20. -Surat karsa

378 15 1
                                    

Surat Jinan di selipan buku diari Julia

"Lu mau gue tabok, Na?" Raka menggeram rendah saat anak-anak rambutnya dicabut dengan kuat oleh laki-laki pecinta kopi hitam di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lu mau gue tabok, Na?" Raka menggeram rendah saat anak-anak rambutnya dicabut dengan kuat oleh laki-laki pecinta kopi hitam di sebelahnya.

Plak!

"Santai dong! Gitu doang marah." Nabil mengusap paha kiri, ia yakin pasti saat ini sudah tercetak telapak tangan Raka yang mungil. "Lagian, bantuin gue kek ngerjain basing jangan molor mulu."

Raka memilih melengos dan menyalakan televisi. Di tahun baru ini, banyak sekali harapan dan doa yang selalu ia panjatkan. Tahun ini harus lebih baik, terlebih sekarang ia dan yang lain sudah mengambil beberapa keputusan besar. Sebenarnya, Malik menjadi alasan utama dibalik semua rencana-rencana awal tahun ini. Pemuda itu memilih untuk mengasingkan dirinya di tempat yang nan jauh di sana.

"Na, lo beneran mau ikut?" Nabil menoleh ke arahnya, lalu menarik napas sedalam mungkin sampai Raka merasa kesal karena pertanyaannya tak kunjung dijawab.

"Terus lo mau ninggalin gue sendirian di sini? Ya gue pindah jugalah, lagian kapan lagi gue ngajak Bunda ke luar negeri ye kan?" Ada sedikit hal yang menganjal hatinya, namun Nabil sudah membulatkan tekad untuk segera lari dari segala masa lalu nya di sini.

"Gue yakin, bukan itu alasan utama lo." Raka meliriknya, lalu tersenyum sinis. "Bang Malik kan?"

Nabil tidak berkutik, apa yang dikatakan Raka memanglah benar. Hidup di negeri yang baru dengan orang baru, terlihat menyenangkan sekaligus menyedihkan. Malik akan mulai akan kembali bergaul dengan sekelilingnya, dan dipastikan mereka harus ada di sisi pemuda itu. Malik juga berjanji, bahwa ia akan menguliahkan mereka seperti keinginannya yang tidak terwujud kepada Jinan.

"Gue bersyukur, Abang masih bisa bertahan dengan semua yang dia lalui selama ini. Meskipun dia sekarang mencoba untuk mandiri dan tidak bergantung ke siapapun, tetap aja dia akan selalu merasa sendirian." Keduanya termenung, tiada hari tanpa memikirkan pemuda itu.

"Dia orang baik, Rak. Tapi, kenapa kehidupan dia gak pernah baik-baik aja? Apa setelah ini, bisa menjamin dia akan merasakan kebahagian yang luar biasa? Kita gak pernah tau kalau kita gak coba. Jun, Leo mereka juga sama-sama mau menjaga dia. Termasuk lo juga, kan? Banyak yang sayang sama dia, banyak juga yang jahat sama dia. Bahkan setelah kepergian Jinan yang bukan adik kandungnya, dia masih mau dekat dengan kita. Dia mau menganggap kita sebagai adiknya, bahkan pendidikan kita dijamin sama dia. Gue gak pernah bisa balas kebaikan dia, Rak, Gak akan pernah bisa. Gue kehilangan sosok Ayah sedari gue kecil, dulu gue gak pernah tau perjuangan seorang laki-laki itu gimana. Di mata gue cuma Bunda, perempuan dengan segala kehebatannya. Gue selalu mikir kalau laki-laki itu hanya bergantung dengan perempuan. Tapi, setelah ketemu sama dia pandangan gue berubah, masih ada laki-laki yang bertanggungjawab dan tulus seperti dia."

Orang-orang mungkin akan berkata contohlah Ayahmu, tapi bagi Nabil seorang pemuda yang sudah hidup selama sembilan belas tahun ini lebih menarik banyak perhatiannya. Dirinya tak mengelak kalau dulu ialah seorang pembangkang dan nakal kepada sekitarnya selain pada Bunda. Sejak masuk menengah pertama dan bertemu para sahabat-sahabat baru inilah yang mengetuk pintu hatinya untuk berubah.

ADARUSA | Park Jisung (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang