17. meraih cita-cita

178 46 1
                                    

Warning!! Tolong jangan bosan dengan typo 🥺


Bab 17 – Meraih Cita-cita

“…Yang Mulia, berapa lama Anda berencana untuk tidur… Ini sudah jam 4 sore…”

Ratifah, pelayan pribadiku menghela nafas.

Sekitar satu minggu telah berlalu sejak aku kembali ke Diestburg. Surat ucapan terima kasih yang ditulis paman Leric kepada ayah ku sang raja, meskipun tidak mengandung kebenaran sama sekali, menyebutkan bahwa aku tampaknya telah menyelesaikan segala macam eksploitasi, jadi kehidupan malas ku sekarang disetujui oleh ayah.

“Beberapa orang penting pernah berkata bahwa menjalani hidupmu terikat oleh akal sehat hanya akan menyebabkan penyesalan. Jadi aku akan tidur sampai jam 6.”

“anda baru saja mengarangnya, bukan?”

“Tidak, yah bagaimanapun juga, aku juga orang penting.”

"S-sangat sampah..."

Berbaring di tempat tidur, aku terus berbicara dengan punggung menghadap ke arahnya. Aku tidak punya niat untuk bangun, tetapi begitu indra ku terjaga, butuh waktu untuk tertidur lagi. Jadi aku memilih untuk menghibur percakapannya untuk sementara waktu.

"Ah, tolong dengarkan ini, Yang Mulia."

"Ada apa ini tiba-tiba?"

Ratifah melanjutkan, sangat bersemangat, menyebutkan dia mendengar sesuatu yang sangat menarik dan semacamnya. Aku menahan keinginan untuk mengatakan kepadanya untuk langsung ke pokok permasalahan dan mendengarkan dengan tenang.

“Pembantu kepala kami, Bu Feli, mengambil cuti…!! Ini bukan keajaiban…!”

"Oh itu. Ya, ketika kami pergi ke Afillis, aku mengatakan kepadanya bahwa jika dia tidak mengambil cuti, aku akan tidur di tempatnya, jadi dia akhirnya menyerah.

“W-wow…jadi memang benar bahwa Anda meyakinkannya, Yang Mulia…”

Aku mencoba menyiapkan asuransi untuk apa pun yang ikut terlibat denganku. Itu sama untuk waktu istirahat Feli, jika ada yang bertanya, aku punya alasan yang tidak masuk akal yang siap mereka terima.

“Terkejut bukan? Kamu harus sujud dan mengucapkan terima kasih kepada keterampilan tuanmu. ”

“… a-alasan di baliknya sangat tidak berguna sampai-sampai kupikir pada akhirnya akan menjadi nol…”

"... hanya imajinasimu."

Seperti yang diharapkan dari Ratifah.  Dia membawaku ke tempat yang menyakitkan. Dia benar-benar tidak menahan diri nya…

“Oh, jadi mungkin rumor kedua juga benar?”

"Ngomong-ngomong, berapa banyak rumor tentangku ..."

Sakit di pantat, tidak kurang. Apa yang lucu dalam bergosip tentang seorang pangeran yang hanya tidur sepanjang hari...

“Yah, sebenarnya…”

Apakah kamu ingin tahu? Apakah Anda benar-benar ingin tahu? Begitu bisik Ratifah di telingaku. Bahkan tanpa memandangnya, aku bisa dengan jelas membayangkan wajahnya yang menyeringai bodoh.

Aku tetap diam, bertekad untuk tidak memberikan reaksi yang sangat dia inginkan.

“Ah, tolong tunggu!! Jangan tidur!!  Aku akan bicara!! Aku akan bicara sekarang!!”

“…kau seharusnya melakukan itu sejak awal.”

Aku sudah kesal dengan kenyataan bahwa pintu kamar ku, yang sebelumnya tertutup rapat, terbuka dengan mudah dan sering sejak aku kembali dari Afillis.

[Novel Terjemahan] Sword Emperor Trash Prince (Pangeran Sampah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang