat di bibir kekasih hatinya.







TBC

Beautiful Memories about youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang