Izinkan aku untuk menjadi penyembuhnya walaupun aku ini abu-abu
-Adarusa-Ada pepatah mengatakan, jangan pernah mengungkit masa lalu seseorang karena itu sama saja dengan menabur garam di atas luka. Walaupun tidak ada yang mengungkit, kenangan itu terkadang muncul dengan sendirinya.
Malik Daviandra tahu apa yang dilakukan oleh orang tuanya dulu adalah sebuah kesalahan yang besar. Karenanya, ia jadi kehilangan rumah, kehilangan orang yang disayang, dan juga kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya.
Di umurnya yang masih menginjak 15 tahun dan Jinan 12 tahun, kehidupan mereka begitu damai dan tentram sampai seseorang datang ke rumah dan mengatakan bahwa rumah mereka akan disita. Malik saat itu belum mengerti apa yang sedang terjadi hingga ia mengetahui kalau ternyata orang tuanya menyimpan sebuah rahasia besar. Tagihan hutang bank yang selangit dan dugaan sang ayah yang memperjual-belikan barang haram. Bunda hanya menutup-nutupi apa yang dilakukan ayah selama ini. Dunia malik hancur rasanya, dua sosok yang selama ini dianggapnya sebagai teladan di hidupnya rupanya tak sesempurna yang ia bayangkan.
Emosi Malik masih sangat labil dan ia memutuskan untuk kabur dari rumah. Terlalu sakit rasanya tinggal di sebuah tempat yang ternyata selama ini menyimpan sebuah kebohongan besar. Malik terus berlari tidak tentu arah hingga ia melewati rumah kakeknya dan menemukan sebuah sepeda yang selalu tersandar di samping rumah karena pemiliknya telah pergi untuk selamanya. Entah mengapa ada dorongan dalam diri Malik untuk mengambil sepeda itu dan membawanya kabur bersama dirinya.
Hal terbodoh yang ia sesali hingga sekarang yaitu tidak membawa adiknya pergi bersamanya. Selama 3 hari tinggal di kost an dan mendengar kabar bahwa terjadi kebakaran dirumahnya, membuat detak jantungnya seperti hampir berhenti berdetak.
Malik tidak tahu harus berbuat apa disaat semuanya telah habis tak tersisa. Bukan hanya bangunan dan benda berharga, tapi orang yang paling berharga juga ikut pergi. Ayah, bunda ditemukan tidak bernyawa dan adiknya hilang entah kemana.
Tangisan, raungan, suara pilu Malik saat melihat sekelilingnya yang sudah habis terbakar. Ia tidak tahu bagaimana nasib selanjutnya, yang ia pikirkan saat itu ialah mencari Jinan.
Jinan sendiri bersembunyi di rumah kakek yang sudah lama kosong, menangis dan hanya bisa menangis tidak percaya keluarga nya sehancur ini. Hingga Malik menemukannya, tatapannya berubah menjadi benci ke seseorang di hadapannya ini. Malik adalah penyebab dari semuanya.
"Gue benci lo! Gue benci lo Malik Daviandra gue benci!" Malik terkejut dengan sisi lain dari adiknya ini.
"Gara gara lo! Semua karena lo! Kalo lo gak pergi dari rumah, lo pasti bisa bantu selamatkan kita. Karena cuma lo yang tau kunci pintu belakang!"
Malik menahan napasnya untuk beberapa saat. Jadi semua ini memang salahnya, andai saja ia tidak kabur mungkin ia masih bisa menyelamatkan kedua orang tuanya. Tapi nasi telah menjadi bubur, Malik berusaha mencari belas kasih dari mata sang adik, namun yang ia lihat hanyalah sebuah tatapan baru yaitu kebencian.
Kehidupan setelahnya harus tetap berjalan. Tinggal berdua dengan sang adik di rumah kakek membuatnya sangat pusing memikirkan berbagai kebutuhan hidupnya. Kedua orang tuanya hanyalah anak semata wayang, sedangkan kakek nenek mereka sudah pergi dan ada juga yang tinggal di luar kota. Malik sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya dan lebih berfokus ke Jinan.
Walaupun ia tidak berhasil mencapai cita-citanya, adiknya tetap harus bisa. ia akan memperjuangkan apapun untuk adiknya, kerja serabutan diambilnya semua. Tidak mempedulikan dirinya masih terlalu muda yang terpenting adiknya bisa makan dan sekolah, ditambah lagi kesalahan yang di perbuat di masa lalu seperti mengajak Malik untuk bertanggung jawab.
Sampai seorang gadis yang entah datang darimana hadir dan memberikan banyak senyuman untuk kedua kakak beradik ini.
Julia Putri Andara namanya. Cantik dan manis juga berhati baik. Dia yang selalu menolong Malik apabila Malik sedang butuh pekerjaan juga menghibur Jinan saat Malik sibuk bekerja. Ya, dia sang pemilik senyuman mentari. Yang senyumnya sendiri dapat menyihir orang disekitarnya menjadi tenang dan bahagia.
Sebenarnya Malik sendiri tidak terlalu tahu banyak tentang latar belakang keluarga Julia. Yang ia tahu hanyalah Julia adalah tetangga baru yang menyewa rumah di sebelahnya. Dan mengenai orangtuanya Julia mengatakan bahwa mereka sibuk bekerja di luar negeri, tidak heran juga jika akhirnya dia memilih melanjutkan pendidikannya ke universitas di Singapura.
Hanya Julia, satu-satunya orang yang selalu ada di dekat kedua kakak adik itu. Di saat Jinan merengek ke kakaknya bahwa dia ingin punya handphone, Julia lah yang membelikannya tanpa imbalan apapun. Dia selalu berkata "Jinandara ini adikku juga, Dav, jadi apapun yang dia inginkan aku akan mewujudkannya."
Sejujurnya, Malik tidak enak jika adiknya terus menerus bergantung dengan Julia. Tapi melihat betapa tulusnya gadis itu terhadap adiknya, Malik berfikir mungkin ini adalah sebuah hadiah yang Tuhan berikan kepada mereka setelah semua sakit dan kesedihan yang mereka alami. Dan Malik terus berharap,
Semoga matahari itu selalu bisa menyinari adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARUSA | Park Jisung (TAHAP REVISI)
Fanfiction"Nan, daripada lo marah-marah gak jelas kayak gitu mending lo jadi adek gue aja." "Abang selalu nyuruh gue buat cerita apapun ke dia, tapi dia cuma lulusan SMP yang sudah pasti mana paham sama persoalan anak jaman sekarang." "Julia, kenapa dia lebih...