14. Unbelieveble things

166 10 0
                                    

Sebelum pergi, bisakah kita menyelesaikan hal-hal yang belum terselesaikan?
-Adarusa-

Fyi, part ini lumayan panjang :) enjoy it.


"Damian! Main yuk!" teriak Leo di depan rumah Hanan. Seharusnya Leo dan Hanan sudah berada di dalam bioskop sekarang, mereka sudah janji untuk menonton film horor berdua karena yang lain tidak ada yang berani.

"Ini gue teriak-teriak dari tadi gak lama diusir pak RT gue" Leo berniat meninggalkan rumah Hanan, pikirnya Hanan mungkin sedang tidak di rumah. Tapi, remaja itu tidak aktif sama sekali ponselnya. Sekitar setengah jam ia menghabiskan waktu hanya untuk memanggil Hanan, akhirnya memutuskan pergi sebelum seseorang keluar dari rumah Hanan.

Leo kenal dengan betul siapa perempuan yang tengah menatapnya ini. "Cari siapa?" tanya wanita itu. Leo sedikit kikuk saat wanita itu bertanya.
"Itu, cari Hanan, Tante. Lagi di luar ya Hanan nya?" ujar Leo.

"Saya kira malah dia memang gak mau pulang, kamu temannya kan? Dimana Damian sekarang?" Wanita itu berganti bertanya kepada Leo. Leo sedikit bingung karena dari kemarin dia tidak ada bertemu dengan Hanan, bahkan teman-temannya juga tidak ada yang main dengannya.
"Loh, saya kesini malah mau nyari Hanan, Tante. Saya ada janji nonton bioskop bareng dia tadi malam". Netra Mama Hanan sedikit terkejut mendengar pernyataan dari Leo. "Dia gak ada pulang dari tadi Malam, saya kira dia main sampai lupa waktu" ucap Wanita itu.

Tolong ingatkan Leo kalau sosok perempuan di hadapannya ini adalah Ibu dari sahabatnya. "Tante, Hanan selalu ingat waktu kok kalau main, malah dia yang paling on time di antara kita-kita" sejujurnya, Leo sedikit kesal harus berhadapan dengan orang yang sering menyakiti Hanan, bahkan hingga anaknya tidak pulang semalaman pun wanita ini tampak tidak khawatir.

"Ya udah, kalau ketemu dia nanti jangan lupa suruh pulang. Saya mau pergi kerja" setelan kantor yang dikenakan ibu dari Hanan ini seharusnya menyadarkan Leo bahwa wanita ini memang tidak peduli dengan keberadaan anaknya. "Tante, gak mau cari Hanan dulu? Hape nya juga gak aktif, Tan" ucap Leo berusaha membujuk Mama Hanan.

Melihat wanita itu yang tetap tenang saat memakai sepatu kerja nya membuat Leo kesal setengah mati. Ibu macam apa dia yang sama sekali tidak mengkhawatirkan kondisi anaknya yang tidak ada kabar? Sekali lagi Leo bersyukur memiliki Mama yang sering menelpon nya saat jam pelajaran hanya untuk menanyakan kabar dan makan.

"Saya gak punya waktu buat cari dia. Kalo lapar nanti juga pulang sendiri. Udah ya saya hampir terlambat, permisi" selesai mengunci pintu rumahnya wanita itu pergi dengan kendaraan roda empat yang berada tepat disebelah Leo. Sedikit tidak menyangka, Mama Hanan akan berubah drastis seperti ini. Persahabatan Leo dan yang lain memang sudah ada sejak mereka SMP, dan Leo ingat dahulu Mama Hanan sering menjemput Hanan saat mereka belum selesai kelas. Wanita itu akan menampilkan senyumannya di balik jendela untuk menyemangati Hanan.

Mereka mungkin jarang bertemu dengan Mama Hanan, namun ingatan tentang bekal yang Hanan bawa selalu lebih agar bisa makan bersama kawan-kawan nya membuat Leo sedikit mengasihani wanita itu. Dia ibu dan istri yang baik, karena hatinya telah dirusak maka dia berubah menjadi sosok yang menyeramkan bagi anaknya. Memandang rumah Hanan sebentar, Leo pergi dari sana dan menelpon Jinan.

"Halo, Nan"

"Hm"

"Gue ke rumah lo ya"

Suara orang di seberang sana sedikit serak, Leo menduga Jinan baru bangun tidur.

"Nggak jadi nontonnya?" tanya Jinan.

"Hanan gak ada di rumah, Nan. Dia juga gak pulang dari semalem. Gue otw rumah lo sekalian ajak yang lain, ya"

"Ya, kesini aja"

ADARUSA | Park Jisung (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang