9. Kejutan di hari rabu

173 19 3
                                    

Hati persaudaraan akan selalu terikat dengan benang merah. Namun, bagaimana jika seseorang memutus benang tersebut? Apakah bisa disambung kembali walaupun tidak akan pernah lurus lagi?
-Adarusa-


"ABBIYYA KELUAR GAK LO?!"

Brak!

"Siapa sih ribut bener." Suara gebrakan pintu membuat Raka beranjak dari tempat duduknya menuju luar kelas.

"MANA ABBIYYA!?!"

Raka bisa melihat seorang laki-laki dihadapannya membawa balok kayu disertai wajah marah dengan urat-urat disekitar wajah bengisnya.

"Heh! Punya sopan dikit gak sih lo? Ini kelas orang, bukan punya lo!" Raka ikut berteriak.

Lelaki itu menerobos Raka yang berdiri di depan pintu kelas, namun dengan cepat remaja itu mendorong tubuh lelaki itu menjauh.

"Minggir, gue mau masuk!" bentak Jordan.

"Mau cari siapa lo? Tumben banget ada anak IPA kesini" Raka menyipitkan mata mencoba menebak maksud kedatangan Jordan.

"Gue gak ada urusan sama lo! Jadi minggir." Jordan tetap mencoba untuk masuk ke dalam kelas IPS 2 tetapi lagi-lagi Raka menarik kerah remaja itu.

"Gue nanya mau ketemu siapa sialan, lo jangan seenaknya masuk gini dong!"

"Buang kayu di tangan lo!" bentak Raka.

Dengan cepat Jordan membuang balok kayu di tangannya, dan menunjukkan wajah remehnya kepada Raka.

"See? Jadi minggir, lu banyak bacot." Raka kecolongan melihat remaja itu dengan mudah menerobos tubuhnya hingga hampir tumbang.

"Sialan." desisnya.


"Hanan kurang ajar, woi!"

Jinan dan teman-temannya yang lain sedang asik menertawai sticker WhatsApp buatan Hanan yang terbilang cukup senonoh tanpa memedulikan seseorang yang sedang berteriak tegas di depan kelas.

"ABBIYYA!!!" teriak Jordan.

Sontak mereka menoleh ke arah Jordan yang seperti sedang mencari seseorang, lalu muncul sosok Raka dari luar kelas yang menatap Jordan dengan kesal.

"Heh botak! Nama Abbiyya disini ada 3 orang bodoh! Lo nyari yang mana?" Untung saja Raka masih bisa menahan emosinya, tapi kalau sudah kelewatan dia tidak akan segan-segan menyekik leher anak ini.

"Pokoknya Abbiyya! Gue taunya cuma Abbiyya!" Jordan kembali menelisik isi kelas yang sedang menatapnya. Mencari sosok yang dicari-cari.

"Lah tolol! Lo nyari orang tapi gak tau yang mana."

"Sini gue kasih tau, di sini ada yang namanya Abiyana Rafael, terus ada Jinandara Abbiyya, nah terus ada juga Reza Abiyan Mahardika. Lo nyari yang mana botak!"

Bukan tanpa alasan Raka menyebut pemuda itu botak, rambut setengah pitak akibat razia rambut di sekolah membuat rambut laki-laki itu tipis di beberapa bagian.

Jinan sendiri tidak peduli dengan perdebatan di hadapannya, posisi duduknya yang berada di paling pojok belakang dan terhalang tubuh bongsor Jun membuat remaja itu kembali memainkan ponselnya. Toh, Jinan juga tidak kenal dengan laki-laki itu, barangkali memang Abbiyya teman sekelasnya yang dicari.

"Ck, yang namanya Abbiyya maju semua lo!" Jordan terlihat frustasi.

Dengan segera mereka yang merasa dipanggil maju ke depan kelas. Jordan menatap mereka dengan heran.

"Kata lo ada tiga? Kenapa cuma dua yang maju!" Jordan kembali nyolot ke Raka.

Raka sedikit kaget, lalu dengan cepat mencari sosok sahabat nya itu.

ADARUSA | Park Jisung (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang